Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta (sekarang UNJ) periode 1984-1992 Prof Conny R Semiawan meninggal. Beliau merupakan tokoh pendidikan yang punya pemikiran besar tentang pedagogi.
Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992 Prof Conny R Semiawan (90) meninggal pada Kamis (1/7/2021). Jenazah perempuan rektor pertama di Indonesia itu dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut, Jakarta.
Conny yang lahir di Ngawi, Jawa Timur, pada 6 November 1930 itu merupakan penulis dan tokoh pendidikan dengan kompetensi pedagogi. Selain rektor, ia juga guru besar pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Conny merupakan salah satu peraih gelar doktor pertama di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta. Ia meraih gelar doktor pada 1978 bersama Ahmad Subroto, dua tahun setelah IKIP Jakarta membuka program doktor pada 1976.
”Kami keluarga besar UNJ merasa kehilangan atas kepulangan Prof Conny R Semiawan. Beliau adalah guru dan pendidik yang memiliki pemikiran besar dalam memajukan pendidikan nasional. Pemikiran dan agenda pemajuan pendidikan yang mengutamakan peserta didik dengan CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi milestone perubahan paradigma pendidikan modern Indonesia,” kata Rektor UNJ Komarudin melalui keterangan tertulis.
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA—-Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992 Prof Conny R Semiawan
Almarhum lulus dengan predikat sangat memuaskan. Adapun disertasinya berjudul ”Lingkungan Belajar yang Mengundang Suatu Pendekatan yang Bermakna dalam Meningkatkan Perkembangan Anak Retardasi Mental”. Pada 1981, Conny dikukuhkan sebagai perempuan guru besar pertama di IKIP Jakarta.
Ia menulis beberapa buku, seperti Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu dan Strategi Pengembangan Otak. Ia juga salah satu pendiri Labschool. Kendati telah berusia senja, Conny masih aktif menjadi pembicara seminar dan berbagai kegiatan lain.
”Sampai saat terakhirnya, ingatan Ibu masih sangat kuat, bicaranya masih cerdas dan tajam, serta keinginannya untuk tetap produktif masih tinggi. Dedikasinya pada ilmu pendidikan sangat luar biasa,” kata Ari Semiawan (57), anak bungsu Conny, melalui pesan teks.
Menurut dia, Conny merupakan sosok panutan bagi keluarga. Kendati memiliki tujuh anak, ia tetap bisa menata karier, karya, dan keluarga. Ari mengatakan, sejumlah tawaran jabatan ditolak Conny dengan pertimbangan keluarga.
Adapun Conny pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada Agustus 2015, Conny menerima penghargaan di bidang pendidikan oleh UNESCO. Penghargaan yang sama di bidang komunikasi kala itu diberikan juga kepada pendiri Kompas, almarhum Jakob Oetama.
Diskusi terbuka
Dosen UNJ, Jimmy Paat, mengatakan, saat ia masih menjadi mahasiswa UNJ, Conny disebut sebagai ”dosen hebat” oleh lingkungan kampus. Ia terbuka untuk diskusi dan obrolan. Ia juga bisa membangun relasi yang baik dengan dosen ataupun mahasiswa.
Saat menjabat sebagai Rektor UNJ, Conny kerap blusukan ke kelas berbagai jurusan dan mengamati cara dosen mengajar. Sikap Conny yang aktif dan terbuka tersebut, menurut Jimmy, dicontoh oleh murid-murid generasi pertamanya yang mempelajari pedagogi.
”Beliau adalah ibu guru yang sejati. Orang-orang seperti beliau itu tidak banyak,” kata Jimmy.
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA—Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992 Prof Conny R Semiawan
Menurut Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim, Conny merupakan sosok yang menghargai pemikiran dan karya guru-guru lain. Ini tampak saat Conny bersedia menulis kata pengantar di buku yang ditulis Satriwan, yaitu Guru Menggugat!.
”Beliau membaca dan mengomentari naskah buku yang saya tulis. Katanya, isi naskah saya seperti gado-gado. Setelah saya tulis lagi, Bu Conny setuju memberi kata pengantar. Pencapaian saya adalah buku saya dibaca dan diberi kata pengantar oleh beliau, bukan saat buku saya dibaca publik,” katanya.
Ia menambahkan, salah satu ajaran Conny yang paling membekas adalah bahwa guru harus mampu membangun lingkungan pembelajaran yang mengundang. Artinya, guru harus bisa mengundang rasa ingin tahu, antusiasme, dan semangat peserta didik di kelas.
Oleh SEKAR GANDHAWANGI
Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Sumber: Kompas, 1 Juli 2021