Prof Charlie Danny Heatubun; Membuka Misteri Palem-paleman

- Editor

Selasa, 23 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bagi umumnya masyarakat di Indonesia bagian timur, buah pinang menjadi kudapan yang digemari, sementara sagu menjadi bahan pokok pengenyang perut. Bermula dari kedua jenis tanaman ini, Charlie Danny Heatubun (40) tertarik menekuni seluk-beluk tanaman jenis palem-paleman, hingga ia mendunia karena temuannya.

Tanaman yang umum dan tidak asing bagi peradaban manusia itu mengantarkan pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua di Manokwari, Papua Barat, ini memperoleh gelar profesor botani hutan di usia 39 tahun. Dia juga menjadi dosen kehormatan pada Royal Botanic Gardens (RBG), Kew, Inggris.

Salah satu pencapaian dia adalah menemukan tiga genus baru tumbuhan palem-paleman yang dipublikasikan dalam Kew Bulletin 69: 9525 edisi September 2014. Penemuan itu secara sains sebenarnya mustahil dilakukan karena temuan dan taksonomi palem telah stabil dalam 20 tahun terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Fondasi capaiannya ini tak lepas dari masa kanak-kanaknya yang menyenangkan. Sejak duduk di bangku SD, dia dan teman-temannya menikmati bermain serta masuk-keluar hutan di perbukitan pinggir Manokwari Kota yang kini menjadi Taman Wisata Alam Gunung Meja.

Charlie juga suka bermain di belantara Pulau Mansinam yang berjarak sekitar 10 menit dari Manokwari, menggunakan perahu ketinting.

Keseringan bermain di kawasan hutan itu mengantarkan dia untuk mengambil kuliah pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih, Manokwari (kini Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua/Unipa). Waktu itu, di kampusnya sedang booming palem hias.

Charlie pun mengikuti arus dengan memilih mengambil penelitian palem jenis ekor ikan (Sommieria leucophylla) untuk skripsinya. Palem ini menarik karena termasuk jenis endemis yang hanya terdapat di Niugini.

Selain membawa dia meraih gelar sarjana, palem ekor ikan pun membuatnya mendapat beasiswa dari Darwin Initiative dan Pemerintah Inggris untuk bekerja dan magang di RBG.

Di tempat itu, dia mengukir karya pertamanya yang berisi riset monograf genus Sommieria. Karya ilmiah yang dimuat dalam Kew Bulletin ini berhasil meringkas tiga jenis/spesies menjadi satu spesies.
Koleksi tanaman

Charlie suka memanfaatkan waktu praktik antara lain dengan berjalan-jalan di hutan. Dia pun senang mengoleksi tanaman, baik daun, buah, maupun bunga dari bermacam palem-paleman.

Kebiasaan dan ketekunannya itu menarik perhatian ”Bapak Palem Dunia” John Dransfield. Pada 1998, Charlie bergabung dalam tim Ekspedisi Botani Gunung Jayawijaya bersama Dransfield yang waktu itu memimpin RBG di konsesi PT Freeport. Perjalanan tiga bulan mulai dari pesisir hingga ke puncak tertinggi di Indonesia itu membawanya semakin dekat dengan Dransfield.

”Pak John Dransfield bisa dibilang mahaguru tanaman palem. Saya semakin bersemangat saat beliau mengatakan bahwa cara saya mengoleksi (palem) bagus dan lengkap,” ujarnya di Jakarta, Jumat (19/9).

Tanaman palem membuat Charlie mengambil program S-2 di Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan tesis tentang genus palem Cyrtostachys.

Genus palem itu daerah penyebarannya di Semenanjung Malaysia dan Borneo ada satu jenis, sedangkan tujuh jenis lain ditemukan di Papua hingga Kepulauan Solomon. Penjelasan ilmiahnya pun kembali dipublikasikan Kew Bulletin pada 2006.

dac23acae0854bd9af433c9eb6d5bbd9Setelah itu, dia mengambil program S-3 double degree di IPB dan RBG dengan beasiswa Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Inggris. Disertasinya adalah monograf dari tanaman palem jenis pinang (marga Areca), yang dia lakukan dengan menggunakan sistematika, klasifikasi, dan teori evolusi yang lebih maju.

Waktu itulah dia menyodorkan teori baru, pinang (Areca catechu) yang diprediksi telah dibudidayakan sejak 15.000 tahun lalu itu berasal dari kawasan Filipina dan Papua. Ini didasarkan pada kekerabatan pinang jenis liar yang dia temukan, Areca mandacan dan pinang unipa (A unipa).
Pinang unipa

Pinang unipa menjadi spesies temuan ke-25 dalam karier Charlie di bidang taksonomi. Menurut dia, sejak eksplorasi botani di Niugini dan Palms of New Guinea Project dimulai tahun 2000-an, telah ditemukan 50 spesies baru di Papua.

