”In Memoriam” Thee Kian Wie; Birokrasi Hambat Kemajuan Ekonomi dan Peneliti

- Editor

Kamis, 13 Februari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SALAH satu pakar sejarah ekonomi Indonesia, Thee Kian Wie, PhD, kini telah tiada.

Kepergiannya pada Sabtu (8/2) pagi sangat mengejutkan banyak kolega, baik para ekonom maupun non-ekonom dalam dan luar negeri. Pasalnya, Thee Kian Wie merupakan pribadi yang dinamis dan enerjik serta humoris walaupun di usianya yang hampir mencapai angka 80 tahun. Bincang-bincang singkat saya dengan Thee Kian Wie pada Jumat (7/2) pukul 16.30 di Pusat Penelitian Ekonomi LIPI rupanya perjumpaan yang terakhir.

Saya mengenal Pak Thee (panggilan saya kepada beliau) lebih dari 30 tahun sejak saya menapakkan kaki pada 1982 sebagai pegawai negeri sipil di Lembaga Sosial-Ekonomi Nasional (Leknas-LIPI). Lembaga ini kini tidak dikenal lagi. Bersama dengan Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN), karena alasan restrukturisasi, LIPI meleburnya menjadi lima pusat penelitian pada 1983, yaitu Pusat Penelitian Ekonomi, Pusat Penelitian Kependudukan, Pusat Penelitian Politik, Pusat Penelitian Kebudayaan, dan Pusat Penelitian Sumber Daya Regional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tidak berapa lama setelah restrukturisasi tersebut, Thee Kian Wie diberi amanah oleh kepala LIPI pada waktu itu untuk menjadi kepala Pusat Penelitian Ekonomi dan Pembangunan yang pertama dan kini diubah lagi menjadi Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI. Lantas, siapakah Thee Kian Wie itu dan bagaimana pemikirannya dengan ekonomi Indonesia?

Benar bahwa perhatian Thee Kian Wie sebagai sosok ekonom lulusan University of Wisconsin, Madison, Amerika Serikat, memang banyak dicurahkan pada penelitian sejarah ekonomi dan perkembangan industri nasional. Namun, itu tidak berarti Thee Kian Wie tidak memiliki perhatian pada isu ekonomi lainnya, seperti kemiskinan, ketimpangan pendapatan, investasi, dan isu ekonomi pembangunan lain.

Bahkan, perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan nasional pun tidak luput dari perhatian beliau. Halaman opini ini saya yakin tidak akan cukup untuk menuliskan karya- karya penelitian yang dilakukan Thee Kian Wie semasa hidupnya. Buku yang terakhir ditulisnya, yakni Indonesia’s Economy Since Independence, dipublikasikan oleh Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), Singapura, tahun 2012. Belum lagi pikiran-pikirannya di media surat kabar ataupun jurnal ilmiah nasional dan internasional.

Jalan di tempat
Dari sekian banyak pikiran ataupun karya tertulis hasil penelitian yang dilakukan Thee Kian Wie mengindikasikan lambatnya pembangunan ekonomi nasional selama ini disebabkan adanya birokrasi yang menghambat. Akibatnya, berbagai kebijakan fiskal dan moneter ataupun kebijakan ekonomi lainnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi jalan di tempat.

Layaknya roller coaster yang berputar, tetapi berputar di lintasan yang sama. Sebut saja di bidang investasi, sektor ini naik- turun peningkatannya karena komitmen untuk memangkas berbagai ketidakberesan dalam perizinan, pengelolaan lahan, dan korupsi, kolusi dan nepotisme masih menggurita. Akibatnya, investasi domestik dan asing enggan masuk ke Indonesia. Ujungnya, upaya untuk membuat perekonomian naik kelas dari struktur ekonomi berbasis pertanian menjadi basis industri semakin jauh dari yang diharapkan.

Hal lain yang juga penting disebutkan ialah pikirannnya dalam upaya mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Thee Kian Wie pada prinsipnya sependapat bahwa growth is necessary to eliminate the incidence of poverty. Namun, pertumbuhan ekonomi tersebut harus pula diikuti dengan kebijakan pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin secara langsung tanpa hambatan birokrasi.

Pengembangan usaha mikro kecil dan menengah serta koperasi, menurut Thee, jalan keluar meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat miskin. Hopeless, menurut dia, jika perhatian pada komitmen penghilangan rantai birokrasi dalam membangun ekonomi nasional tidak dilakukan pemerintah.

Saya meyakini masih banyak lagi pikiran besar lain yang telah dikontribusikan oleh seorang Thee Kian Wie dari hasil-hasil penelitian semasa hidupnya untuk berbagi membangun perekonomian bangsa ini. Jika Pak Thee sebagai seorang olahragawan, berbagai medali pasti ia dapatkan. Syukurlah beliau bukan seorang yang suka merindukan atau menghitung-hitung hasil kerjanya. Dengan kesederhanaan yang dimiliki, kepada peneliti khususnya di Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Pak Thee selalu berpesan untuk menjadi peneliti yang tetap profesional di tengah-tengah kondisi birokrasi yang semakin tidak profesional di lingkungan penelitian. Selamat jalan Pak Thee.

CARUNIA MULYA FIRDAUSY, Profesor Riset LIPI dan Guru Besar Ekonomi Untar

Sumber: Kompas, 13 Februari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB