Alarm Bahaya Pencemaran Plastik pada Garam

- Editor

Minggu, 27 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setelah plastik mikro ditemukan pada pencernaan ikan di Indonesia, penelitian terbaru menunjukkan bahwa garam tradisional juga telah tercemar partikel kimia beracun ini. Temuan ini menjadi alarm bahaya pencemaran plastik di lautan yang bisa berdampak ke manusia.

Penelitian tentang cemaran plastik mikro pada garam yang dilakukan akademisi dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, ini baru saja dipublikasikan di Global Journal of Environmental Science and Management (GJESM). Tim peneliti menemukan, plastik mikro telah ditemukan di kolam penghasil garam, sampel air laut, sedimen dan garam yang baru dipanen di daerah Pallengu, Kabupaten Janeponto, Sulawesi Selatan.

20191023-H10-LHR-Air-sedimen-garam-mumed_1571843750”Garam yang diproduksi di Jeneponto itu lebih dari 95 persen untuk kepentingan dapur masyarakat dan hanya 5 persen untuk berbagai industri,” kata Akbar Tahir, Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, yang memimpin studi ini. Anggota tim peneliti yaitu MF Samawi dan S Werorilangi dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas serta P Taba dari Pogram Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unhas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari tujuh sampel garam yang diteliti, positif mengandung plastik mikro dengan total kontaminasi 58,3 persen. Sementara dari 16 sampel air yang diteliti, ditemukan 31 partikel plastik mikro pada 11 sampel. Tingkat kontaminasinya secara keseluruhan 68,75 persen.

Untuk sedimen, dari 16 sampel yang diperiksa, ditemukan 41 partikel plastik mikro dengan tingkat kontaminasi 50 persen. Total kontaminasi ini dihitung dari jumlah sampel positif terhadap total sampel yang diteliti.

Rata-rata plastik mikro pada air ditemukan berkisar 7-55 item per liter, sedangkan pada sedimen tambak 14,6-50 item per kilogram dan pada garam 6,7-53,3 item per kilogram. ”Dengan level kandungan mikro plastik pada garam yang cukup besar ini sudah lampu merah. Ada kemungkinan garam ini juga mengandung berbagai bahan kimia berbahaya, seperti BPA, PBDE atau logam berat,” katanya.

Dampak kesehatan
Menurut Akbar, kelimpahan mikro plastik pada garam yang mencapai lebih dari 53 item per kilogram yang terus-menerus dikonsumsi berpotensi menimbulkan dampak kesehatan. ”Sangat mungkin kandungan plastik ukuran nano bisa lebih banyak lagi,” kata Akbar.

Plastik mikro (microplastics) adalah partikel plastik berdiameter kurang dari 5 milimeter (mm) atau sebesar biji wijen hingga 330 mikron (0,33 mm). Adapun plastik nano (nanoplastics) berukuran lebih kecil dari 330 mikron. Plastik mikro ataupun nano ini terbentuk dari bahan plastik yang mengalami degradasi di alam, tetapi tidak sepenuhnya terurai.

Sejauh ini belum ada kajian yang dilakukan untuk menelisik dampak buruk cemaran plastik mikro ataupun plastik nano pada masyarakat. ”Kita butuh strategi nyata dan praktis untuk memperbaiki kualitas air yang dipakai dalam industri garam agar kontaminasi mikroplastiknya bisa dikurangi,” katanya. ”Salah satu rekomendasinya adalah membuat saringan mikro dengan ukuran 0,1-10 mikrometer,” ujarnya.

Penelitian terpisah oleh peneliti kimia laut dan ekotoksikologi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Reza Cordova dan tim, di tambak di pantai utara Jawa sebelumnya juga menemukan cemaran plastik mikro pada garam, rata-rata 10-20 partikel plastik mikro per kilogram garam.

