Kesuksesan misi uji coba Crew Dragon yang dinamai Demo-2 itu menandai era baru penerbangan luar angkasa AS dan dunia. Seluruh penerbangan manusia ke luar angkasa di masa depan akan dilakukan oleh perusahaan swasta.
KOMPAS/NASA/BILL INGALLS—Kapsul Crew Dragon milik SpaceX diangkat dari perairan ke atas kapal GO Navigator, juga milik SpaceX. Wahana antariksa yang dikendarai dua antariksawan Robert Behnken dan Douglas Hurley itu mendarat di lepas pantai Pensacola, Florida, Amerika Serikat, Minggu (2/8/2020). Pendaratan itu menandai keberhasilan uji Crew Dragon hingga siap digunakan untuk penerbangan komersial manusia menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Kembalinya Crew Dragon ke Bumi menandai keberhasilan pembuatan, peluncuran, dan pengendalian wahana antariksa oleh perusahaan swasta komersial. Kesuksesan akan membuat makin banyak manusia pergi ke luar angkasa baik untuk kepentingan ilmiah maupun wisata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kapsul Crew Dragon yang digunakan dalam misi uji Demo-2 itu mendarat di lepas pantai Pensacola, Teluk Meksiko, Florida, Amerika Serikat, pada Minggu (2/8/2020) pukul 14.48 waktu setempat atau Senin (3/8/2020) pukul 01.48 WIB. Wahana ini sepenuhnya dirancang, diluncurkan, dan dioperasikan oleh perusahaan milik Elon Musk, SpaceX yang baru berdiri tahun 2002.
SpaceX menjadi perusahaan swasta pertama di dunia yang mampu mengirimkan manusia ke luar angkasa. Tak hanya itu, SpaceX juga berhasil menaklukkan dominasi lembaga negara dalam pengiriman misi ke luar angkasa, baik berawak maupun tanpa awak.
Tak hanya bermakna penting bagi SpaceX, kesuksesan pendaratan Crew Dargon itu juga menjadi momen penting bagi AS. Sejak 2011, AS bergantung pada Rusia untuk mengantar dan menjemput antariksawan mereka ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menggunakan wahana Soyuz. Untuk keperluan itu, AS harus membayar hingga 90 juta dollar AS per satu antariksawan atau sekitar Rp 1,3 triliun dengan kurs Rp 14.500 per dollar AS.
Bukan hanya kemandirian dan penghematan miliaran dollar, kesuksesan itu juga membangkitkan kembali kebanggaan masyarakat AS seperti yang diungkapkan Presiden Donald Trump saat peluncuran Crew Dragon. Peluncuran wahana berawak dari AS terakhir berlangsung pada 2011.
Selain itu, wahana antariksa yang terakhir kali mendarat di perairan AS terjadi pada 45 tahun lalu atau pada 24 Juli 1975 saat misi Proyek Uji Apollo-Soyuz mendarat di Samudra Pasifik sekitar Hawaii, AS.
Misi uji Crew Dragon itu dilakukan oleh dua antariksawan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), Douglas ”Doug” Gerard Hurley (53) dan Robert ”Bob” Louis Behnken (50). Peluncuran Crew Dragon berlangsung dari Bandar Antariksa Kennedy di Tanjung Canaveral, Florida, AS, pada 30 Mei 2020 menggunakan roket milik SpaceX, Falcon-9. Saat Crew Dragon berhasil merapat di ISS, kedua antariksawan itu menamai kapsul tersebut dengan Endeavour sebagai penghargaan atas tradisi penerbangan luar angkasa AS.
KOMPAS/NASA/BILL INGALLS—Antariksawan NASA, Robert Behnken (kiri) dan Douglas Hurley, yang mendarat di perairan Teluk Meksiko, AS, Minggu (2/8/2020), dijemput menggunakan kapal GO Navigator. Kedua antariksawan yang mengendarai kapsul Crew Dragon itu sukses menjalankan misi uji wahana tersebut menuju dan kembali dari ISS.
Crew Dragon lepas dari ISS pada Sabtu (1/8/2020) pukul 19.35 waktu pantai timur AS atau Minggu (2/8/2020) 06.35 WIB. Setelah menempuh perjalanan sekitar 19 jam, kapsul itu akhirnya menyentuh perairan permukaan Bumi. Secara keseluruhan, Hurley dan Behnken menghabiskan 64 hari di orbit, 1.024 kali mengelilingi Bumi, serta menempuh jarak perjalanan sejauh 43,7 juta kilometer. Selama 62 hari di ISS, Hurley dan Behnken melakukan sejumlah penelitian, mengecek kesiapan wahana, hingga bekerja di luar modul ISS (spacewalk).
”Ini benar-benar sebuah kehormatan dan keistimewaan,” kata Hurley saat wahana yang mereka tumpangi kembali ke Bumi.
