Muhammad Fa’iq (21), mahasiswa Teknik Telekomunikasi dari Institut Teknologi Telkom (ITT) Purwokerto, mengembangkan pendeteksi asap rokok berbasis internet untuk dipasang di toilet gerbong kereta api. Alat deteksi asap ini bisa mengirimkan notifikasi kepada pihak berwenang melalui aplikasi Telegram, sekaligus mengunci pintu toilet secara otomatis.
”Meski sudah ada aturan dilarang merokok, saya masih melihat ada juga yang melanggar terutama di toilet kereta api,” Fa’iq, Selasa (3/9/2019), di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Muhammad Fa’iq (21), mahasiswa Teknik Telekomunikasi dari Institut Teknologi Telkom (ITT) Purwokerto (kiri), dan pengajar Elektronika di Program Studi Teknik Telekomunikasi ITT Purwokerto, Fikra Titan Syifa, mengembangkan alat deteksi asap rokok berbasis internet untuk dipasang di toilet gerbong kereta api, Selasa (3/9/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menyampaikan, alat deteksi asap ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas akhir untuk meraih gelar D-3. Proses pembuatan alat ini membutuhkan waktu sekitar enam bulan dengan biaya lebih kurang Rp 500.000. Alat dipasang dalam miniatur toilet yang direpresentasikan dalam suatu kotak kayu lengkap dengan kloset, cermin, wastafel, dan kipas exhaust.
Alat ini terdiri atas sejumlah komponen, antara lain NodeMCU ESP8266, sensor MQ2, lampu LED merah, fan DC, relay 2 channel, solenoid door lock, kapasitor 1.000 mikrofarad, resistor, dan dua adapter 12 volt.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO–Alat deteksi asap rokok berbasis internet untuk dipasang di toilet gerbong kereta api dikembangkan mahasiswa Teknik Telekomunikasi dari ITT Purwokerto, Selasa (3/9/2019). Alat ini bisa mengirimkan notifikasi kepada pihak berwenang melalui aplikasi Telegram, sekaligus mengunci pintu toilet secara otomatis.
”Sensor MQ2 ini bisa mendeteksi kadar gas di udara. Jika terindikasi terdeteksi asap rokok di suatu ruangan, sensor ini akan bekerja dan mengirimkan notifikasi lewat aplikasi Telegram,” kata Fa’iq yang juga pencinta kereta api.
Pengajar Elektronika di Program Studi Teknik Telekomunikasi ITT Purwokerto, Fikra Titan Syifa, menyampaikan, gagasan pembuatan alat deteksi asap rokok ini berawal dari mahasiswa dan penelitian ini belum pernah ada. ”Alat ini dibuat demi keamanan perjalanan kereta api serta kenyamanan penumpang kereta api,” ujarnya.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO–Pendeteksi asap rokok berbasis internet untuk dipasang di toilet gerbong kereta api dikembangkan mahasiswa Teknik Telekomunikasi dari ITT Purwokerto, Selasa (3/9/2019).
Perlu penyempurnaan
Sejumlah penyempurnaan masih diperlukan, antara lain sensitivitas sensor yang masih perlu waktu 5 sampai 10 menit untuk merespons asap, kebutuhan jaringan Wi-Fi di sekitar lokasi pemasangan, serta kebutuhan kuota internet yang hemat.
Pada saat simulasi dilakukan, asap rokok yang ditiupkan berkali-kali tidak segera direspons oleh sensor. Setelah di-reset (dinyalakan ulang) dan sejumlah kabel dikencangkan posisinya, sensor mulai merespons dengan baik.
Kepulan asap di dalam miniatur toilet itu kemudian membuat lampu LED berwarna merah menyala serta kipas angin pengurai asap segera berputar menyedot asap.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO–Alat deteksi asap rokok berbasis internet untuk dipasang di toilet gerbong kereta api dikembangkan mahasiswa Teknik Telekomunikasi dari ITT Purwokerto, Selasa (3/9/2019).
Selain itu, kunci pintu otomatis segera aktif dan notifikasi berupa tulisan ”Terdeteksi Asap Rokok di Toilet” pun terkirim ke telepon seluler melalui aplikasi Telegram. Orang yang sengaja merokok di dalam toilet pun otomatis akan terkunci. ”Penyempurnaan lain juga diperlukan, misalnya sensor ini juga sensitif pada gas parfum,” ujar Titan.
Ke depan, lanjutnya, selain butuh penyempurnaan, alat ini juga akan diproses hak kekayaan intelektual serta hak patennya agar dapat diproduksi. Diharapkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) bisa memanfaatkannya.
Secara terpisah, Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi V Purwokerto Supriyanto mengapresiasi ide, inovasi, dan karya anak bangsa. Pihaknya telah meminta tim ITT Purwokerto agar mengajukan proposal penggunaan alat itu ke kantor pusat.
”Kami mengapresiasi ide dan karya anak bangsa. Namun, perlu dilakukan uji dan standardisasi oleh pusat,” ucap Supriyanto.–WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Editor AGNES SWETTA PANDIA
Sumber: Kompas, 3 September 2019