Angka kematian ibu dan bayi serta kasus tengkes masih tinggi di Indonesia. Padahal, kondisi itu bisa dicegah sejak dini melalui pemantauan dalam layanan kesehatan maternal saat masa kehamilan ibu.
Bidan menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan maternal di pelosok Tanah Air di tengah belum meratanya keberadaan dokter kandungan di Indonesia. Untuk itu, peningkatan kompetensi bidan mutlak dilakukan yang bisa ditunjang juga dengan pemanfaatan teknologi.
Co-Founder dan Chief Executive Officer Sehati Group Ari Waluyo, yang juga dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Rumah Sakit Mayapada, Jakarta, di Jakarta, Senin (16/12/2019), menuturkan, angka kematian ibu dan bayi serta kasus tengkes masih tinggi di Indonesia. Padahal, kondisi itu bisa dicegah sejak dini melalui pemantauan dalam layanan kesehatan maternal saat masa kehamilan ibu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Keberhasilan pelayanan kesehatan maternal bergantung pada ketepatan dalam pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Itu juga perlu didukung dengan fasilitas kesehatan yang mumpuni. Masalahnya, distribusi layanan kesehatan tersebut belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia,” tuturnya.
Atas dasar itulah, Ari mencoba melakukan inovasi dan terobosan melalui teknologi Sehati TeleCTG. Teknologi ini dibuat agar bisa menjangkau bidan dan ibu hamil dalam penyediaan layanan kesehatan maternal yang berkualitas hingga ke pelosok daerah.
Ari menjelaskan, Sehati TeleCTG merupakan layanan kesehatan maternal jarak jauh terpadu yang berbasis inovasi dan teknologi tepat guna. Secara teknis, teknologi ini mampu memberikan informasi lengkap dan setiap waktu (real time) mengenai kondisi kehamilan dari ibu yang diperiksa. Ada sejumlah aplikasi yang tersedia dalam layanan ini, yakni meliputi aplikasi Ibu Sehati, Bidan Sehati, TeleCTG, dashboard Sehati, dan pusat konsultasi dengan dokter spesialis kandungan jarak jauh.
”Aplikasi ini secara terintegrasi bisa digunakan oleh ibu hamil, bidan, dokter kandungan, ataupun pemerintah pusat dan daerah. Data yang tersimpan pun bisa digunakan sebagai basis pembuatan keputusan ataupun kebijakan dari pemerintah untuk intervensi masalah kesehatan ibu hamil di daerahnya,” katanya.
Menekan angka kematian
Mariana A Sailana, bidan yang juga Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, menyampaikan, setelah satu tahun sejumlah puskesmas di wilayah Kabupaten Kupang memanfaatkan teknologi ini, angka kematian ibu bisa ditekan. Angka kematian ibu menurun dari 8 orang pada 2018 menjadi 5 orang (2019).
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Satu paket alat TeleCTG dipamerkan dalam acara arahan media terkait teknologi Sehati CTG di Jakarta, Senin (16/12/2019).
Menurut dia, kematian akibat faktor risiko pada kehamilan, seperti anemia pada ibu hamil dan tekanan darah tinggi dalam kehamilan, bisa dicegah dengan menggunakan aplikasi ini. Pencatatan kondisi ibu hamil juga lebih tepat dibandingkan dengan pencatatan buku KIA secara manual yang biasanya sering lupa dilakukan.
”Lewat teleCTG (cardiotocography), bidan yang sudah dilatih lebih mudah mendeteksi adanya kelainan pada bayi. Jika saat diperiksa denyut jantung bayi kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per menit, aplikasi yang ada di telepon pintar milik bidan akan berbunyi. Jadi, bisa langsung dilakukan intervensi,” ucapnya.
Meski begitu, Mariana menambahkan, penggunaan alat ini kini masih terkendala pada kekuatan jaringan internet. Sejumlah tempat di Kabupaten Kupang, terutama yang berada di pedalaman, belum sepenuhnya bisa mengakses jaringan internet.
Bergantung pada komitmen
Ari mengatakan, keberlanjutan pemanfaatan teknologi ini sangat bergantung pada komitmen dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejumlah daerah berupaya agar teknologi ini bisa terus dijalankan di wilayahnya. Setidaknya ada 100 kabupaten dan kota yang akan memanfaatkan teknologi Sehati TeleCTG.
”Alat ini masih dalam proses untuk bisa dimasukkan ke dalam e-catalog agar bisa dianggarkan oleh setiap pemerintah daerah. Kami dari Sehati Group juga berupaya terus mengembangkan teknologi ini dengan basis bukti dan penelitian yang berkualitas,” katanya.
Selain itu, teknologi ini juga akan digunakan oleh pemerintah di negara lain, yakni Kolombia. Tahun 2020, ada sekitar 3.000 desa di Kolombia yang akan memanfaatkan Sehati TeleCTG.
Oleh DEONISIA ARLINTA
Editor: HAMZIRWAN HAM
Sumber: Kompas, 16 Desember 2019