Konsumsi ekstrak air daun kelor (”Moringa oleifera”) diyakini berkhasiat sebagai obat bermacam penyakit. Kelor pun diyakini mencegah Covid-19 yang tergolong penyakit sejenis influenza meski belum ada bukti klinis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN—Proses pengolahan kelor di Desa Kufeu, Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (22/2/2020). Kelor yang dulu menjadi makanan sapi kini dibudidayakan dan mendatangkan uang bagi warga desa.
Akademisi menyarankan mengonsumsi daun tanaman kelor (Moringa oleifera) untuk menjaga kesehatan tubuh selama pandemi Covid-19. Saran tersebut didasari berbagai khasiat yang terkandung dalam kelor meski belum terbukti secara klinis mampu membunuh virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Hal itu mengemuka dalam webinar Penelitian, Publikasi Ilmiah, dan Pengabdian kepada Masyarakat (Litapdimas) dari Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama, di Jakarta, Selasa (7/7/2020). Eny Yulianti, akademisi Prodi Kimia Lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur, dalam kesempatan itu memaparkan khasiat yang terkandung dari daun kelor.
Eny menuturkan, ekstrak air daun kelor memiliki berbagai kandungan fitokimia atau zat tumbuhan alami yang kaya. Dalam uji yang dilakukan pada 2014, sedikitnya ditemukan senyawaan flavonoid, alkaloid, dan tanin yang dianggap baik untuk kesehatan tubuh.
”Itu hanya sebagian dari kandungan senyawaan fitokimia yang kami temukan di laboratorium kimia. Saya dan rekan peneliti meyakini kandungan manfaat kelor masih banyak sekali,” tutur Eny yang meneliti kelor sejak 2006.
ARSIP DINAS PERTANIAN NTT—Lahan tanaman kelor (”Moringa oleifera”) milik Piet Pello seluas 3 hektar yang mulai ditanam sekitar September 2018 di Desa Oeteta, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (16/1/2019).
Eny mengakui, belum ada riset yang menyebutkan kelor punya khasiat sebagai antivirus SARS-CoV-2. Namun, kelor punya khasiat sebagai antivirus penyakit serupa influenza (influenza like illness) yang diyakini baik untuk menjaga imunitas tubuh saat pandemi Covid-19.
Dalam publikasi Eny bersama Rif’atul Mahmudah dan Achmad Hanapi dari Prodi Kimia UIN Malang disebutkan kalau ekstrak air daun kelor teruji secara in vitro (dalam tingkat sel) mengandung antivirus terhadap virus herpes simpleks tipe satu dan dua. Eny menambahkan, uji secara in vitro pada 2017 juga menyatakan daun kelor baik digunakan sebagai obat untuk influenza.
Dengan kajian laboratorium dan pustaka, Eny menyarankan konsumsi dalam bentuk ekstrak air daun kelor di masa pandemi Covid-19. Sebab, perebusan dengan suhu terlalu tinggi, seperti saat memasak sayur, dikhawatirkan justru menghilangkan senyawaan fitokimia yang berkhasiat sebagai pengobatan herbal tadi. Dalam kajiannya, ekstrak air daun kelor diseduh denga air panas 70 derajat celsius selama 30 menit, kemudian dikocok selama 2 jam.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA—Anak-anak mencicipi nugget dari daun kelor buatan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Rabu (23/10/2019), di Surabaya. Nugget dari daun kelor tersebut merupakan tugas mata kuliah Obat Asli Indonesia. Nugget tersebut diharapkan dapat membuat anak-anak lebih suka makan sayur.
Terkait itu, Kepala Subdirektorat Litapdimas Pendidikan Tinggi Agama Islam Kementerian Agama Suwendi mendukung agar riset ilmiah semacam ini bisa diteliti lebih jauh. Dia berharap agar riset ini bisa bermanfaat secara langsung bagi masyarakat, terutama selama pandemi Covid-19.
”Kami harap ini menjadi implementasi pengabdian masyarakat yang baik, terutama karena kini kita sedang dalam situasi pandemi Covid-19. Ini juga bentuk komitmen perguruan tinggi Islam bahwa semua bentuk pengetahuan harus ada proses diseminasi, disampaikan kepada masyarakat luas,” papar Suwendi.
KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO—Aneka produk hasil olahan Moringa Organik Indonesia yang kini mendunia karena kerap jadi obyek studi peminat tanaman kelor dari luar negeri dan dalam negeri.
Studi terkait khasiat tanaman kelor telah ada di Indonesia sejak bertahun silam. Konsumsi daun kelor bahkan direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Daun kelor dapat diolah dengan dimasak, dikeringkan, bahkan dapat pula dikonsumsi secara mentah.
Daun kelor juga baik dikonsumsi masyarakat segala usia, termasuk ibu hamil dan menyusui, serta anak usia enam bulan ke atas. Saking banyak kandungan khasiat dari tanaman kelor, WHO sampai menyebut tanaman ini sebagai pohon ajaib atau miracle tree (Kompas, 7/9/2018).
Kelor berpotensi untuk mengatasi masalah malnutrisi di Indonesia. Sebanyak 100 gram daun kelor kering memiliki kandungan protein dua kali lebih tinggi dari yoghurt, kalium tiga kali lebih tinggi dari pisang, dan kalsium empat kali lebih tinggi dari susu.
Selain itu, tanaman kelor juga kaya serat, vitamin A, B dan C, serta mineral, asam amino, senyawa pati, beta karoten, yodium, dan sebagainya. Kelor juga kaya akan senyawa antioksidan yang dapat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
—-Bobor daun kelor kelapa muda. Salah satu menu yang banyak dicari di Kaum, Bali.
FG Winarno, penulis buku Tanaman Kelor, Serangga Layak Santap, dan Mikrobioma Usus: Peran Probiotik, Prebiotik, dan Parabiotik, menyatakan kelor sebagai tanaman yang mudah dirawat karena tidak butuh terlalu banyak air. Pohon kelor dapat hidup hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut dan dapat tumbuh hingga 6-7 meter dalam satu tahun.
Biaya perawatannya pun relatif murah. Minimnya penggunaan pupuk dan kecenderungan pohon kelor tidak terkena hama menjadi alasannya. Selain itu, hampir seluruh bagian dari kelor dapat dimanfaatkan, seperti daun, akar, dan kulit batang.
”Istilahnya, kelor adalah tanaman yang cocok untuk daerah kering dan miskin. Kelor tidak butuh banyak air dan cara menanamnya relatif mudah,” ujar FG Winarno pada September 2018.
Oleh ADITYA DIVERANTA
Editor: ANDY RIZA HIDAYAT
Sumber: Kompas, 7 Juli 2020