Saat kapsul Crew Dragon mulai terlihat di angkasa dengan empat parasut besarnya dan mendekati air, sejumlah kapal pribadi di sekitar Teluk Meksiko berusaha mengerumuni mereka. Empat parasut besar itu berfungsi untuk menahan laju jatuhan kapsul saat memasuki atmosfer Bumi dari 560 kilometer per jam menjadi 24 kilometer per jam atau dari 155 meter per detik menjadi 7 meter per detik.
Kehadiran sejumlah kapal pribadi yang lebih cepat dibandingkan kehadiran kapal penjemput yang akan mengangkat kapsul dan mengevakuasi kedua antariksawan itu di luar perkiraan NASA. Keberadaan kapal pribadi di sekitar lokasi pendaratan Crew Dragon itu sangat berbahaya.
Setelah jatuh, untuk beberapa lama, kapsul masih mengeluarkan asap yang mengandung senyawa nitrogen tetroksida yang sangat beracun. Ini adalah bahan oksidator pembakaran sistem propulsi kapsul saat akan memasuki atmosfer Bumi.
Administrator NASA, Jim Bridenstine, seperti dikutip BBC, Senin (3/8/2020), mengatakan, senyawa itu tidak membahayakan bagi antariksawan ataupun tim penjemput karena mereka telah dibekali dengan persiapan dan pakaian khusus. Namun, persiapan itu tidak dimiliki masyarakat awam yang mendekati lokasi pendaratan Crew Dragon. ”NASA mengingatkan masyarakat untuk tidak lagi mendekati wahana antariksa di masa depan,” katanya.
Setelah tim penjemput meminta kapal-kapal pribadi untuk pergi, mereka kemudian mengangkat kapsul tersebut ke dalam kapal dan mengeluarkan dua antariksawan di dalamnya. Selanjutnya, kedua antariksawan tersebut diterbangkan ke daratan menggunakan helikopter.
KOMPAS/NASA—Wahana antariksa milik SpaceX bersiap untuk sandar di ISS pada 31 Mei 2020. Kuncup atas kapsul tersebut terbuka hingga wahana bisa merapat di ISS. Wahana ini telah kembali ke Bumi pada Minggu (2/8/2020) setelah menjalankan misi selama 64 hari di orbit, termasuk 62 hari di ISS.
Crew-1
Kesuksesan misi uji coba Crew Dragon yang dinamai Demo-2 itu menandai era baru penerbangan luar angkasa AS dan dunia. Seluruh penerbangan manusia ke luar angkasa di masa depan akan dilakukan oleh perusahaan swasta, seperti SpaceX. Keberhasilan ini juga menandai langkah optimistik penerbangan manusia ke luar angkasa di masa depan.
Bridenstine mengatakan, kedatangan kembali Crew Dragon dengan selamat ke Bumi adalah kemenangan besar. Namun, ini baru langkah awal. ”NASA tidak ingin membeli, memiliki, dan mengoperasikan perangkat keras seperti dulu,” katanya seperti dikutip Space. Ke depan, NASA ingin menjadi pelanggan dari banyak perusahaan penerbangan luar angkasa swasta yang jumlahnya makin banyak, khususnya untuk penerbangan ke orbit rendah Bumi.
Model ini diyakini akan menciptakan persaingan sehat di antara industri penerbangan luar angkasa yang ada. Selain itu, pola ini akan membuat penerbangan luar angkasa makin hemat, memunculkan banyak inovasi, dan tentu dengan tingkat keselamatan yang makin andal. Pola ini juga diharapkan mampu menciptakan dan mengembangkan siklus ekonomi yang lebih baik.
Keterlibatan perusahaan swasta untuk misi penerbangan ke luar angkasa itu dibuka NASA sejak 2010 dengan menggelar kompetisi untuk mengirimkan antariksawan ke ISS. Pada 2014, NASA mengumumkan SpaceX dan Boeing menjadi pemenangnya. Kedua perusahaan itu berhak atas dana miliaran dollar untuk mengembangkan dan menguji wahana mereka.
SpaceX mendapat dana 2,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 37,7 triliun untuk merancang dan menerbangkan minimal enam kali misi, menuju dan kembali dari ISS, menggunakan Crew Dragon dan roket Falcon-9.
Kontrak serupa diberikan pada Boeing senilai 4,2 miliar dollar AS atau Rp 60,9 triliun untuk mengembangkan wahana CST-100 Straliner. CST-100 merupakan singkatan Crew Space Transportation, sedangkan angka 100 menunjukkan 100 kilometer di atas Bumi yang dianggap sebagai batas dimulainya angkasa luar.
CST-100 Straliner akan diluncurkan menggunakan roket United Launch Alliance. Saat ini, Starliner belum siap untuk digunakan sebagai misi berawak setelah uji wahana tak berawak Starliner pada Desember 2019 gagal mencapai ISS.
