Penelitian di Inggris menunjukkan, kawan di media sosial memengaruhi kebiasaan makan dan pilihan makanan.
Media sosial dikenal memengaruhi persepsi masyarakat terhadap sejumlah hal, termasuk pilihan makanan. Penelitian di Inggris menunjukkan, kawan di media sosial memengaruhi kebiasaan makan dan pilihan makanan sehingga membuka peluang untuk menggunakan media sosial mendorong makanan sehat.
TOTO SIHOHO–Hasil unggahan menu makanan di Facebook, Senin (10/11/2015).
Penelitian itu berjudul ”Apakah Norma yang Dirasakan dari Kebiasaan Makan dan Preferensi Pengguna Media Sosial Memprediksi Konsumsi Makanan dan BMI Kita Sendiri?”. Laporan penelitian dimuat dalam jurnal Appetite yang juga dipublikasikan Science Daily edisi 7 Februari 2020. Penelitian dilakukan tim Universitas Aston, Birmingham, Inggris, yaitu Lily K Hawkins, Claire Farrow, dan Jason M Thomas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Angka-angka terbaru dari Survei Kesehatan Inggris menunjukkan bahwa pada tahun 2018 hanya 28 persen orang dewasa makan lima porsi buah dan sayuran yang direkomendasikan per hari. Di Wales 24 persen, di Skotlandia 22 persen, dan di Irlandia Utara sekitar 20 persen. Anak-anak dan remaja di seluruh Inggris bahkan memiliki tingkat konsumsi buah dan sayuran yang lebih rendah.
Penelitian ini menguji apakah empat norma yang dirasakan tentang kebiasaan makan dan preferensi pengguna Facebook memprediksi konsumsi makanan dan indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) partisipan. Empat norma yang diteliti adalah persepsi deskriptif, persetujuan, kesukaan, dan frekuensi.
Sebanyak 369 mahasiswa sarjana dan pascasarjana ambil bagian dalam survei daring, yang terdiri dari 49 laki-laki dan 320 perempuan. Peserta tidak boleh memiliki alergi makanan saat ini atau sebelumnya, diabetes, atau gangguan makan. Usia peserta 18-65 tahun. Media sosial (medsos) yang diteliti adalah Facebook.
Para peneliti meminta 369 partisipan penelitian untuk memperkirakan jumlah buah, sayuran, camilan padat energi, dan minuman manis yang dikonsumsi teman-teman sebaya Facebook mereka setiap hari. Informasi ini dicocokkan dengan kebiasaan makan aktual para peserta. Persepsi mereka bisa berasal dari melihat postingan teman tentang makanan dan minuman yang mereka konsumsi, atau hanya kesan umum tentang kesehatan mereka secara keseluruhan.
Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang merasakan lingkaran sosial mereka menyetujui makan makanan tidak sehat mengonsumsinya lebih banyak secara signifikan. Mereka, yang mengira teman-teman medsos mereka makan makanan yang sehat, juga makan lebih banyak porsi buah dan sayuran. Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan peserta dan BMI.
”Studi ini menunjukkan bahwa kita mungkin dipengaruhi oleh rekan sosial kita lebih dari yang kita sadari ketika memilih makanan tertentu. Kita tampaknya secara tidak sadar memperhitungkan bagaimana orang lain berperilaku ketika membuat pilihan makanan kita sendiri,” tutur Lily Hawkins, yang memimpin penelitian.
Claire Farrow menambahkan, dengan fakta anak-anak dan remaja menghabiskan banyak waktu berinteraksi dengan teman sebaya melalui media sosial, temuan baru yang penting dari penelitian ini dapat membantu membentuk cara pemerintah memberikan intervensi yang membantu mereka mengadopsi kebiasaan makan sehat sejak usia muda.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Media sosial, seperti Facebook, menjadi tempat netizen mencari preferensi makanan.
”Promosi pesan kesehatan positif di media sosial, yang difokuskan pada mempromosikan pilihan sehat dan hubungan yang tidak membatasi dengan makanan dan tubuh, dapat mendorong orang untuk membuat keputusan positif seputar makanan yang mereka makan,” kata Aisling Pigott, ahli diet dari Asosiasi Diet Inggris.
Oleh SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 8 Februari 2020