Jelang gerhana matahari cincin, Kamis, 26 Desember 2019, beredar banyak foto yang dianggap sebagai gerhana matahari cincin. Padahal, foto-foto tersebut umumnya berupa gerhana matahari total.
NASA/MIKAELSVALGAARD/GAARD—Dua cincin matahari dari dua gerhana yang berbeda. Gambar kiri adalah cincin yang terbentuk saat gerhana matahari cincin, sedangkan gambar kanan adalah cincin berlian (diamond ring) yang terbentuk sesaat sebelum gerhana matahari total berlangsung.
Menjelang gerhana matahari cincin, Kamis, 26 Desember 2019, beredar banyak foto yang dianggap sebagai gerhana matahari cincin. Padahal, foto-foto tersebut umumnya berupa gerhana matahari total.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Gerhana matahari cincin, seperti yang terjadi di Bandar Lampung, pada 26 Januari 2009, berbentuk bulatan cahaya dengan ketebalan tertentu. Bulatan cahaya itu akan bertahan selama beberapa menit.
Saat bulatan cahaya itu terjadi, pertanda gerhana matahari cincin sedang berlangsung. Sebelum bulatan cahaya itu terbentuk akan diawali dengan fase gerhana matahari sebagian. Gerhana matahari sebagian itu ditandai dengan terlihatnya sabit matahari karena tertutupnya sebagian bulatan matahari oleh piringan bulan.
Demikian pula saat gerhana matahari cincin berakhir. Fase gerhana matahari sebagian akan kembali terjadi. Bedanya, arah sabit matahari sesudah puncak gerhana matahari cincin itu akan berlawanan arah dengan arah sabit sebelum puncak gerhana.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO—Gerhana matahari cincin, Senin, 26 Januari 2009, yang terlihat dari Bandar Lampung, Lampung, pukul 16.41.
Gerhana matahari cincin terjadi karena bulan sedang berada atau sedang menuju di titik terjauhnya dari bumi. Konsekuensinya, piringan bulan menjadi relatif lebih kecil dilihat oleh pengamat di bumi. Akibatnya, piringan bulan yang kecil itu tidak mampu menutup seluruh permukaan piringan matahari hingga terbentuklah cincin matahari.
Fenomena terbentuknya cincin dalam gerhana matahari juga terjadi dalam gerhana matahari total, tetapi cincin yang terjadi berbeda dengan cincin dalam gerhana matahari cincin yang lebih tebal atau mirip lingkaran. Cincin yang terjadi dalam gerhana matahari total atau dinamai cincin berlian (diamond ring) bentuknya jauh lebih tipis.
Cincin berlian saat gerhana matahari total memiliki bagian berkilau lebih besar di bagian atasnya, mirip permata yang berkilau pada cincin berlian sesungguhnya. Proses terbentuknya cincin berlian ini juga sangat singkat, yaitu sesaat sebelum fase totalitas gerhana berlangsung.
Cahaya cincin berlian dalam gerhana matahari total itu berasal cahaya korona, atmosfer paling atas matahari, yang mencelat hingga terlihat seperti berlian yang bersinar.
Sebelum cincin berlian muncul, akan terlihat Baily’s beads atau untaian manik-manik cahaya yang berasal dari cahaya matahari yang menerobos cekungan atau kawah bulan. Kemunculan Baily’s beads dan diamond ring itu hanya berlangsung beberapa detik. Setelah cincin berlian terlihat, gerhana matahari total pun berlangsung.
NASA—-Efek cincin berlian (diamond ring) yang terlihat sesaat sebelum piringan bulan menutupi seluruh piringan matahari dalam gerhana matahari total Senin, 21 Agustus, 2017 di Madras, Oregon, Amerika Serikat.
Selain itu, foto yang sering diunggah media daring di Indonesia dan disebut sebagai gerhana matahari cincin adalah foto bulatan hitam dengan rumbai-rumbai cahaya putih mengelilinginya. Foto itu juga citra gerhana matahari total, sedangkan rumbai cahaya yang mengelilingi bulatan hitam adalah cahaya korona matahari.
NASA/AUBREYGEMIGNANI—Citra gerhana matahari total yang terjadi pada Senin 21 Agustus 2017, di Madras, Oregon, Amerika Serikat.
Meski gerhana matahari cincin lebih sering terjadi dibandingkan dengan gerhana matahari total, kedua peristiwa itu relatif jarang terjadi di Indonesia, apalagi melintasi wilayah tertentu. Untuk terulang kembali terjadi di tempat yang sama, sebuah gerhana matahari rata-rata butuh waktu 375 tahun.
Selama 100 tahun Indonesia merdeka, antara 1945 dan 2045, menurut data Five Millenium Catalog of Solar Eclipse: -1999 to 3000 (2000 BCE to 3000 CE) dari Fred Espenak dan Jean Meeus, 2009, menunjukkan terjadi 10 kali gerhana matahari cincin dan sembilan kali gerhana matahari total di Indonesia.
Halo
Gambar cincin matahari yang juga sering diklaim sebagai citra gerhana matahari cincin adalah foto halo matahari. Meski demikian, halo tidak memiliki hubungan dengan gerhana matahari.
Halo adalah cincin pelangi yang mengelilingi matahari atau bulan. Halo muncul akibat pembelokan cahaya matahari atau bulan oleh uap air yang ada di atmosfer bumi. Peristiwa ini sering terjadi pada musim hujan saat banyak uap air naik ke troposfer di ketinggian 10-40 kilometer di atas bumi hingga membuat suhu troposfer sangat dingin, minus 40 hingga minus 30 derajat celsius.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO—Fenomena alam halo matahari terlihat dari Alun-alun Utara Yogyakarta, Selasa (4/1/2011). Fenomena alam itu terjadi karena kelembaban tinggi di sekitar atmosfer hingga mengakibatkan efek cahaya matahari terpantul melalui prisma air di awan dan membentuk lingkaran pelangi.
Uap air itu akan bertindak sebagai lensa yang memantulkan cahaya matahari hingga terbentuklah cincin pelangi mengitari matahari. Bedanya, halo umumnya muncul pada siang hari saat matahari di atas kepala, sedangkan pelangi biasanya muncul pagi atau sore hari.
Selain itu, posisi matahari yang ada di atas kepala juga membuat sudut pantul cahaya menjadi tegak lurus dengan pengamat. Akibatnya, warna pelangi halo tidak selengkap seperti cahaya pelangi yang sesungguhnya.
Banyaknya fenomena cincin di langit itulah yang membuat kesalahpahaman tentang gerhana matahari cincin sering terjadi. Bagaimanapun, langit dengan segala fenomenanya sering menimbulkan kekaguman masyarakat. Rasa takjub yang kerap muncul saat melihat aneka peristiwa langit tersebut seharusnya terus didorong hingga tidak sekadar memunculkan kekaguman, tetapi juga keinginan untuk memahami aspek ilmiah dari fenomena langit.
Oleh M ZAID WAHYUDI
Editor: EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 25 Desember 2019