Semangat mewujudkan kendaraan ramah lingkungan di Kota Malang terus ada. Setelah mahasiswa dari Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang menunjukkan kreasi mobil listrik buatannya, Jumat (2/5), giliran siswa SMK Negeri 6 Kota Malang, Jawa Timur, memamerkan mobil listrik rakitan mereka.
Mobil listrik rakitan lima siswa SMKN 6 Kota Malang tersebut diberi nama Aksata. Aksata berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti maju berkelanjutan. Mobil listrik jenis pikap atau pengangkut ini berukuran 3.590 milimeter (mm) x 1.450 mm x 1.715 mm, dengan menggunakan motor listrik 4 kilowatt.
Kendaraan dengan dua penumpang ini mampu menempuh perjalanan 120 kilometer dengan baterai terisi penuh. Baterai butuh diisi ulang sebelumnya selama 8 jam. Aksata juga mampu mengangkut beban seberat 1 ton dan bisa melewati medan dengan kemiringan 30 derajat. Kecepatan mobil listrik ini mencapai 50 kilometer per jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mobil ini diklaim memiliki empat kelebihan. Kelebihan itu adalah perawatan yang murah karena tanpa minyak pelumas, ramah lingkungan karena tidak menimbulkan emisi gas buang yang berbahaya, hemat bahan bakar minyak (BBM) karena tidak menggunakan BBM, serta tidak bising. ”Ini menjadi salah satu contoh kendaraan yang ramah lingkungan di Kota Malang,” tutur Candra Winata, guru pembimbing siswa perakit Aksata, di Malang, Jumat.
Candra mengatakan, saat ini pihak sekolah sedang berupaya mendapatkan izin operasi Aksata dari pemerintah. Untuk merakitnya, SMKN 6 Malang bekerja sama dengan salah satu perusahaan mitra kerja.
Adi Novi Rahmada, salah satu siswa perakit Aksata, mengaku bahwa eksperimen untuk merakit mobil listrik ini butuh waktu tiga bulan. Perakitannya lebih kurang selama tiga bulan. ”Kendaraan ini bisa untuk mengangkut beban seberat 1 ton. Jadi, cocok digunakan untuk kendaraan pengangkut ringan di perkotaan,” tutur Adi.
Adi berharap kendaraan ramah lingkungan ini dapat terus dikembangkan demi membantu mengurangi polusi di perkotaan. ”Kendaraan ini cocok digunakan di perkotaan. Selain hemat energi, kendaraan ini juga hemat biaya,” ujarnya.
Wali Kota Malang Muhammad Anton menilai kendaraan ini cocok dengan kondisi Kota Malang yang memang berusaha mengurangi pencemaran. ”Nanti bisa dipikirkan pemakaian mobil listrik ini di lingkungan Pemkot Malang untuk memberi contoh masyarakat agar bersama-sama berusaha mengurangi polusi di Kota Malang,” kata Anton. (DIA)
Sumber: Kompas, 3 Mei 2014