Industri ”Data Center” Tumbuh, Jumlah SDM Masih Sedikit

- Editor

Sabtu, 27 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Industri ”data center” Indonesia sedang tumbuh pesat. Namun, perkembangan sektor ini terhambat dengan sedikitnya sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan kualifikasi sesuai di pasar tenaga kerja Indonesia.

KOMPAS/CLOUD PRESS PHOTOS—Barisan server milik Google Cloud Platform di Mayes County, Oklahoma, Amerika Serikat, 26 Januari 2012.

Industri pusat data atau data center Indonesia sedang tumbuh pesat. Namun, sayangnya, perkembangan sektor ini terhambat dengan sedikitnya sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan kualifikasi sesuai di pasar tenaga kerja Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu indikator meningkatnya kebutuhan akan keberadaan data center adalah munculnya berbagai inisiatif kota pintar (smart city) yang dikembangkan oleh sejumlah kota di Indonesia.

Pemerintah bahkan memiliki target pembentukan 100 kota pintar pada 2045. Kota pintar yang bergantung pada jaringan internet tentu membutuhkan sebuah data center dan untuk menyimpan dan kemudian menganalisis data.

Senior Vice President Pre-Sales Lintasarta Gidion Suranta Barus mengatakan, dengan pengembangan smart city, setiap pemerintah daerah, baik di tingkat kota maupun kabupaten, berupaya untuk membangun data center di tempat mereka masing-masing.

Ini adalah peluang model bisnis baru bagi Lintasarta. Namun, di sisi lain, peluang ini juga menyimpan tantangan dalam bentuk pencarian tenaga kerja yang memenuhi kompetensi untuk mengoperasikan data center tersebut.

”Apakah kompetensi data center ini tersebar di seluruh kota di Indonesia? Tantangan ini yang kami lihat dalam beberapa tahun terakhir,” kata Gidion dalam diskusi jarak jauh yang diselenggarakan oleh perusahaan teknologi Schneider Electric, Jumat (26/6/2020).

Juga hadir sebagai narasumber yakni Ketua Indonesia Data Center Provider Organization (IDPro) Hendra Suryakusuma dan Business Vice President Secure Power Division Schneider Electric Indonesia Yana Achmad Haikal.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Hendra, yang juga CEO perusahaan data center Elitery. Untuk itu, saat ini, Hendra mengatakan, IDPro telah bekerja sama dengan Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia untuk menyediakan kurikulum khusus data center.

Selain itu, IDPro juga telah menjalin kerja sama dengan sebuah SMK jurusan elektro untuk memberikan keterampilan terkait pemeliharaan perangkat kelistrikan dan sismtem pendingin (cooling system) yang banyak terdapat di fasilitas data center.

”Padahal, kalau kurikulum teknik elektro di perguruan tinggi kita ditambahkan sedikit materi tentang data center, ini sudah bisa menjawab persoalan ini. Proses edukasi yang sudah kami lakukan ini harus bisa berjalan terus, supaya generasi muda tahu dan tertarik dengan industri data center,” kata Hendra.

Industri yang tumbuh
Hendra mengatakan, pertumbuhan industri pusat data di Indonesia sebetulnya sedang meningkat pesat. ”Saat ini, kapasitas total perusahaan data center di Indonesia adalah 53 megawatt, di mana 49-50 MW di antaranya anggota IDPro,” kata Hendra.

Berdasarkan analisis firma investasi CBRE, akan ada peningkatan sebesar 70 MW pada 2021. ”Ini angka yang sangat besar, lebih dari 100 persen compound annual growth rate,” kata Hendra.

KOMPAS/CONNIE ZHOU—Fasilitas data center milik Google Cloud Platform di Douglas County, Georgia, AS.

Di sisi lain, pasar data center Indonesia juga akan segera kedatangan raksasa cloud dunia, seperti Amazon Web Services (AWS) dan Google Cloud Platform (GCP). Hendra mengatakan, kedua perusahaan tersebut berencana untuk membuat infrastruktur cloud mereka di Indonesia.

”Apabila kedua perusahaan cloud tersebut dapat bekerja sama dengan perusahaan data center lokal, dipastikan pertumbuhan industri ini akan semakin meningkat pesat,” kata Hendra.

Yana mengatakan, industri manufaktur yang sudah mengalami digitalisasi dan penggunaan internet-of-things juga akan membutuhkan infrastruktur data center berkecepatan tinggi di pabrik-pabrik mereka.

Di masa yang akan datang, kata Yana, data center kecil berkecepatan tinggi juga dapat digunakan di rumah sakit untuk menjalankan operasi jarak jauh.

Gidion mengatakan, kemunculan inisiatif smart city juga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada munculnya kebutuhan akan micro data center. Hal ini karena saat ini mayoritas keberadaan data center berada di wilayah Jabodetabek.

”Bagaimana pemkab atau pemkot di daerah lain? Mereka akhirnya harus membangun sendiri,” kata Gidion.

Menurut sepengetahuan Gidion, implementasi fasilitas penyimpanan data di institusi pemda sering tidak rapi. Meski dalam satu kota atau kabupaten, setiap dinas bisa memiliki server dan layanan yang terpisah-pisah; tidak terintegrasi menjadi satu.

Yana mengatakan, masalah integrasi berbagai sumber data tersebut memang menjadi salah satu tantangan terbesar implementasi transformasi digital.

”Ini kemungkinan besar karena ketika pengadaannya juga tidak terintegrasi; server, jaringan, semua dikirim atau diadakan secara terpisah,” kata Yana.

Untuk itu, dalam kesempatan yang sama Yana juga memperkenalkan EcoStruxure, sebuah solusi yang ditawarkan untuk membangun data center yang terintegrasi dari Schneider Electric.

Oleh SATRIO PANGARSO WISANGGENI

Editor: KHAERUDIN KHAERUDIN

Sumber: Kompas, 26 Juni 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB