Serangga Menyusut, Kehidupan Terancam

- Editor

Rabu, 12 Februari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setengah dari satu juta spesies hewan dan tumbuhan di Bumi yang terancam punah adalah serangga. Hal itu mengancam kelangsungan ekosistem dan berbahaya bagi ketersediaan pangan dan kesehatan umat manusia.

Setengah dari satu juta spesies hewan dan tumbuhan di Bumi yang menghadapi kepunahan adalah serangga. Hilangnya serangga bisa menjadi bencana besar bagi umat manusia, karena mereka memiliki peran amat penting bagi keberlangsungan ekosistem di Bumi, mulai dari penyerbukan tanaman, menyuburkan tanah, hingga mengurai sampah.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Jamii (49) memeriksa perolehan madu dari lebah madu jenis Apis melifera di kawasan hutan Desa Gunungsari, Wonosegoro, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (11/2/2019). Meski selama musim hujan produksi madu dari lebah tersebut turun drastis, perawatan terus dilakukan untuk menjaga keberlangsungan hidup binatang itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Melihat perkembangan ini, para Aliansi Ilmuwan Dunia mengeluarkan manifesto “Peringatan Ilmuwan Dunia untuk Kemanusiaan.” Manifesto yang didukung data-data ilmiah dari berbagai riset terbaru tentang penyebab kepunahan serangga dan konsekuensinya terhadap kehidupan ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Biological Conservation, pada 9 Februari 2020.

Dalam paparan illmuwan yang dipimpin ahli biologi di Museum Sejarah Alam Finlandia, Pedro Cardoso, disebutkan kepunahan serangga di antaranya disebabkan hilangnya habitat, penggunaan bahan pencemar dan berbahaya, penyebaran spesies invasif, perubahan iklim global, dan eksploitasi berlebihan secara langsung. Semua faktor ini dipicu oleh ulah manusia.

–Warna merah menandai pemicu kepunahan dan warna biru menandakan konsekuensinya. Perhatikan bahwa pemicu sering bertindak secara sinergis atau melalui efek tidak langsung (misalnya, perubahan iklim mendukung banyak spesies invasif dan hilangnya habitat). Semua konsekuensi itu berkontribusi pada hilangnya jasa ekosistem yang penting bagi manusia.Sumber: Pedro Cardoso, Jurnal Biological Conservation, Februari 2020

Kehilangan, degradasi, dan fragmentasi habitat merupakan ancaman paling relevan terhadap keanekaragaman hayati, termasuk serangga. “Di Indonesia, penyusutan populasi dan jenis serangga bisa sama dan mungkin lebih parah dibandingkan kondisi global dengan banyak dan luasnya kebakaran hutan yang sebelumnya menjadi habitat utama serangga,” kata Prof Rosichon Ubaidillah, ahli serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menanggapi manifesto ini, Selasa (11/2/2020).

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi menambahkan, manisfesto ilmuwan global ini harus menjadi perhatian serius. “Hampir 80 persen penyusun kehidupan di Bumi adalah kelompok antropoda, terutama serangga. Sekalipun memiliki biomassa terbanyak, serangga paling sedikit mendapat perhatian, baik dalam konservasi maupun riset,” katanya.

Dalam manifesto ini, setidaknya 5-10 persen dari semua spesies serangga hilang sejak era industri dengan kecepatan semakin tinggi dibandingkan 200 tahun lalu.

Selama ini upaya konservasi dan studi lebih banyak dilakukan terhadap fauna besar seperti gajah, harimau, dan orangutan. Sementara serangga yang berperan besar bagi keberlangsungan ekosistem di muka Bumi diabaikan. Serangga terutama berperan dalam penyerbukan tanaman yang menjadi sumber pangan. Serangga juga berperan penting dalam penguraian kompos.

“Tanpa serangga, sejumlah tanaman penting tak akan bisa berbuah misalnya kopi,” kata Cahyo.

Layanan ekosistem
Laporan dari Panel Ilmiah untuk Keanekaragaman Hayati PBB (IPBES) tahun 2019 menyebut besarnya jasa lingkungan yang diberikan serangga. Contohnya, tanaman yang membutuhkan penyerbukan serangga memiliki nilai ekonomi setidaknya 235-577 miliar dollar AS per tahun.

Selain itu, banyak hewan bergantung pada keberlimpahan serangga untuk bertahan hidup. Penurunan tajam jumlah burung di seluruh Eropa dan Amerika Serikat, misalnya, dikaitkan dengan anjloknya populasi serangga akibat penggunaan pestisida.

Para ilmuwan memerkirakan, jumlah spesies serangga bisa mencapai 5,5 juta spesies. Namun hanya seperlima dari jumlah ini yang telah diidentifikasi dan diberi nama. Daftar Merah Spesies Terancam Punah Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) hanya mengevaluasi sekitar 8.400 spesies serangga dari satu juta yang telah diidentifikasi.

–Serangga di Pulau Panjang, Kompleks Gunung Anak Krakatau, Perairan Selat Sunda, Selasa (16/8/2011).

Selain berfungsi penting terhadap penyerbukan tanaman, dalam manifesto ini juga diungkap bahwa serangga berperan penting terhadap perbaikan struktur, kesuburan, dan dinamika spasial tanah. Keberadaan mereka merupakan elemen penting untuk mempertahankan keanekaragaman hayati dan jaring makanan

Sejumlah besar serangga juga menyediakan produk medis, dan secara global lebih dari 2.000 spesies serangga dikonsumsi sebagai makanan. Dalam agroekosistem, serangga juga menjalankan banyak fungsi berbeda, seperti menjaga siklus nutrisi dan energi, penekanan hama, penyebaran benih, dan penguraian bahan organik, kotoran, dan bangkai.

Saat ini sektor pertanian juga mulai aktif menggunakan serangga yang menjadi musuh alami hama mengontrol populasi. Dalam konteks ini, hilangnya serangga predator alami akan berdampak negatif terhadap pemeliharaan persediaan makanan dan membahayakan kesehatan manusia.

Hilangnya beragam jenis serangga itu bakal mendorong terjadinya kepunahan massal di Bumi yang keenam. Kepunahan massal terakhir terjadi 66 juta tahun lalu, ketika batu luar angkasa menabrak Bumi sehingga memusnahkan dinosaurus di darat dan sebagian besar bentuk kehidupan lainnya. Kali ini, ancaman kepunahan itu disebabkan manusia.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 12 Februari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB