Wahana antariksa milik Uni Emirat Arab yang dinamai Al Amal atau Harapan sudah meluncur ke planet Mars. Sejumlah tantangan menanti pada perjalanan lebih dari 493 juta kilometer ini.
—Sebuah gambar yang diambil 19 Juli 2020 menunjukkan peluncuran Roket H-IIA yang membawa Satelit ”Harapan” atau ”Al-Amal” yang dikembangkan Mohammed bin Rashid Space Centre (MBRSC), untuk misi ke Mars, Senin (20/7/2020) meluncur ke angkasa dari pusat peluncuran di Tanegashima, Jepang. Al-Amal akan memulai perjalanan menuju Mars.
Wahana antariksa milik Uni Emirat Arab yang dinamai Al Amal atau Harapan sudah meluncur ke planet Mars. Wahana pengorbit ini diperkirakan akan sampai di Mars dalam tujuh bulan ke depan atau Februari 2021. Wahana antariksa milik Uni Emirat Arab yang dinamai Al Amal atau Harapan sudah meluncur ke planet Mars.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Wahana pengorbit ini diperkirakan akan sampai di Mars dalam tujuh bulan ke depan atau Februari 2021. Namun, jalan menuju Mars yang terentang sejauh 493 juta kilometer itu penuh tantangan.
Al Amal diluncurkan menggunakan roket peluncur H2-A buatan Mitsubishi Heavy Industries Ltd dari Bandar Antariksa Tanegashima, Jepang pada Senin (20/7/2020) pukul 06.58 waktu setempat atau 04.58 WIB. Wahana yang dikirimkan untuk mempelajari iklim dan atmosfer Mars itu menandai perayaan 50 tahun berdirinya Uni Emirat Arab (UEA) pada tahun depan.
Sekitar satu jam setelah peluncuran, Al Amal terpisah dari roketnya. Setelah itu, wahana ini akan mengandalkan panel suryanya untuk menempuh tujuh bulan perjalanan menuju Mars. Misi senilai 200 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 2,8 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar) itu diharapkan mampu menyumbangkan data ilmiah tentang Mars bagi kalangan ilmuwan dunia.
GIUSEPPE CACACE / AFP—Ahli di Mohammed Bin Rashid Space Centre di Dubai tengah mengamati layar pemantau jelang peluncuran Al-Amal. Foto diambil pada Minggu (19/7/2020).
“Ini adalah pencapaian besar. Namun, ini baru permulaan,” kata Duta Besar UEA untuk AS Yousef Al Otaiba seperti dikutip Space.
Misi ini adalah rintisan pertama UEA dalam penjelahanan antarplanet. Selain itu, proyek ini juga diharapkan mengungkit ekonomi UEA dari sektor teknologi antariksa, diluar sektor minyak bumi yang menjadi andalan negara itu selama ini.
Deputi Manajer Proyek Misi Mars UEA Sarah Al Amiri yang menyaksikan peluncuran itu dari Dubai, UEA seperti dikutip dari japantimes.co.jp mengatakan, “Ini adalah masa depan UEA.”
Al Amal adalah satu dari tiga wahana yang saat ini sedang dipersiapkan menuju Mars dengan memanfaatkan jarak terpendek Bumi-Mars. Jarak arak terpendek Bumi dan Mars sejauh 62,07 juta kilometer itu akan dicapai pada Oktober 2020 mendatang. Jarak terpendek Bumi dan Mars itu akan dicapai tiap 26 bulan sekali.
Selain Al Amal, ada Tianwen-1 milik China yang diperkirakan akan diluncurkan pada 23 Juli 2020 nanti dan Mars 2020 dari AS yang diprediksi akan meluncur pada 30 Juli 2020 mendatang. Namun tidak seperti dua wahana lainnya, Al Amal tidak akan didaratkan di Mars, hanya memutari Mars karena dia adalah wahana pengorbit. Wahana ini diperkirakan akan mengitari Mars selama satu tahun Mars atau 687 hari Bumi.
