Serangkaian riset dengan menggunakan teknologi inventarisasi sumber daya alam diperlukan. Hal itu untuk mengetahui daya dukung lingkungan dan potensi sumber daya alam, sehingga pemanfaatannya sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan.
Pengembangan teknologi inventarisasi sumber daya alam (TISDA) di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak tahun 2010 menghasilkan 20 inovasi produk. ”Hampir semua produk itu diterapkan industri dan masyarakat, bersama kementerian terkait,” kata Direktur Pusat TISDA BPPT Muhamad Sadly dalam ”Peluncuran dan Diseminasi Produk Inovasi TISDA” di Jakarta, Senin (19/1).
Inovasi inventarisasi sumber daya kelautan dan perikanan meliputi, antara lain, perangkat lunak sistem pelacak keberadaan ikan disebut Sikbes-ikan (sistem penjejak ikan nan cerdas) dan sistem pelaporan pemantauan potensi ikan dinamai Belfos (BPPT’s Electronic Logbook for Fishery Observation System).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
[media-credit id=1 align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]
”Sikbes-ikan dan Belfos diaplikasikan untuk pemberdayaan nelayan di Kepulauan Banggai, Sulteng,” kata Sadly. Penerapan inovasi itu terwujud atas kerja sama BPPT-PT Donggi Senora LNG.
Selain itu, perangkat lunak ASAP (Akunting Sumberdaya Alam Pesisir) berbasis sistem kecerdasan buatan pada komputer dirancang. Dengan ASAP, menurut Kepala Bidang Teknologi Pemodelan Sumber Daya Alam BPPT Nani Hendiarti, dilakukan pemodelan spasial untuk pengaturan ruang pesisir dan laut, misalnya memilih lokasi budidaya rumput laut.
Untuk penentuan itu, data penginderaan jauh multisensor, pengukuran lapangan, dan model dinamika non-linier diintegrasikan, untuk mengetahui pola kemunculan klorofil di laut dan migrasi ikan tiap bulan. Itu membantu nelayan mencari lokasi penangkapan ikan.
Untuk mendata potensi sumber daya pertanian, ada perangkat lunak HyperSRISoft (model prediksi produktivitas padi berbasis teknologi penginderaan jauh-hiperspektral dan pembelajaran komputer). (YUN)
Sumber: Kompas, 21 Januari 2015