Kerabat Dekat SARS-CoV-2 Ditemukan pada Kelelawar di Kamboja

- Editor

Senin, 4 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dengan mengurutkan sampel dari 430 kelelawar yang dikumpulkan lebih dari satu dekade lalu, para peneliti menemukan virus korona yang ”hampir identik” dengan virus yang menyebabkan Covid-19.

Kelelawar tapal kuda yang hidup di goa Kamboja pada 2010 diketahui membawa patogen yang hampir identik dengan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Kelelawar tapal kuda diketahui juga terdapat di sejumlah negara Asia Tenggara lainnya, termasuk di Indonesia.

Temuan ini dipublikasikan peneliti virus, Vibol Hul dari Institut Pasteur International Network, Kamboja, dan tim di www.biorxiv.org, dan belum mendapatkan review dari sejawat. Sampel yang diuji oleh para ilmuwan itu sebelumnya disimpan dalam lemari es di Institut Pasteur di Phnom Penh sejak Desember 2010 dan baru dianalisis baru-baru ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan mengurutkan sampel dari 430 kelelawar yang dikumpulkan lebih dari satu dekade lalu, para peneliti menemukan virus korona yang ”hampir identik” dengan virus yang menyebabkan Covid-19 pada dua kelelawar Rhinolophus shameli, atau dikenal sebagai kelelawar tapal kuda Shemal.

”Kajian ini menjadi bukti empiris bahwa virus ini selama ini telah ada di alam,” kata peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota konsorsium Covid-19 Genomics UK, Riza Arief Putranto, di Jakarta, Selasa (2/2/2021), mengomentari temuan ini.

Berdasarkan temuan Vibol dan tim, virus korona yang dinamakan sebagai RShSTT182 dan RShSTT200 tersebut memiliki 92,6 persen identitas yang sama dengan SARS-CoV-2. Ini berarti, keduanya sangat dekat. ”Perbedaannya setara 2.146 huruf atau 1 gen saja dari total 29.000 huruf dari material genetik SARS-CoV-2,” kata Riza.

Sekalipun memiliki kedekatan, menurut Riza, virus korona yang ditemukan di Kamboja ini memiliki evolusi yang berpisah dengan SARS-CoV-2. Kajian ini juga menunjukkan bahwa kelelawar merupakan reservoar atau inang dari banyak virus korona sehingga riset tentangnya perlu ditingkatkan lebih jauh. Selain itu, untuk mengurangi risiko lompatan virus ke manusia, interaksi manusia dengan satwa ini juga perlu dikurangi.

—-Pohon genetik yang menunjukkan kedekatan virus SARS-CoV-2 dengan virus korona yang ditemukan pada Rhinolophus shameli, atau dikenal sebagai kelelawar tapal kuda Shemal di Kamboja. Sumber: www.biorxiv.org (2021)

Ada di Indonesia
Pengetahuan tentang asal dan reservoir virus korona yang bertanggung jawab atas pandemi Covid-19 masih belum diketahui dengan pasti. Sampai saat ini, kerabat terdekat dengan SARS-CoV-2 telah terdeteksi pada sampel kelelawar tapal kuda yang ditemukan di Provinsi Yunnan, China.

Dalam publikasinya, Vibol menyebutkan, penemuan virus korona pada spesies kelelawar di Kamboja ini menunjukkan bahwa virus terkait SARS-CoV-2 memiliki distribusi geografis yang jauh lebih luas daripada yang dipahami sebelumnya. Disebutkan, kelelawar Rhinolophus shameli menyebar di sejumlah negara Asia Tenggara, selain di Kamboja, juga ditemukan di Myanmar, Laos, Thailand, Vietnam, termasuk Indonesia.

Dengan fakta ini, menurut Vibol, Asia Tenggara merupakan area kunci yang perlu dipertimbangkan dalam pencarian asal-usul SARS-CoV-2 yang saat ini tengah dilakukan tim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, ke depan, kawasan ini perlu mendapat pengawasan terkait penyebaran virus korona.

Peneliti dari Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IPB University, Joko Pamungkas, mengatakan, Rhinolophus shameli memang telah lama diketahui menyebar di Indonesia. Namun, sejauh ini belum dilakukan penelitian mengenai keberadaan virus korona itu pada kelelawar jenis ini di Indonesia.

Joko yang merupakan Koordinator PREDICT-Indonesia melakukan surveilans untuk mengetahui risiko zoonosis di sejumlah daerah di Sulawesi pada 2011-2019. Surveilans yang dilakukan terhadap tiga takson satwa primata, rodensia, dan kelelawar ini menemukan belasan virus baru dan sejumlah virus yang telah diketahui sebelumnya. Di antaranya genus Paramyxoviruses, Coronaviruses, Astroviruses, Rhabdoviruses, dan Herpesviruses.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 3 Februari 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB