Berbagai permasalahan kejiwaan yang memicu remaja berperilaku jahat harus ditelaah sebagai penyebab kasus remaja berusia 15 tahun membunuh bocah 5 tahun. Penanganan kasus ini diharapkan lebih komprehensif.
KOMPAS/J GALUH BIMANTARA–Gambar dan coretan NF (15), remaja pembunuh bocah 5 tahun yang juga tetangga dekatnya, sebagaimana diungkapkan polisi yang menyidik kasus ini.
Viral berita kasus pembunuhan bocah 5 tahun, APA, oleh NF, remaja berusia 15 tahun, perlu disikapi secara bijak. Penanganan kasus pun tak hanya mempertimbangkan satu sudut pandang. Perlu juga dicermati berbagai faktor yang memicu perilaku NF sehingga membunuh bocah tetangga dekatnya secara dingin dan sadis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Terlepas dari viral kasus itu, psikolog keluarga dan perkembangan anak Sani Budiantini, Senin (9/3/2020), di Jakarta, mengatakan, beberapa permasalahan kejiwaan diturunkan secara genetik. Untuk mengantisipasi kelainan itu berkembang, seseorang harus mengetahui ada tidaknya keturunan. Di luar itu, terdapat beberapa permasalahan kejiwaan anak yang terjadi selama masa tumbuh kembang mereka.
Menurut Sani, kedua bentuk tersebut tetap memerlukan penanganan yang baik dari keluarga. Sebagai contoh, keluarga menciptakan waktu bersama yang berkualitas pada akhir pekan jika orangtua bekerja.
”Sebagian orangtua sering kali lupa untuk membangun budaya komunikasi berkualitas dengan anak sejak usia dini. Tidak ada kata terlambat membangun budaya ini meskipun anak sudah masuk usia remaja,” ujarnya.
Setelah keluarga inti, Sani memandang perlunya membangun sistem dukung positif di lingkungan pertemanan dan sekolah. Tujuannya pun sama, yaitu budaya komunikasi berkualitas. Dengan begitu, perubahan sikap karena ada permasalahan kejiwaan jadi mudah ditangani.
Diberitakan sebelumnya, Polda Metro Jaya telah mengirim NF (15), remaja pelaku pembunuhan terhadap APA, bocah berusia 5 tahun, ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk menjalani tes kejiwaan. Dari hasil pemeriksaan sementara, polisi mendapati bahwa NF tergerak untuk membunuh APA karena sering menonton film-film horor, seperti seri film boneka Chucky dan film Slender Man. Seri film Chucky diisi konten adegan kekerasan, sedangkan Slender Man mengisahkan sosok tinggi tipis bertangan banyak yang suka menculik anak-anak dan remaja.
KOMPAS/J GALUH BIMANTARA–Gambar tangan tokoh fiksi Slender Man yang dibuat NF (15), remaja pembunuh bocah 5 tahun di Jakarta Pusat. Gambar itu ditunjukkan polisi saat jumpa pers tentang perkembangan penyidikan kasus tersebut.
Secara terpisah, psikolog forensik Reza Indragiri Amriel mengungkapkan, riset-riset mutakhir di bidang psikologi dan ilmu saraf neuroscience menjelaskan, akar persoalan anak dengan tabiat tak berperasaan emosional (callous unemotional) terletak tidak hanya lapisan perilaku ataupun lapisan kepribadian semata.
Kondisi otak anak-anak dengan tabiat tak berperasaan emosional yang secara bawaan berbeda perlu disadari. Ketika kesadaran ini terbangun, penanganan hukum kepada mereka sepatutnya tidak disamakan seperti anak ataupun orang dewasa umumnya yang jadi pelaku kejahatan.
”Kondisi anak dengan tabiat tak berperasaan emosional atau bahkan psikopati tidak serta-merta menjadikan mereka sebagai pelaku kejahatan. Tindakan kejahatan tetap memerlukan faktor eksternal yang meletupkan predisposisi jahat menjadi perilaku jahat, seperti tontonan kekerasan, perceraian orangtua, dan situasi prasejahtera. Ada juga faktor pengabaian masyarakat sekitar yang berpotensi memicu,” tutur Reza.
Terlepas dari viral berita pembunuhan yang dilakukan NF, dia menyampaikan, sampai sekarang masih terjadi dilema penanganan anak yang berperilaku jahat. Pemenjaraan bukan pilihan tepat karena setelah masa penjara berakhir, ada potensi tingkat residivisme kriminal tetap lebih tinggi.
Pada saat bersamaan, Reza meyakini, sejumlah penelitian dan masyarakat belum menemukan satu pun formula rehabilitasi psikis dan sosial yang efektif mengubah anak dengan tabiat tak berperasaan emosional menjadi lebih positif.
Dia menambahkan, masyarakat memang boleh bersedih, marah, dan takut ketika pembunuhan yang dilakukan NF menjadi viral. Perasaan tersebut wajar, tetapi jangan sampai masyarakat jadi larut. Masyarakat perlu mengedepankan mawas diri.
”Perilaku antisosial dan miskin empati serupa selama ini juga sudah dilakukan banyak orang,” ucap Reza.
KOMPAS/J GALUH BIMANTARA–Wakil Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Susatyo Purnomo, Sabtu (7/3/2020), menunjukkan gambar tangan NF, remaja terduga pembunuh anak berusia 5 tahun di Jakarta Pusat.
Oleh MEDIANA
Editor: ILHAM KHOIRI
Sumber: Kompas, 9 Maret 2020