indikator ekologi; Capung Jawa Didata Lagi

- Editor

Jumat, 18 Oktober 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Organisasi penelitian dan pelestarian capung, Indonesia Dragonfly Society, meneliti dan mendata kembali aneka spesies capung di Jawa. Salah satu fokus penelitian adalah soal manfaat capung di bidang pertanian dan pelestarian mata air.

Data sementara dari sejumlah referensi, spesies capung di Jawa berjumlah 172 jenis. ”Sebanyak 26 jenis di antaranya endemik Jawa,” kata Ketua Indonesia Dragonfly Society (IDS) Wahyu Sigit Rahadi dalam diskusi terbatas ”Naga Terbang Kawan Petani” yang digelar Yayasan Sheep Indonesia Regio Jawa Tengah di Kabupaten Pati, Kamis (17/10).

Data itu perlu diuji lagi karena belum pernah ada penelitian dan pembuatan data dasar tentang capung di Indonesia, khususnya di Jawa. Lingkungan yang terus dan cepat berubah memengaruhi persebaran serta hilangnya capung dari habitat aslinya.

”Salah satunya habitat capung di sekitar lahan pertanian dan mata air. Perubahan lingkungan pertanian akibat pestisida dan kerusakan mata air menyebabkan capung berpindah mencari tempat baru,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Sigit, capung merupakan bioindikator kondisi lingkungan karena nimfa capung hanya dapat hidup di air yang tak tercemar. Capung juga predator serangga, seperti nyamuk, wereng, lalat, kepik daun, kutu daun, dan jentik-jentik nyamuk.

”Jika di areal persawahan tak lagi ada keanekaragaman capung, berarti lingkungannya tercemar.

Begitu pula jika di mata air tak ada lagi capung,” kata Sigit.

Demi memperkuat penelitian dan pendataan Capung di Jawa, IDS membuat percontohan kawasan konservasi capung di sejumlah daerah. Salah satunya di Sungai Kalongan di Desa Pesucen, Banyuwangi, Jawa Timur.

Temuan terpenting di sana adalah capung jenis Amphiaeschna ampla. Capung itu terakhir didokumentasikan tahun 1940 oleh peneliti asal Belanda, Lieftinck.

”Kami juga masih melakukan pendampingan penelitian capung di Sungai Gajah Wong, Yogyakarta, dan Kepulauan Karimunjawa, Jepara,” ujar Sigit.

Koordinator dan juga peneliti Yayasan Sheep Jateng, Husaini, mengatakan, Sheep akan merintis studi capung di Pegunungan Kendeng, Pati. Kawasan tersebut kaya mata air, rumah habitat capung.

”Dari dua mata air yang didatangi bersama IDS, di Brati dan Goa Pancur, terdapat 26 jenis capung dan 4 di antaranya endemik Jawa,” katanya. (HEN)

Sumber: Kompas, 18 Oktober 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB