Ubah Pola Konsumsi Kayu

- Editor

Sabtu, 1 Maret 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaan produk kayu olahan berkelanjutan masih rendah. Untuk menjaga kelestarian hutan, masyarakat perlu mengubah pola konsumsinya.

Direktur Program Sumatera dan Kalimantan WWF Indonesia Anwar Purwoto mengatakan, kesadaran masyarakat masih kurang. Sementara permintaan terhadap bahan baku produk berasal dari kayu meningkat. ”Terdapat kesenjangan antara permintaan yang meningkat dan kemampuan penawaran hutan Indonesia,” ujarnya pada temu wartawan bertema ”Responsible Timber Product Campaign: 100% Responsible Costumer” di Jakarta, Kamis (27/2).

Pada 2007, kebutuhan masyarakat Indonesia akan kayu mencapai 60 juta meter kubik. Sementara pasokan kayu yang bisa diproduksi hutan Indonesia 20 juta meter kubik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jika konsumsi sumber daya hutan tak diiringi pola berkelanjutan, kata Anwar, keberlangsungan hutan alam menunggu kehancuran. Berdasarkan data Statistik Kehutanan Indonesia 2013 yang dikeluarkan Kementerian Kehutanan, total angka deforestasi kawasan hutan Indonesia periode 2009/2010 adalah 610.375 hektar per tahun dari total luas hutan Indonesia 131.279.115 ha.

Pada kondisi semacam ini, kesadaran masyarakat menggunakan produk kayu bersertifikat perlu didorong melalui pengaturan pola konsumsi, yaitu mempertimbangkan dampak dari setiap produk yang dikonsumsi. Salah satu caranya membeli dan menggunakan produk kayu atau turunannya yang tersertifikasi, di antaranya berlabel FSC (Forest Stewardship Council). ”Label sertifikasi itu dapat membantu masyarakat mengenali bahwa produk yang dikonsumsinya berasal dari hutan lestari,” kata Anwar.

Fathi Hanif, Koordinator Program Strengthening Integrity and Accountability Program II (SIAP II)—proyek yang didanai USAID—menambahkan, konsumen diharapkan lebih bijak. Produk- produk kayu bersertifikat bisa saja lebih mahal sehingga diperlukan keberpihakan konsumen.

Kesadaran masyarakat Indonesia, menurut Anwar, berbeda dengan di negara lain. ”Kepedulian konsumen di luar negeri terhadap lingkungan meningkat. Karena itu, pemerintah menetapkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) untuk memenuhi keinginan mereka mengonsumsi produk kayu hutan lestari Indonesia yang ramah lingkungan.”

Di Indonesia, masalah tidak hanya pada tingkat konsumen saja. ”Contoh dasarnya, kalau kita jalan-jalan ke toko mebel atau kertas, tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa produk yang dijual bersertifikat. Informasi dan sosialisasi yang kurang ini mengurangi kesadaran konsumen mengonsumsi produk bersertifikat,” kata Anwar. (A06)

Sumber: Kompas, 1 Maret 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB