Sejumlah perguruan tinggi mengembangkan program-program pendidikan baru agar lulusan mereka sesuai dengan tuntutan perubahan zaman.
Zaman berubah dengan cepat dan semakin kompleks. Sejumlah perguruan tinggi mulai menyikapi hal ini dengan mengembangkan program-program studi baru yang adaptif dan sesuai tuntutan perubahan zaman.
Menyikapi hal ini, beberapa perguruan tinggi (PT) mencoba menyiapkan kompetensi-kompetensi baru agar lulusan mereka sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Meskipun pengembangan program pendidikan (prodi) baru relatif tak progresif, namun penguatan pembelajaran yang menerapkan multi disiplin dan multi keterampilan untuk mahasiswa terus dilakukan PT lewat kolaborasi dengan industri dan pemerintah daerah, serta pemberian kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman nyata di dunia kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai PT pada, Selasa (15/6/2021), secara umum PT lebih fokus mengembangkan prodi yang sudah ada, termasuk melibatkan industri untuk tetap relevan dengan kebutuhan terkini. Ada juga yang membuka prodi baru untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang memang sangat dibutuhkan dunia kerja.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University Drajat Martianto mengatakan, sejak empat tahun lalu, IPB University membuka prodi baru Aktuaria karena peluang kerja ini prospektif seiring mulai tumbuhnya kesadaran publik untuk berasuransi. Selain itu, sedang dikaji juga pengembangan Fakultas Kedokteran Hewan menjadi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis.
Di sisi lain, IPB University juga mengembangkan prodi yang sudah ada. Sebagai contoh, Prodi Statistika diubah menjadi Statistika dan Sains Data sejak 2020.
Sebenarnya, materi tentang sains data sudah diajarkan sejak dulu. Namun, dengan adanya perubahan prodi, maka porsi pelajaran sains data akan lebih signifikan dibanding sebelumnya.
“Sains data akan sangat penting ke depan karena big data. Tantangan berubah, ilmu berubah, kami pun juga harus berubah,” kata Drajat.
Bidang kesehatan
Rektor Universitas Padjadjaran Rina Indiastuti mengatakan, bidang kesehatan di Unpad paling diminati, peningkatan terutama untuk program keperawatan dan psikologi. Perkembangan digital disambut Unpad dengan membuka program bisnis digital sekitar tiga tahun lalu.
“Dengan alasan untuk memenuhi relevansi kebutuhan dunia kerja dan SDM negara, kami memilih untuk mempertajam kurikulum yag ada. Untuk mendekatkan diri dengan dunia digital kami juga memberikan mata kuliah coding,” jelas Rina.
Adaptasi sudah dilakukan Binus University sekitar lima tahun lalu dengan kebijakan kurikulum mayor dan minor. Menurut Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik Binus University Engkos Achmad Kuncoro, mahasiswa bebas memilih mata kuliah sesuai minatnya. “Satu disiplin ilmu saja tidak cukup untuk menghadapi tantangan ke depan. Selain itu, kini sumber pengetahuan tidak di kampus saja. Prodi dan materi kami susun agar bisa antisipasi era baru ini,” katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, proses perubahan kurikulum direncanakan hingga 2023. Hingga kini ada sejumlah fakultas yang pembelajarannya sudah melibatkan industri. Fakultas Ekonomi bekerja sama dengan layanan keuangan digital OVO untuk membuat kelas teknologi finansial (tekfin). Sementara itu, Fakultas Teknik bekerja sama dengan Tokopedia Academy. Kampus ini sedang menjalin kerja sama untuk mengajar pemasaran hijau green marketing di Program Studi Magister Manajemen.
Di Cirebon, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Swadaya Gunung Jati harus menempuh tiga mata kuliah baru, yakni literasi teknologi dasar, literasi teknologi lanjutan, dan literasi humanis. Mata kuliah tersebut antara lain membekali mahasiswa membuat media pembelajaran secara digital, mulai dari video hingga aplikasi khusus.
Public Relation Officer Universitas MA Chung di Malang, Ratna Kristina, mengatakan, kampusnya memiliki Malang Digital Core yaitu fasilitas untuk mahasiswa dan non-mahasiswa yang berminat menghadirkan usaha rintisan (startup) berbasis TI. Di sini, komunitas dan anggota mendapat pelatihan pengembangan usaha rintisan hingga dipertemukan dengan investor.
Direktur Jenderal Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nizam mengatakan, PT semakin diberikan fleksibilitas untuk mengembangkan prodi yang kian relevan supaya lulusan fit dengan dunia kerja. Pembukaan prodi baru lebih melihat kebutuhan, jika terlalu sempit ruang lingkupnya, maka peluang kerja para lulusan semakin terbatas.
Menurut Nizam, PT di Indonesia sudah mulai membuka prodi Aktuaria untuk memenuhi kebutuhan perusahaan asuransi. Ada juga teknik biomedik untuk mendukung teknologi kesehatan. Adapun dunia digital yang dibutuhkan semua perusahaan, bisa dipenuhi dengan memperluas lingkup prodi teknik informatika/ilmu komputer/sistem informasi dengan keterampilan baru. Perkembangan tekfin bisa diperkuat untuk mahasiswa ekonomi dengan memberikan penguatan teknologi digital. (ELN/IKI/SKA/RTG/DIA)
Oleh TIM KOMPAS
Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Sumber: Kompas, 16 Juni 2021