Meski jarak Bumi-Mars hanya 62,07 juta kilometer, Al Amal akan menempuh perjalan sejauh 493 juta kilometer. Jarak sejauh itu harus ditempuh karena wahana harus melakukan sejumlah manuver mengelilingi Bumi demi menghemat bahan bakar dan mengefisiensikan perjalanan. Saat posisi Bumi dan Mars mencapai jarak terdekat, wahana ini akan dilepas menuju orbit Mars.
Al Amal akan fokus mengumpulkan data tentang perubahan cuaca di Mars dari waktu ke waktu dari setiap tempat di permukaan Mars. Dia juga akan mempelajari bagaiman proses planet merah ini kehilangan atmosfernya hingga menjadi gersang seperti sekarang. Kini, atmosfer Mars sangat tipis dan didominasi oleh senyawa karbondioksida hingga tidak menopang adanya kehidupan.
Separuh gagal
Meski Al Amal sudah dalam perjalanan menuju Mars, namun perjalanan selama tujuh bulan mendatang penuh dengan risiko. Tantangan itu setidaknya akan dimulai satu bulan setelah peluncuran, saat para insinyur yang mengendalikan dan menavigasi perjalanan Al Amal harus melakukan sejumlah manuver dan koreksi lintasan menuju Mars.
Para insinyur akan menggunakan penjejak bintang sebagai panduan penentuan lintasan Al Amal. Memastikan wahana tetap berada di jalurnya itu tidaklah mudah. “Ini target yang sangat kecil,” kata Manajer Program Al Amal dari Universitas Colorado Boulder AS, Pete Withnell. Universitas Colorado merupakan salah satu universitas yang membantu pengembangan Al Amal.
KOMPAS/MITSUBISHI HEAVY INDUSTRIES LAUNCH SERVICES/TWITTER–Roket peluncur H2A buatan Mitsubishi Heavy Industries melesat menuju angkasa sesaat setelah diluncurkan dari Bandar Antariksa Tanegashima, Jepang, Selasa (20/7/2020) pagi waktu setempat. Roket ini membawa wahana antariksa Al Amal milik Uni Emirat Arab yang akan menuju planet Mars.
Untuk menjejak wahana dengan dimensi 2,37 meter kali 2,90 meter pada jarak jutaan kilometer itu, lanjut Withnell, bagaikan memanah obyek sasaran dengan lebar 2 milimeter yang diletakkan pada jarak 1 kilometer dari pemanah. Karena itu, kesalahan perhitungan sedikit saja akan berdampak fatal.
Sejauh ini, sekitar separuh misi yang dikirim ke Mars hilang ditengah jalan. Belum lagi, ini adalah pengalaman pertama insinyur UEA meski mereka dibantu insinyur dari sejumlah negara lain.
Jika selamat dalam perjalanan dan Al Amal bisa mendekati Mars pada Februari 2021 mendatang, menyiapkan wahana memasuki orbit Mars juga tidak gampang. Al Amal dirancang untuk mengitari Mars di atas khatulistiwanya. Wahana ini hanya butuh 55 jam untuk satu kali mengelilingi Mars.
Omran Sharaf, pimpinan misi Al Amal mengakui proyek pengiriman wahana ke Mars ini penuh dengan risiko. Namun, “Bagi UEA, misi ini adalah sebuah perjalanan,” katanya. Mengatasi segala persoalan yang muncul selama pelaksaan misi adalah sebuah tantangan tersendiri dan keberhasilan mengatasi tantangan itu juga menjadi keberhasilan tersendiri.
“Kalaupun wahana ini tidak sampai ke Mars, itu bukan berarti sebuah kegagalan. Kegagalan adalah sebuah pilihan, namun sepanjang kita belajar dari kegagalan tersebut, itu adalah sebuah kemajuan bagi kita,” tambahnya.
Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 21 Juli 2020