Setelah keberhasilan uji Demo-2 ini, tim SpaceX akan memeriksa semua data penerbangan tersebut sebelum memulai misi komersial Crew Dragon. Tim akan memeriksa data dan kinerja wahana di seluruh proses penerbangan tersebut guna menyelesaikan proses sertifikasi NASA untuk menerbangkan misi berawak komersial ke luar angkasa. Sertifikasi ini diperkirakan akan memakan waktu hingga enam minggu ke depan.
KOMPAS/NASA—Rancangan kapsul Orion milik NASA sedang menjalani proses uji. Wahana ini dirancang NASA untuk menerbangkan manusia ke Bulan dan Mars. Proses uji wahana ini diperkirakan akan berlangsung pada 2021.
Selanjutnya, NASA akan menjadi pelanggan pertama Crew Dragon. Misi komersial pertama Crew Dargon yang dinamai misi Crew-1 itu akan menerbangkan empat antariksawan NASA menuju ISS pada akhir September 2020. Keempat antariksawan dalam misi Crew-1 itu terdiri dari tiga antariksawan AS, yaitu Michael Hopkins, Victor Glover, dan Shannon Walker, serta seorang antariksawan Jepang, Soichi Noguchi. Mereka akan tinggal di ISS selama enam bulan.
Sementara misi kedua atau Crew-2 akan menggunakan kapsul Crew Dragon yang baru saja kembali dari ISS, Minggu. Kapsul Crew Dragon memang dirancang untuk bisa digunakan ulang sehingga makin menghemat biaya. Awak Crew-2 itu masih akan beranggotakan empat antariksawan, yaitu Megan McArthur (istri Behnken) dan Shane Kimbrough dari AS, Akihiko Hoshide dari Jepang, dan Thomas Pesquet dari Uni Eropa.
Namun, bukan hanya NASA yang telah memesan kursi Crew Dragon untuk menerbangkan antariksawannya ke ISS. Perusahaan penerbangan luar angkasa Axiom yang berbasis di Houston, AS, juga telah memesan empat kursi untuk peluncuran sekitar Oktober 2021. Keempat kursi itu diperuntukkan bagi satu antariksawan profesional yang dikontrak Axiom dan tiga turis luar angkasa yang rencananya akan tinggal di ISS selama delapan hari.
Ada pula perusahaan penerbangan luar angkasa AS lainnya bernama Space Adventures. Perusahaan ini ingin menerbangkan turis luar angkasanya pada 2021-2022. Namun, turis luar angkasa itu tidak akan mengunjungi ISS, tetapi mereka akan diajak untuk merasakan sensasi terbang yang lebih tinggi dari ISS yang ada diketinggian sekitar 422 kilometer dari Bumi selama lima hari atau lebih.
Di luar antrean untuk menggunakan Crew Dragon, SpaceX kini juga tengah menguji purwarupa sistem penerbangan berawak di masa mendatang bernama Starship. Wahana ini dirancang untuk bisa membawa manusia ke Bulan, Mars, atau ke mana pun mereka ingin pergi.
Starship sedang dalam proses untuk mendaratkan manusia di Bulan dalam program Artemis NASA pada 2024. Misi Artemis itu akan mendaratkan dua manusia di sekitar kutub selatan Bulan. Salah satu antariksawan yang akan menjadi manusia yang menginjakkan kaki di Bulan itu adalah perempuan karena dari 12 antariksawan yang sudah mendarat di Bulan dalam misi Apollo, semuanya adalah laki-laki.
Misi NASA untuk mendaratkan kembali manusia ke Bulan itu merupakan batu loncatan untuk mendaratkan manusia di Mars pada dekade 2030-an. Selain mengandalkan SpaceX, NASA juga mengembangkan wahana sendiri untuk bisa mengirimkan manusia ke Bulan dan Mars. Sistem itu terdiri atas wahana kapsul yang dinamai Orion dan sebuah roket raksasa Space Launch System. Kedua perangkat itu akan diuji pertama kali secara bersama pada akhir 2021 untuk terbang tanpa awak ke Bulan.
Semua mimpi itu terasa makin dekat dengan kesuksesan misi uji Demo-2 dengan kapsul Crew Dragon. Kendala teknis yang menghambat langkah maju penerbangan manusia ke luar angkasa sejak misi terakhir pendaratan manusia ke Bulan pada 50 tahun lalu nyatanya bisa diatasi. Asal ada kemauan dan tekad kuat, Bulan, Mars, atau bagian lain antariksa bisa ditaklukkan manusia.
”Keberhasilan uji misi Demo-2 menantang SpaceX untuk melakukan hal-hal lain yang lebih menantang dan sulit, seperti misi pengiriman manusia ke Bulan dan Mars,” kata Presiden SpaceX Gwynne Shotwell.
Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
Editor EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 6 Agustus 2020