Total jenis pinang dari genus Areca di dunia ada 42. Dari jumlah itu, di Indonesia ada 14 jenis dan tiga di antaranya di Tanah Papua. Sementara jenis suku atau famili palem-paleman (Arecaceae) di dunia ada 2.800 jenis. Dari jumlah itu, di Indonesia terdapat 750 jenis dan 300 di antaranya berada di Papua.

Namun, capaian yang paling membanggakannya adalah tiga genus baru palem. Pertengahan Agustus 2014, temuan Charlie, Scott Zona (Florida International University, Amerika Serikat), dan William J Baker (RBG Kew) muncul dalam jurnal ilmiah daring. Publikasi itu juga terdapat pada jurnal internasional dan muncul dalam Kew Bulletin 69: 9525 edisi September 2014 yang berjudul Three New Genera of Arecoid Palm (Ptychospermatinae: Arecoideae: Arecaceae) from Eastern Malesia.

Mereka menemukan tiga genus atau marga baru pinang dari suku palem-paleman atau pinang-pinangan (Palmae/Arecaceae). Temuan itu diberi nama Jailoloa (dari Pulau Halmahera, Maluku), Manjekia (Pulau Biak, Papua), dan Wallaceodoxa (Pulau Gag dan Waigeo, Raja Ampat, Papua Barat).

”Tumbuhan palem dekat dengan kehidupan manusia. Mulai dari sagu, kelapa, pinang, aren, hingga kurma telah dikenal sejak nenek moyang kita,” katanya.

Sistem klasifikasi ilmiahnya pun relatif stabil dalam 20 tahun terakhir. Dalam kurun waktu itu, hanya lima marga baru palem yang dipublikasikan. Tiga marga di antaranya berasal dari Asia Pasifik, yang biasa disebut kawasan Malesia (bukan Malaysia), yakni Dransfieldia (2006) serta Lanonia dan Saribus (2011).

Kini Charlie sedang merampungkan buku Palm of New Guinea yang berisi catatan semua jenis palem-paleman di Pulau Papua. Harapannya, buku ini menjadi catatan kekayaan botani Indonesia di Papua.
—————————————————————————
Prof Dr Charlie Danny Heatubun, SHut, MSi, FLS
? Lahir: Manokwari, 6 Desember 1973
? Istri: Oktarina Soriati Nurhaidah Simanjuntak
? Anak:
– Edward Glorious Excelsa Heatubun (14)
– Narcissa Elegantia Heatubun (8)
? Pendidikan:
– Postdoctoral  Royal Botanic Gardens, Kew, Inggris,  ”Old World Palms Projects”,  2011
– S-3 Institut Pertanian Bogor (IPB) dan  Royal Botanic Gardens, Kew,   ”summa cum laude” dengan disertasi ”Systematic and Evolution of Palm Genus Areca L”,  2009
– S-2 IPB dengan tesis   ”A Monograph of Palm Genus Cyrtostachys Blume”, 2006
– S-1 Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian   Universitas Cenderawasih, Manokwari,  Papua (kini Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua/Unipa), 1997
? Karier:
– Dosen tamu pada  Royal Botanic Gardens, Kew,  Juni  2013-kini
– Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Unipa, Januari 2013-kini
– Guru besar Fakultas Kehutanan Unipa, Oktober 2012-kini
? Publikasi: Sejumlah laporan penelitian pada jurnal ilmiah internasional dan beberapa buku

Oleh: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 23 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio
Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723
Purbohadiwidjoyo Geologiwan
Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana
Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
IPB University Punya Profesor Termuda Berusia 37 Tahun, Ini Profilnya
Haroun Tazieff, Ahli vulkanologi, dan Otoritas Tentang Bahaya Alam
Berita ini 48 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:35 WIB

Dr. Jonas E Penemu Obat Anti Polio

Rabu, 14 Juni 2023 - 14:30 WIB

Antoni Van Leewenhoek 1632 – 1723

Minggu, 14 Mei 2023 - 14:17 WIB

Purbohadiwidjoyo Geologiwan

Minggu, 11 September 2022 - 16:13 WIB

Jane Goodall, Ilmuwan Terkemuka Inggris Tanpa Gelar Sarjana

Kamis, 26 Mei 2022 - 16:33 WIB

Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, M.Sc. Sosok Guru dan Guru Besar Biologi Sesungguhnya

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB