Hujan Masih Lokal, Belum Menandai Musim Kemarau Berakhir

- Editor

Selasa, 29 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hujan mulai terjadi di sejumlah daerah di Pulau Jawa. Namun, hujan kali ini bersifat lokal karena sebagian besar Pulau Jawa baru akan memasuki musim hujan di bulan November 2019.

Setelah suhu panas mereda, hujan mulai terjadi di sejumlah daerah, termasuk bagian selatan Jakarta dan Jawa Barat. Namun, hujan kali ini bersifat lokal karena sebagian besar Pulau Jawa, termasuk Jakarta dan sekitarnya, baru akan memasuki musim hujan di bulan November 2019.

“Hujan yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya belum menandai berakhirnya musim kemarau di wilayah ini. Angin regional di level troposfer bawah masih dominasi timuran yang kering,” kata Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Siswanto, di Jakarta, Senin (28/10/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN–Pengendara motor menggunakan jas hujan saat hujan mengguyur kawasan Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Minggu (27/10/2019). Meski sebagian wilayah di Jabodetabek telah diguyur hujan ringan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memprakirakan awal musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia mundur satu hingga dua dasarian (10 hari) hingga November dan Desember 2019. Sementara itu, puncak musim hujan diprediksikan akan terjadi pada Januari hingga Februari dengan kondisi normal hingga di bawah normal.

Menurut dia, hujan yang melanda Jakarta bagian selatan, Depok, sebagian Tangerang Selatan, dan Bekasi bagian selatan dipicu oleh perluasan awan konvektif yang tumbuh di selatan di wilayah pegunungan di wilayah Bogor hingga Sukabumi. Awan konvektif ini tumbuh karena pengangkatan massa udara akibat pemuaian pemanasan permukaan yang terjadi sepekan terakhir.

“Awan konvektif ini terangkat oleh sirkulasi lokal angin laut yang menuju daratan lebih tinggi atau pegunungan,” kata Siswanto.

Analisis iklim BMKG menunjukkan, pada akhir Oktober 2019 ini baru 69 zona musim dari 342 zona musim di Indonesia atau sekitar 20,2 persen yang mulai memasuki musim hujan. Beberapa daerah itu di antaranya, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sulawesi Utara, Gorontalo, Bangka, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Pada akhir Oktober 2019 ini baru 69 zona musim dari 342 zona musim di Indonesia atau sekitar 20,2 persen yang mulai memasuki musim hujan.

–Daerah-daerah di Indonesia yang memasuki musim hujan pada dasarian terakhir Oktober 2019. Sumber: BMKG

Sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 161 zona musim atau 47,1 persen akan memasuki musim hujan pada awal hingga pertengahan November 2019. Wilayah Jakarta bagian selatan dan tengah diprediksi termasuk yang akan memasuki musim hujan di bulan November. Sedangkan Jakarta bagian utara, timur, dan barat diperkirakan baru rutin mendapat hujan pada awal Desember 2019.

Wilayah Jakarta bagian selatan dan tengah diprediksi termasuk yang akan memasuki musim hujan di bulan November.

Menurut Siswanto, sekalipun kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia belum berakhir, namun suhu panas berangsur berkurang. Hal ini karena gerak semu matahari semakin ke arah selatan. “Kini giliran suhu Australia bagian barat yang dilaporkan mencapai 39 derajat celcius,” kata Siswanto.

Waspada bencana
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo memperingatkan ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan puting beliung. “Perubahan musim dapat ditandai dengan fenomena angin puting beliung yang bersifat merusak,” kata dia.

Menurut data BNPB, mencatat selama Oktober 2019 telah terjadi 57 kali puting beliung menyebabkan 1 orang meninggal, 10 orang luka-luka, 462 mengungsi, 7.425 unit rumah rusak.

Dari jumlah rumah rusak tersebut, sebanyak 200 rusak berat, 898 rusak sedang, dan 6.327 rusak ringan. Sedangkan kerusakan pada fasilitas umum, sebanyak 37 fasilitas rusak yang mencakup 15 fasilitas pendidikan, 20 peribadatan dan 2 kesehatan.

Daerah yang mengalami puting beliung antara lain Jawa Tengah 21 kali; Jawa Barat 14 kali; Aceh, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan masing-masing 4 kali; Sumatera Utara 3 kali; Sumatera Barat 2 kali; Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Barat, dan Riau masing-masing 1 kali.

ARSIP CAMAT BATUR–Sejumlah rumah tampak rusak Senin (21/10/2019) siang setelah sejumlah desa di Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah dilanda angin kencang pada Minggu (20/10/2019) petang.

Agus menambahkan, sebagian wilayah juga sudah dilanda bencana banjir dan tanah longsor seperti di Aceh, Kalimantan Tengah, dan Jawa Barat. Data BNPB, banjir terjadi 7 kali yang menyebabkan 1 orang meninggal dunia, 285 mengungsi, 237 unit rumah terendam. Banjir terjadi di Aceh 5 kali, Sumatera Barat 1 dan Sumatera Utara.

Sedangkan tanah longsor terjadi 8 kali dan mengakibatkan 2 orang meninggal dunia, 73 mengungsi, serta kerusakan pada 21 unit rumah rusak, dan 3 fasilitas umum terdampak. Tanah longsor initerjadi di Jawa Barat 6 kali, Jawa Timur 1 dan Sumatera Utara 1 kali.

Namun, di sebagian daerah lain, masih mengalami puncak musim kemarau dan dilanda kebakaran. “Kebakaran hutan dan lahan masih terjadi di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Beberapa gunung di Pulau Jawa dan Nusa tenggara Barat juga mengalami kebakaran juga,” kata dia.

Oleh AHMAD ARIF

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 28 Oktober 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB