Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sedang menyiapkan pertemuan antara Forum Rektor dari perguruan tinggi negeri dan para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia. Kegiatan itu diharapkan dapat menghasilkan nota kesepahaman antara perguruan tinggi dan para pengusaha.
Nota kesepahaman itu bertujuan agar hasil penelitian di perguruan tinggi bisa dimanfaatkan oleh dunia usaha untuk kepentingan masyarakat. Hal itu diungkapkan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir seusai menyaksikan produk kerja sama Universitas Jember (Unej) dengan swasta di Kampus Tegalboto di Jember, Jawa Timur, Sabtu (17/1).
Menurut Muhammad Nasir, hasil penelitian dosen dan mahasiswa jangan sampai berhenti di perguruan tinggi saja, tetapi harus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. ”Demikian pula, mahasiswa tingkat akhir bisa praktik di perusahaan yang sesuai dengan bidangnya sehingga tahu apa sebenarnya yang terjadi,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi akan mendorong semua perguruan tinggi berkreasi agar menghasilkan produk yang inovatif. Hasil riset bisa dihilirkan (diterapkan) kepada dunia usaha sehingga terbangun konsep hilirisasi dan komersialisasi untuk kepentingan bersama antara perguruan tinggi dan dunia usaha.
Jika kerja sama dengan dunia usaha bisa dilakukan, setiap saat berdiri pabrik baru akan berdampak pada penguatan produksi dalam negeri.
Muhammad Nasir mengungkapkan, anggaran riset nasional kecil, yaitu hanya 0,09 persen dari total pendapatan nasional sebesar Rp 7.000 triliun. Jumlah itu masih kalah dibandingkan negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah akan menggandeng dunia usaha agar bersedia bekerja sama dengan mengalokasikan dana penelitian bagi pendidikan tinggi.
Peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Jember, Prof Didik Sulistyanto, menyambut baik dorongan agar perguruan tinggi bekerja sama dengan swasta. Prof Didik dan Dr Bambang Marhaenanto menemukan smart green house, tanaman yang dikendalikan jarak jauh, bahkan antarnegara. Ketika diuji di Thailand, tanaman dalam rumah kaca di negeri itu ternyata bisa terpantau secara jelas dari Jember lewat telepon seluler atau komputer yang dilengkapi internet.
”Hasil produksi (tanaman itu) bisa dua kali lebih banyak daripada tanaman yang diperlakukan secara manual. Sebab, waktu memberi pupuk atau mengairi sudah dilakukan otomatis, juga kebutuhan cahaya dan kelembaban udara,” kata Didik. (SIR)
Sumber: Kompas, 18 Januari 2015