Kawan Medsos Pengaruhi Pilihan Makanan

- Editor

Senin, 10 Februari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penelitian di Inggris menunjukkan, kawan di media sosial memengaruhi kebiasaan makan dan pilihan makanan.
Media sosial dikenal memengaruhi persepsi masyarakat terhadap sejumlah hal, termasuk pilihan makanan. Penelitian di Inggris menunjukkan, kawan di media sosial memengaruhi kebiasaan makan dan pilihan makanan sehingga membuka peluang untuk menggunakan media sosial mendorong makanan sehat.

TOTO SIHOHO–Hasil unggahan menu makanan di Facebook, Senin (10/11/2015).

Penelitian itu berjudul ”Apakah Norma yang Dirasakan dari Kebiasaan Makan dan Preferensi Pengguna Media Sosial Memprediksi Konsumsi Makanan dan BMI Kita Sendiri?”. Laporan penelitian dimuat dalam jurnal Appetite yang juga dipublikasikan Science Daily edisi 7 Februari 2020. Penelitian dilakukan tim Universitas Aston, Birmingham, Inggris, yaitu Lily K Hawkins, Claire Farrow, dan Jason M Thomas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Angka-angka terbaru dari Survei Kesehatan Inggris menunjukkan bahwa pada tahun 2018 hanya 28 persen orang dewasa makan lima porsi buah dan sayuran yang direkomendasikan per hari. Di Wales 24 persen, di Skotlandia 22 persen, dan di Irlandia Utara sekitar 20 persen. Anak-anak dan remaja di seluruh Inggris bahkan memiliki tingkat konsumsi buah dan sayuran yang lebih rendah.

Penelitian ini menguji apakah empat norma yang dirasakan tentang kebiasaan makan dan preferensi pengguna Facebook memprediksi konsumsi makanan dan indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) partisipan. Empat norma yang diteliti adalah persepsi deskriptif, persetujuan, kesukaan, dan frekuensi.

Sebanyak 369 mahasiswa sarjana dan pascasarjana ambil bagian dalam survei daring, yang terdiri dari 49 laki-laki dan 320 perempuan. Peserta tidak boleh memiliki alergi makanan saat ini atau sebelumnya, diabetes, atau gangguan makan. Usia peserta 18-65 tahun. Media sosial (medsos) yang diteliti adalah Facebook.

Para peneliti meminta 369 partisipan penelitian untuk memperkirakan jumlah buah, sayuran, camilan padat energi, dan minuman manis yang dikonsumsi teman-teman sebaya Facebook mereka setiap hari. Informasi ini dicocokkan dengan kebiasaan makan aktual para peserta. Persepsi mereka bisa berasal dari melihat postingan teman tentang makanan dan minuman yang mereka konsumsi, atau hanya kesan umum tentang kesehatan mereka secara keseluruhan.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang merasakan lingkaran sosial mereka menyetujui makan makanan tidak sehat mengonsumsinya lebih banyak secara signifikan. Mereka, yang mengira teman-teman medsos mereka makan makanan yang sehat, juga makan lebih banyak porsi buah dan sayuran. Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan peserta dan BMI.

”Studi ini menunjukkan bahwa kita mungkin dipengaruhi oleh rekan sosial kita lebih dari yang kita sadari ketika memilih makanan tertentu. Kita tampaknya secara tidak sadar memperhitungkan bagaimana orang lain berperilaku ketika membuat pilihan makanan kita sendiri,” tutur Lily Hawkins, yang memimpin penelitian.

Claire Farrow menambahkan, dengan fakta anak-anak dan remaja menghabiskan banyak waktu berinteraksi dengan teman sebaya melalui media sosial, temuan baru yang penting dari penelitian ini dapat membantu membentuk cara pemerintah memberikan intervensi yang membantu mereka mengadopsi kebiasaan makan sehat sejak usia muda.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Media sosial, seperti Facebook, menjadi tempat netizen mencari preferensi makanan.

”Promosi pesan kesehatan positif di media sosial, yang difokuskan pada mempromosikan pilihan sehat dan hubungan yang tidak membatasi dengan makanan dan tubuh, dapat mendorong orang untuk membuat keputusan positif seputar makanan yang mereka makan,” kata Aisling Pigott, ahli diet dari Asosiasi Diet Inggris.

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 8 Februari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB