Masa pandemi ini membuat banyak pihak berkolaborasi untuk mencari jalan keluar penanganan Covid-19, termasuk para peneliti dengan para pemangku kepentingan terkait.
Ekosistem riset di tanah air kerap terkendala oleh sejumlah faktor, di antaranya terkait dengan pendanaan dan kolaborasi dengan sektor swasta. Namun, adanya kesamaan tujuan untuk mempercepat penanggulan pandemi Covid-19 membuat kendala tersebut terkikis.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko, Jumat (26/6/2020), mengatakan, anggaran kerap menjadi kendala sejumlah lembaga penelitian untuk melakukan riset dan inovasi. Akan tetapi, ia juga menyadari bahwa selama pandemi penghematan anggaran dari negara mutlak diperlukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Handoko, selama pandemi LIPI melakukan kebijakan revokasi dan relokasi anggaran. Anggaran di luar penanganan Covid-19 yang sifatnya tidak mendesak kemudian dicabut dan dialihkan untuk riset dengan tujuan penanganan Covid-19. Kebijakan ini juga tidak dipermasalahkan oleh para peneliti.
“Kebijakan ini misalnya ada anggaran riset vaksin untuk hepatitis dialihkan menjadi riset vaksin untuk Covid-19. Kemudian ada anggaran riset radar dialihkan untuk riset image kondisi paru. Hal-hal ini justru yang menarik untuk riset,” ujarnya.
Handoko mengakui pandemi Covid-19 mengubah ekosistem penelitian yakni para periset dengan sejumlah pihak lainnya baik secara global maupun lokal menjadi relatif mudah berkolaborasi. Perubahan ini khususnya terkait dengan riset di dunia kesehatan. Padahal, pada masa normal, riset di dunia kesehatan cenderung tertutup dan penuh kompetisi.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Agus Haryono menyatakan, kolaborasi dengan pihak swasta seperti industri membuat kendala anggaran dapat teratasi. Sejumlah alasan pihak swasta tertarik bekerjasama karena mereka mengetahui peneliti LIPI memiliki kompetensi dan sarana prasarana penelitian yang memadai.
Salah satu hasil riset yang tengah dikembangkan LIPI bersama PT Biosains Medika Indonesia sebagai mitra industri yaitu metode baru untuk mendeteksi Covid-19 bernama reverse transcription loop-mediated isothermal amplification (RT-LAMP). Metode yang akan diuji validasi pada Agustus-September 2020 ini diklaim memiliki keunggulan deteksi lebih cepat dibandingkan tes dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR).
Selain hasil riset, kerjasama juga tengah dilakukan LIPI bersama PT Danone untuk mengembangkan sektor sosial ekonomi. Kerjasama yang dilakukan yaitu untuk menciptakan iklim ekonomi kreatif melalui kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terdampak Covid-19.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN—Proses uji senyawa daun ketepeng badak (Cassia alata) dan daun benalu (Dendrophtoe Sp) yang menjadi kandidat obat herbal untuk Covid-19 di Laboratorium Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTD) Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI), Puspitek, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (6/5/2020).
“Kami harapkan pola kerjasama seperti ini di masa pandemi dan masa mendatang berjalan lebih baik. Apalagi pemerintah sudah mengeluarkan sinyal pengurangan pajak bagi perusahaan yang melakukan kerjasama di bidang penanganan Covid-19,” ungkapnya.
Pelaksana tugas (Plt) Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Yan Rianto merasakan kendala anggaran yang selama ini dihadapi peneliti justru menghilang saat pandemi. Keinginan para peneliti untuk berkolaborasi dengan industri atau pihak swasta juga dianggap jauh lebih mudah.
“Keadaan ini sebenarnya ada hikmah yang sangat besar bagi dunia penelitian bahwa pihak swasta tersadarkan jika mereka membutuhkan riset. Selama pandemi ini LIPI juga mengalami progres yang sangat luar biasa dengan industri atau swasta,” ujarnya.
Oleh PRADIPTA PANDU
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 30 Juni 2020