Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo membentuk hubungan baru antara lembaga-lembaga riset dan pendidikan tinggi. Karakter atau jenis hubungannya masih dipelajari.
”Karakter lembaga riset dan pendidikan tinggi sama sekali berbeda meskipun keduanya sama-sama bisa menjalankan kegiatan riset. Bentuk hubungan keduanya masih dipelajari,” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain, Kamis (30/10), seusai membuka Pameran Internasional untuk Penemu Muda (International Exhibition for Young Inventors/IEYI) di Jakarta.
Indonesia menjadi tuan rumah IEYI ke-10 dengan peserta pelajar atau remaja berusia di bawah 18 tahun dari belasan negara. Dalam kegiatan itu dipamerkan 202 reka cipta atau temuan, terdiri atas 142 reka cipta dari luar negeri dan 60 reka cipta dari dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pameran ini digelar hingga 1 November 2014. Pada kesempatan yang sama, LIPI sekaligus menyelenggarakan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-46 dan National Young Inventors Award (NYIA) ke-7.
”Invensi berbeda dengan inovasi meskipun invensi bisa menunjang inovasi,” kata Iskandar.
Menurut dia, invensi untuk memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu, sedangkan inovasi dibutuhkan untuk menjawab persoalan. LIPI menjalankan fungsi riset untuk inovasi teknologi.
Sekretaris Utama LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengatakan, peran LIPI secara struktural masih dipersoalkan; di bawah kementerian atau lembaga mandiri di bawah presiden. ”Menjadi lebih efektif, seperti di Tiongkok, lembaga riset seperti LIPI berada langsung di bawah presiden,” kata Siti. (NAW)
Sumber: Kompas, 31 Oktober 2014