Lokasi penelitian ini di tambak garam Pati, Kudus, Demak, dan Rembang. Dia menduga, plastik mikro pada garam ini berasal dari air laut yang sudah tercemar. Selain itu, ada juga kemungkinan masuknya plastik mikro setelah pemanenan karena banyak menggunakan plastik.

Menurut analisis Reza, sumber pencemar pada garam ini bisa ditelusuri jejaknya dengan temuan pencemaran plastik mikro pada air laut yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagian besar sumber plastik itu diduga berasal dari plastik sekali pakai, seperti kantong plastik. Ada juga plastik dari jaring nelayan dan pakaian.

Kandungan plastik mikro di air laut ditemukan di 13 lokasi dan semua tercemar dengan tingkat dari 0,25 partikel per meter kubik sampai hampir 10 partikel per meter kubik. Paling tinggi adalah cemaran plastik mikro di pesisir Jakarta dan Sulawesi Selatan, yaitu 7,5-10 partikel per meter kubik.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Tumpukan sampah yang sebagian berupa sampah plastik memenuhi tepian pantai di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (23/4/2019). Sampah yang sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga tersebut berpotensi mencemari lautan dan permukiman warga yang berada di sekitarnya.

Ancaman kehidupan
Temuan plastik pada garam telah menambah panjang daftar bahaya polusi bahan kimia berbahaya ini terhadap kehidupan. Sejumlah kajian sebelumnya telah menemukan, pencemaran plastik terjadi di hampir semua sudut bumi, dari lautan hingga pegunungan.

Misalnya, Steve Allen dari University of Strathclyde, Inggris, dan tim dalam kajiannya di jurnal Nature Geoscience, 15 April 2019, menyebutkan, plastik mikro ukuran kurang dari 5 mm ditemukan di Pegunungan Pyrenees, antara Perancis dan Spanyol, yang terpencil. Temuan partikel pencemar di pegunungan yang berjarak sekitar 95 km dari kota ini menunjukkan bahwa plastik mikro bisa tersebar lewat udara.

Tak hanya merusak lingkungan, cemaran plastik terbukti juga bisa terserap ke organisme. Riset bersama Universitas Hasanuddin dan University of California Davis (2014 dan 2015) menemukan cemaran plastik mikro di saluran pencernaan ikan dan kerang yang dijual di tempat pelelangan ikan terbesar di Makassar, Sulawesi Selatan. Hasil riset dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional, Nature, September 2015.

Riset terpisah oleh Agung Dhamar Syakti dari Universitas Maritim Raja Ali Haji pada Mei 2018 hingga Januari 2019 itu juga menemukan kandungan plastik meso dan mikro di perut ikan sembilang (Plotosus canius) atau lele laut di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Dari tiga lokasi perairan di kawasan ini, masing-masing diambil 5 sampel ikan sembilang dan ada plastik meso 17 partikel per ekor serta plastik mikro 162 partikel per ekor.

Sedangkan para peneliti dari National University of Singapore (NUS) menemukan bahwa plastik ukuran nano bisa dengan mudah terserap larva organisme laut dan terakumulasi di dalam tubuh seiring pertumbuhannya. Temuan yang dipublikasikan di jurnal ACS Sustainable Chemistry & Engineering (2018) ini menjadi bukti penting bahwa sampah plastik telah masuk ke dalam rantai makanan perairan dan pada akhirnya akan berdampak buruk terhadap manusia.

Partikel plastik yang masuk tubuh organisme akan terakumulasi di jaringan. Sebagai predator puncak ditambah plastik pada garam, manusia cenderung mengakumulasi plastik mikro atau nano ini dalam tubuhnya.

Padahal, dalam partikel plastik itu terkandung bahan kimia berbahaya, seperti PCBs, DDE, nonylphenols/NP, dan logam berat bersifat karsinogenik pemicu kanker. Jadi, ulah kita sendiri yang mencemari lautan dengan plastik kini telah mengarah pada bunuh diri ekologi dan mengancam kesehatan kita sendiri….

Oleh AHMAD ARIF

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 24 Oktober 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB