Dua mahasiswa ITS, Tita Oxa Anggrea dan Frankstein Arphan, menyabet dua gelar juara dalam ajang Oil and Gas Horizons XI yang berlangsung di Moskwa, Rusia, Senin-Minggu (18-24/11/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
HUMAS ITS–Dua Mahasiswa ITS, Frankstein Arphan dan Tita Oxa Anggrea, saat mengikuti lomba Oil and Gas Horizons XI yang berlangsung di Moskwa, Rusia, Senin-Minggu (18-24/11/2019).
Dua mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Tita Oxa Anggrea (20) dan Frankstein Arphan (20), kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Keduanya menyabet dua gelar juara dalam ajang Oil and Gas Horizons XI di Moskwa, Rusia, Senin-Minggu (18-24/11/2019).
Dua mahasiswa jurusan Teknik Fisika tersebut menjadi juara pertama di kategori Paper Competition dan Petroolympic Case Study Competition. Dalam ajang yang digelar Society Petroleum Engineer Gubkin University itu, keduanya unggul atas 18 peserta dari sejumlah negara, seperti Rusia, Polandia, Swiss, Ukraina, Belgia, Jerman, Spanyol, Italia, Turki, dan Brasil.
Gelar ini semakin meneguhkan riset mereka tentang minyak bumi. Sebelumnya pada awal Mei lalu, keduanya menyabet juara pertama di dua kategori dalam kompetisi Constantin Gh Popa Paper and Poster Contest yang digelar di Petroleum-Gas University of Ploiesti, Romania.
Mereka merebut gelar juara pertama dalam kategori Paper Competition dan Poster Competition dengan tema riset yang sama. Mahasiswa sarjana itu mengungguli 70 peserta dari 15 negara yang mengikuti kompetisi tersebut.
”Lomba di Rusia ini tidak hanya diikuti peserta program sarjana, tetapi ada peserta dari program doktoral. Berkat kerja sama yang baik antar-anggota tim dan dukungan dari PT Pertamina Hulu Energi, kami bisa menjadi juara,” kata Tita, Rabu (27/11/2019) di Surabaya.
KOMPAS/IQBAL BASYARI–Pompa angguk atau sucker rod pump milik PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu mengambil minyak di sumur Wonocolo, Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (13/11/2019)
Dia mengatakan, ide lomba ini berawal dari ketertarikan keduanya tentang pemanfaatan lapisan tipis pada lapisan penyimpan cadangan minyak. Lapisan setebal 0,1–1 kaki ini sering tidak diperhatikan. Padahal, jika dimanfaatkan dengan baik, berpotensi menambah keuntungan hingga 4 juta dollar AS per sumur pengeboran.
Ide ini kemudian dikomunikasikan dengan Pertamina Hulu Energi untuk dilanjutkan dengan riset. Mereka dipertemukan dengan bagian eksplorasi Pertamina. Hasilnya, hasil riset itu lantas coba diterapkan.
Mereka menggunakan tiga metode terintegrasi untuk memperoleh hasil akurat. Pertama, dekonvolusi resistivitas menggunakan metode log image, kemudian menganalisis laminated shaly sand dengan metode Thomas Steiber, serta Monte Carlo Uncertainty atau membuat lapisan tipis yang semula terabaikan menjadi terdeteksi.
”Riset ini juga mendapatkan penghargaan dari perusahaan minyak dan gas dari Rusia, serta pengakuan para akademisi di Gubkin University,” ujarnya.
Arphan menambahkan, mereka juga unggul di kategori Case Study. Di kategori ini, kontingen dari ITS harus bekerja sama dengan peserta lainnya. Tim gabungan diminta memecahkan masalah yang diberikan oleh perusahaan minyak asal Rusia.
SUMBER: KEMEMTERIAN ESDM–Data produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi di Indonesia sampai semester I-2019.
Oleh IQBAL BASYARI
Editor–CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
Sumber: Kompas, 27 November 2019