Pesawat ulang alik Discovery berulang tahun ke-30 pada 30 Agustus lalu. Kini, menjadi milik publik, berdiri anggun di Smithsonian National Air and Space di Washington DC, Amerika Serikat. Discovery-lah yang memasang teleskop ruang angkasa Hubble pada orbitnya. Pesawat ulang alik ketiga NASA itu, bersama Columbia, Challenger, Atlantis, dan Endeavour, mengusung mimpi Amerika untuk memahami semesta.
Program pesawat ulang alik adalah penegasan Amerika sebagai yang terdepan dalam aktivitas eksplorasi ruang angkasa. Pesawat-pesawat itu mampu berkali-kali pergi-pulang ruang angkasa-Bumi. Mereka dikirim ke ruang angkasa, kembali ke Bumi, masuk perawatan, dimodifikasi, ditingkatkan kemampuannya, mengorbit kembali, dan kembali ke Bumi. Kru pesawat tinggal dalam orbiter (bagian yang berisi kru). Dalam seluruh 135 misinya, pesawat-pesawat itu mengangkut 355 kru.
Discovery memiliki ”prestasi” yang pantas dicatat. Pesawat itu terbang 39 kali, terbanyak di antara semua pesawat ulang alik. Pesawat itu pula yang memasang teleskop ruang angkasa Hubble pada misi STS-31, April 1990. Dengan teleskop itu, penelitian astronomi dipermudah karena fenomena ruang angkasa bisa ditangkap dan dikirim ke Bumi. Discovery melakukan perawatan Hubble pada Februari 1997 dan Desember 1999.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tahun 1981 adalah tahun bersejarah bagi perkembangan teknologi ruang angkasa. Sebuah pesawat ruang angkasa yang bisa kembali ke Bumi dan mendarat seperti pesawat terbang biasa berhasil dibuat Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Program itu berakhir Juli 2011.
Pesawat ulang alik bukan sekadar pesawat. Pesawat itu juga merupakan laboratorium. Sebanyak 22 misi keilmuan diemban dalam modul khusus. Riset itu meliputi rentang luas beragam ilmu, termasuk fisika dan astronomi. Laboratorium dirancang khusus disesuaikan dengan kondisi gravitasi yang amat kecil (microgravity).
Diawali 1983 dengan Challenger, hewan jadi bagian dari pengembangan iptek ruang angkasa. Misi STS-7, misalnya, meneliti aktivitas sosial semut pada kondisi tanpa gravitasi. Dan, pada STS-8, enam tikus (rat) dibawa dalam modul khusus Animal Enclosure untuk penelitian perilaku hewan di ruang angkasa.
Misi penjelajahan kelima pesawat ulang alik Amerika telah menempuh jarak total 826,7 juta kilometer—1,3 kali jarak Bumi-Yupiter. Kecepatan pesawat mengitari Bumi saat di ruang angkasa mencapai 28.000 kilometer per jam sehingga kru pesawat bisa menyaksikan Matahari terbit dan tenggelam setiap 45 menit!
Pesawat itu terdiri dari tiga komponen besar: orbiter, tempat kru pesawat tinggal; tangki raksasa untuk bahan bakar; dan dua roket pendorong. Dua roket itu yang mendorong saat peluncuran dan dua menit pertama terbang. Kecuali dua tangki bahan bakar, yang terbakar saat pesawat memasuki atmosfer saat kembali ke Bumi, dua komponen lain tetap utuh dan bakal diperbaiki atau ditingkatkan teknologinya. Tangki tersebut memuat bahan bakar hidrogen cair dan oksigen cair.
Namun, di luar itu semua, untuk sistem perlindungan panas (TPS), pesawat ulang alik dipasangi ubin dari keramik khusus di bagian luar orbiter. Sistem itu untuk menahan agar orbiter tak terbakar saat pesawat meluncur memasuki atmosfer Bumi yang menimbulkan panas 1.650 derajat celsius. Fungsi lain ubin adalah untuk menahan suhu dingin di ruang angkasa. Ubin itu mampu mendingin dalam beberapa menit. Apa pun yang terjadi pada masa lalu, Amerika tetap mempertahankan mimpinya di ruang angkasa. Seperti diucapkan George W Bush, ”… Masa depan bukan milik para penakut, melainkan milik pemberani.”
Oleh: Brigitta Isworo Laksmi
SUmber: Kompas, 3 September 2014