25 Persen Bahasa di Dunia Terancam Punah

- Editor

Sabtu, 6 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pertumbuhan ekonomi jadi penyebab sejumlah bahasa di dunia kian punah. Demikian studi terbaru dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B. Kini, 25 persen dari total 7.000 bahasa di dunia terancam punah. ”Sebagai contoh, Ainu, bahasa di Jepang, kini amat terancam punah karena hanya tersisa 10 orang yang memakainya,” kata Tatsuya Amano, penulis laporan studi itu, di Universitas Cambridge, Inggris.

Sebelumnya, PBB mencatat, sebagian bahasa di dunia akan hilang akhir abad ini jika tak ada upaya penyelamatan. ”Keberagaman bahasa berasosiasi dengan keragaman budaya yang amat layak diselamatkan,” katanya, Rabu (3/9). Amano adalah ilmuwan yang biasa menggeluti bidang konservasi spesies (flora/fauna). Ia tertarik pada kesamaan ”nasib” spesies dan bahasa yang terancam punah. Seusai mempelajari bentuk global kerawanan bahasa, Amano dan rekan menentukan bahasa yang dalam kondisi bahaya. Secara global, penurunan jumlah pengguna bahasa umumnya terjadi di daerah yang ekonominya bertumbuh.(LIVESCIENCE/ICH)
———————————————————–
Layar Monitor Turunkan Kemampuan Baca Emosi
Waktu anak memakai tablet, telepon pintar, atau peranti bermonitor lain perlu dibatasi. Hasil riset tim Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat, menunjukkan, interaksi dengan layar monitor pada gawai menyulitkan kemampuan anak membaca emosi orang lain, baik senang, sedih, maupun takut. ”Banyak orang melihat media digital sebagai alat pendidikan baik. Mereka lupa sisi buruknya, yakni menurunkan sensitivitas anak pada isyarat emosional yang ditunjukkan orang lain,” kata penulis utama studi Patricia Greenfield kepada Livescience, Selasa (2/9). Uji dilakukan terhadap 105 anak kelas VI sekolah dasar yang menghabiskan 4,5 jam sehari di depan monitor di hari sekolah dan dibagi dua kelompok, yaitu menggunakan serta tak memakai telepon, televisi, dan komputer. Tingkat kesalahan menilai emosi pada anak yang tak memakai peranti elektronik dengan layar monitor turun dari 14,02 menjadi 9,41 kesalahan dan yang memakai peranti bermonitor turun dari 12,24 menjadi 9,81 kesalahan. (LIVESCIENCE/MZW)

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB