Tim peneliti yang dipimpin Wako Aoki dari Observatorium Nasional Jepang menemukan bintang generasi pertama semesta. Bintang yang dinamai SDSS J0018-0939 itu satu dari ratusan bintang yang diidentifikasi melalui Survei Langit Digital Sloan (SDSS).
”Bintang itu punya pola kimia aneh yang belum pernah ditemukan sebelumnya,” kata Aoki, Kamis (21/8). Bintang itu punya kadar besi 1.000 kali lebih sedikit daripada yang ada di Matahari. Rendahnya kandungan logam adalah ciri awal bintang generasi pertama. Beberapa ratus juta tahun setelah Dentuman Besar, semesta hanya terdiri atas hidrogen dan helium. Pada masa itu, tak ada struktur, bintang, ataupun lubang hitam. Setelah bintang generasi pertama terbentuk, fusi nuklir mengubah hidrogen dan helium di inti bintang menjadi elemen lebih berat, seperti karbon, oksigen, magnesium, dan besi. Pada masa itulah bintang SDSS J0018-0939 diperkirakan terbentuk. Dari model teoretis, bintang generasi pertama seharusnya berukuran ratusan kali Matahari. Namun, bintang ukuran besar itu tak pernah ditemukan. Menurut Aoki, umur bintang besar umumnya pendek, hanya 3 juta tahun. Itu jauh lebih pendek daripada bintang seukuran Matahari yang bisa berumur hingga 10 miliar tahun. (BBC/MZW)
Sumber: Kompas, 25 Agustus 2014
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT