keanekaragaman hayati; Kekayaan Intelektual Tidak Dilembagakan

- Editor

Kamis, 12 Desember 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 200.000 jenis tumbuhan berbunga dan 3.000 jenis di antaranya berguna sebagai tanaman pangan. Dari jumlah itu, 200 jenis sudah didomestikasi sebagai tanaman pangan budidaya.

”Sumber daya alam kita menyimpan manfaat kekayaan intelektual yang sangat bernilai untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Namun, tidak ada lembaga yang serius menangani masalah optimalisasi kekayaan intelektual dari sumber keanekaragaman hayati kita,” kata peneliti di Departemen Biologi Universitas Indonesia, Jatna Supriatna, Rabu (11/12), di Jakarta.

Pemerintah telah mengeluarkan 20 sertifikasi kekayaan intelektual kategori indikasi geografis lokal. Menurut Jatna, untuk pengembangan lebih lanjut dibutuhkan suatu lembaga khusus yang bisa mengoptimalkan manfaat kekayaan intelektual ini bagi kesejahteraan masyarakat.

keanekaragaman-hayatiJanta yang juga Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia menambahkan, banyak kekayaan intelektual berupa pengetahuan tradisional yang juga belum optimal dimanfaatkan. Salah satu persoalan utama perubahan iklim adalah terjadinya pemanasan global yang menimbulkan naiknya muka laut. Ini mengakibatkan tenggelamnya wilayah pesisir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Beberapa jenis tanaman sagu bermanfaat untuk konservasi pesisir. Ini sebenarnya bisa dimanfaatkan dengan menciptakan perkebunan sagu di wilayah pesisir,” kata Jatna.

Kontribusi PDB
Optimalisasi manfaat kekayaan intelektual di Indonesia, menurut Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Ahmad M Ramli, masih sangat sedikit dalam menyumbang produk domestik bruto (PDB). Seperti di negara-negara maju, manfaat kekayaan intelektual terbukti mampu memberikan sumbangan PDB.

Ramli mengatakan, pendapatan negara bukan pajak dari hasil pendaftaran dan pemeliharaan kekayaan intelektual saat ini diperkirakan Rp 250 miliar per tahun. Namun, hanya 25 persen yang dikembalikan ke direktorat untuk pengembangan manfaat kekayaan intelektual.

”Contoh di beberapa negara lain, pendapatan dari pendaftaran dan pemeliharaan kekayaan intelektual ini 100 persen dikembalikan untuk pengembangan dan optimalisasi manfaat kekayaan intelektual,” kata Ramli. (NAW)

Sumber: Kompas, 12 Desember 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB