Nyamuk yang Dimodifikasi Genetikanya Timbulkan Kontroversi

- Editor

Senin, 23 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aedes aegypti adalah salah satu spesies nyamuk yang paling berbahaya dan mematikan di Bumi. Selain menularkan penyakit demam berdarah dengue, nyamuk ini juga menyebarkan virus Zika yang bisa menyebabkan kepala bayi kecil, demam kuning hingga virus West Nile.

Untuk membantu mengurangi populasi nyamuk tersebut, perusahaan bioteknologi asal Inggris Oxitec melepaskan sekitar 450.000 nyamuk Aedes aegypti yang sudah dimodifikasi genetikanya ke wilayah Jacobina, timur Brasil. Pelepasan nyamuk sebanyak itu dilakukan setiap minggu selama 27 bulan dari tahun 2013-2015.

KOMPAS/CENTERS FOR DISEASE CONTROL AND PREVENTION/JAMES GATHANY–Nyamuk Aedes aegypti menjadi salah satu spesies nyamuk paling berbahaya dan mematikan di Bumi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Nyamuk yang telah dimodifikasi genetikanya itu adalah nyamuk jantan. Dia dirancang membawa gen mematikan yang bisa membunuh dirinya sendiri dan juga keturunannya. Kematian nyamuk jantan dengan genetika yang sudah berubah itu dirancang terjadi setelah dia kawin dengan nyamuk betina. Nyamuk Aedes aegypti betina inilah yang menggigit manusia.

Dari uji laboratorium Oxitec diketahui dari seluruh nyamuk betina yang kawin dengan nyamuk jantan dengan modifikasi genetika itu, sebanyak 3 persen di antaranya berhasil berkembang biak, menghasilkan keturunan. Selain jumlah keturunan yang lebih kecil, anak-anak nyamuk yang dihasilkan juga lebih lemah dan tidak mampu menghasilkan keturunan.

Pelepasan nyamuk yang sudah dimodifikasi genetikanya itu diklaim mampu mengurangi jumlah nyamuk di Brasil hingga 85 persen. Situasi itu tentu memberi harapan dalam pengendalian dan pencegahan penyakit.

KOMPAS/GOOGLE MAPS–Jacobina, Brasil

Risiko
Meski demikian, studi lain yang dilakukan profesor ekologi dan biologi Evolusi dari Universitas Yale, Amerika Serikat Jeffrey R Powell dkk menemukan adanya risiko dari pelepasan nyamuk jantan yang sudah dimodifikasi genetikanya itu. Sejumlah gen dari nyamuk yang sudah mengalami perubahan genetika itu ternyata ditemukan pada nyamuk dengan gen asli.

Pewarisan gen yang dimodifikasi ke nyamuk asli itu menciptakan spesies nyamuk hibrida yang mengandung galur genetika nyamuk Kuba dan Meksiko. Nyamuk hibrida itu dikhawatirkan akan memiliki karakter yang lebih kuat, baik dalam menimbulkan penyakit maupun merespon insektisida.

Studi itu dilakukan Powell dkk dengan mengambil nyamuk dari populasi asli di Brasil pada enam bulan, 12 bulan, 27 bulan dan 30 bulan setelah nyamuk-nyamuk yang sudah dimodifikasi genetikanya itu dilepas ke lingkungan.

“Perusahaan mengklaim gen dari galur yang dilepaskan ke lingkungan itu tidak akan masuk ke populasi umum nyamuk karena keturunannya akan mati. Nyatanya, itu tidak terjadi,” kata Powell seperti dikutip Live Science, Jumat (20/9/2019).

Ditemukannya nyamuk asli dengan gen baru yang sudah dimodifikasi itu menunjukkan beberapa keturunan nyamuk yang dihasilkan mampu bertahan hidup, tidak semuanya mati seperti yang diklaim Oxitec. Studi yang mencermati pelepasan nyamuk dengan genetika yang sudah dimodifikasi itu dipublikasikan di jurnal Scientific Reports, 10 September 2019.

Meski demikian, belum diketahui apakah nyamuk yang mengandung galur genetika yang sudah dimodifikasi itu memiliki dampak bagi lingkungan. Namun, hal itu menunjukkan pelepasan nyamuk yang sudah dimodifikasi genetikanya itu tidak seusai dengan rencana dan tidak diantispasi.

Kondisi itu perlu menjadi perhatian khusus karena kenyataannya, gen yang diturunkan bukanlah gen yang dirancang untuk membunuh dan menandai nyamuk, tetapi galur gen nyamuk dari Kuba dan Meksiko.

Kepala Bagian Keilmuan dan Peraturan Oxitec, Nathan Rose mengaku tidak terkejut dengan hasil studi tersebut. “Namun, kami terkejut dengan spekulasi yang dibuat peneliti,” katanya kepada majalah Science, Selasa (17/9/2019).

Oxitec memahami bahwa tidak semua nyamuk yang dihasilkan dari proses kawin nyamuk betina dengan nyamuk jantan yang sudah dimodifikasi genetikanya itu akan mati, masih ada sekitar 3 persen keturunan nyamuk yang hidup. “Kami sangat memahami hal ini,” tegas Rose.

Selain itu, hingga kini tidak ada bukti bahwa nyamuk hibrida itu berbahaya. Karena itu, studi tersebut dikhawatirkan akan memunculkan kekhawatiran dan persepsi yang keliru masyarakat terhadap produk-produk hasil rekayasa genetika, seperti yang terjadi selama ini.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 22 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB