Menghadapi tuntutan pendidikan yang makin kompleks, terlebih dengan diberlakukannya wajib belajar 12 tahun mulai tahun 2015, sekolah swasta tidak bisa lagi ”sekadar hidup biasa-biasa” saja. Dengan mempertahankan dan meningkatkan keunggulan masing-masing, sekolah-sekolah swasta tetap akan bertahan serta dipercaya masyarakat.
Demikian dikemukakan Ketua Musyawarah Kepala Sekolah Sekolah Menengah Tingkat Atas Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta Romo J Heru Hendarto SJ, Minggu (5/10), di sela-sela konferensi guru-guru SMTA sekolah-sekolah Katolik di wilayah KAJ, di SMA Tarakanita 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sebanyak 80 SMA/SMK Katolik di Jakarta dan sekitarnya mengikuti konferensi. Mereka bertukar pengalaman dan masukan terkait pembelajaran kepada siswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Jika sekolah swasta biasa-biasa saja, mereka tidak akan bertahan lama. Namun, jika mau sungguh dipandang mata oleh masyarakat, harus ada nilai tambah yang sangat signifikan dari sekolah swasta,” papar Heru.
Menurut Heru, sekarang masih banyak sekolah swasta yang serius menerapkan pembelajaran berbasis pembentukan karakter siswa. Beberapa keutamaan dan keunggulan sekolah swasta yang masih dipertahankan, antara lain, adalah ajaran kedisiplinan, ketertiban, kejujuran (seperti larangan mencontek atau plagiarisme), dan ajaran kepedulian terhadap masyarakat miskin.
Penasihat Ketua Musyawarah, Romo E Baskoro Poedjinoegroho SJ, mengakui, selain masih banyak sekolah swasta yang bertahan, tak dimungkiri ada pula sekolah-sekolah swasta yang kondisinya memprihatinkan. ”Kalau mau memberi kesempatan sekolah swasta berperan dalam pencerdasan anak-anak bangsa, pemerintah harus memberi perhatian dan dukungan. Mereka tidak bisa dilepaskan begitu saja,” tutur Baskoro. (ABK)
Sumber: Kompas, 6 Oktober 2014