Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir menyatakan akan terus mendorong kegiatan riset. Hal itu dilakukan dengan menambah anggaran riset dan mendorong pemanfaatan hasil penelitian untuk industri. Para penemu juga akan diberi insentif.
Menurut Nasir, setelah menghadiri diskusi ”Kesiapan Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”, Jumat (30/1), di Kota Semarang, Jawa Tengah, anggaran riset di Indonesia baru 0,09 persen dari total produk domestik regional bruto (PDRB).
Padahal, di negara-negara di kawasan ASEAN, biaya riset lebih dari 0,09 persen dari PDRB. Contohnya, anggaran riset di Thailand 0,25, sedangkan anggaran riset di Malaysia 1 persen. ”Idealnya biaya riset minimal 1 persen. Saat ini, kami menargetkan mencapai 0,5 persen,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelumnya Nasir menyatakan, kenaikan dana riset ilmu pengetahuan dan teknologi hingga 0,5 persen PDB direncanakan terealisasi pada 2016. Secara nasional, anggaran iptek untuk 2013-2014 berdasarkan nota keuangan Rp 12 triliun. Dari besaran anggaran iptek tingkat nasional itu, sebagian besar atau 80 persennya dari pemerintah dan kontribusi swasta 20 persen (Kompas, 4 Desember 2014).
Untuk mencapai hal itu, langkah yang dilakukan antara lain kerja sama antara perguruan tinggi dan pengusaha. Kerja sama telah terbentuk antara Forum Rektor Indonesia dan Asosiasi Pengusaha Indonesia. Dengan demikian, dunia industri bisa memanfaatkan hasil penelitian perguruan tinggi.
Selain itu, permasalahan mengenai hak atas kekayaan intelektual akan diatasi. ”Sebelumnya, mereka yang mendapat HAKI dikenai biaya pemeliharaan HAKI secara berkala. Sekarang sudah bebas, tak ada lagi biaya itu. Justru para penemu itu harus memperoleh royalti. Tanpa ada imbalan, para penemu tak akan termotivasi,” tutur Nasir.
Organisasi-organisasi profesi juga harus mempersiapkan kompetensi setiap profesi sesuai standar internasional. Dengan demikian, setiap orang dari beragam profesi akan mampu bersaing dengan para profesional dari negara lain saat Masyarakat Ekonomi ASEAN diberlakukan pada 2015.
Rektor Universitas Diponegoro Sudharto P Hadi mengatakan, saat ini sudah bukan waktunya lagi penelitian atau riset sebatas dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah. Lebih dari itu, hasil riset harus dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
Managing Director Nasmoco Group Fatjrianto memaparkan, hal yang menjadi perhatian utama Nasmoco saat ini adalah pengembangan sumber daya manusia. Mutu SDM merupakan kunci agar dapat bersaing. Selain meningkatkan kualitas SDM internal, tanggung jawab sosial perusahaan fokus pada pengembangan SDM masyarakat.
”Kami memakai teknologi terkini dan bekerja seefisien mungkin. Tuntutan pelanggan kian tinggi sehingga standar pelayanan akan terus berubah menjadi lebih cepat, lebih baik, lebih efektif dan efisien,” ujarnya. (UTI)
Sumber: Kompas, 31 Januari 2015
Posted from WordPress for Android