Inilah Kendala yang Biasa Dialami Mahasiswa Baru Ketika Masuk Kampus

- Editor

Minggu, 20 Agustus 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Saat perguruan tinggi menjalankan orientasi studi dan pengenalan kampus atau Ospek, para mahasiswa baru di berbagai wilayah Indonesia pertama kali berkenalan dengan lingkungan kampusnya. Memasuki lingkungan baru seperti ini sering kali muncul culture shock atau gegar budaya bagi sebagian besar orang.

Dosen Psikologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Siti Jaroah, mengatakan bahwa culture shock merupakan perasaan terkejut, bingung, dan kadang cemas yang dirasakan seseorang ketika baru berada dalam lingkungan atau budaya yang berbeda.

Dia mengungkapkan bahwa perasaan ini ternyata merupakan hal yang wajar dan pasti dialami mahasiswa baru ketika awal-awal masuk kampus atau ikut kuliah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Semua maba mengalami yang namanya culture shock. Hanya saja setiap mahasiswa memiliki taraf kekagetan yang berbeda-beda,” ucap dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) itu, dikutip dari situs Unesa pada Jumat, 18 Agustus 2023.

Mahasiswa Baru Unair. Dokumentasi: Unair

Menurutnya, terdapat berbagai macam culture shock yang akan dialami mahasiswa baru. Mulai dari makanan, pergaulan, cara berpakaian, lingkungan, bahkan semua hal di sekitar juga dapat menjadi pemicu culture shock.

Siti menyebutkan beberapa kiat yang bisa dilakukan mahasiswa baru agar tidak berlarut-larut dalam perasaan gegar budaya.

Pertama, mahasiswa baru harus berpikiran terbuka untuk mempelajari hal baru di lingkungan baru, serta berdamai dengan keadaan itu. Pola pikir ini bisa meringankan beban mental ketika seseorang menghadapi kondisi yang mungkin saja tidak sesuai harapan.

“Mahasiswa baru harus siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Karena dengan bersikap open-minded, seseorang akan siap dan lebih mudah mempelajari lingkungan dan hal-hal baru,” ucapnya.

Kedua, tidak membandingkan terlalu jauh antara lingkungan baru dengan lingkungan asal. Menurut Siti, sikap ini cenderung membuat mahasiswa baru protes dengan lingkungan baru dan lama-kelamaan berpotensi menarik diri dari lingkungan atau berdiam diri di kost atau kontrakan.

Ketiga adalah mahasiswa baru perlu cepat bersosialisasi. Dengan begitu, seseorang bisa cepat masuk dalam lingkungan pertemanan baru. Hal ini akan sangat membantu seorang mahasiswa baru dalam beradaptasi di masa-masa awal kuliah.

Sosialisasi ini bisa dimulai dari mengenali sesama mahasiswa baru dari kampus atau daerahnya, bisa juga dengan sesama fakultas atau prodi.

Keempat, ambil bagian dalam kegiatan positif. Untuk memudahkan sosialisasi dan menambah pertemanan di kampus, mahasiswa baru bisa mengikuti berbagai kegiatan yang disediakan di kampus. Dengan ini, seorang mahasiswa baru bisa cepat menambah kenalan dan teman-teman satu kampus.

Kelima, eksplorasi wilayah kampus dan sekitarnya. Misal, mahasiswa baru yang gemar minum kopi bisa mengunjungi warung kopi yang ada di sekitar kampus bersama mahasiswa baru lainnya. Selain itu, mahasiswa baru juga bisa menelusuri tempat diskusi, taman baca, maupun tempat makan di sekitar kampus.

Keenam, mahasiswa baru disarankan punya tujuan ketika masuk kampus. Siti menganjurkan tujuan itu disederhanakan dalam bentuk beberapa target. Target tersebut dapat berupa pencapaian IPK, frekuensi belajar, dan sebagainya. Dengan memiliki tujuan, mahasiswa cenderung memiliki visi ke depan dan memiliki tekad yang tidak mudah goyah.

Reporter: Nabiila Azzahra

Editor: Devy Ernis

Sumber: TEMPO.CO, Sabtu, 19 Agustus 2023

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 31 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB