Dukungan agar siswa sekolah bisa mengembangkan kreativitas tidak hanya bergantung kepada penyediaan sarana dan prasarana. Adanya kepercayaan dari orang-orang sekitar bahwa siswa mampu melakukan sesuatu dan pemberian keleluasaan untuk bereksplorasi serta bereksperimen jauh lebih penting.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengajak publik memberikan keleluasaan dan kepercayaan kepada siswa untuk mengembangkan ide kreatif. Jumpa pers diadakan di Jakarta, Sabtu (17/8/2019), setelah Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.
”Guru yang mampu memotivasi siswa untuk mengembangkan ide tanpa meremehkan gagasan yang tampaknya sepele sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan diri bagi anak-anak bahwa mereka bisa menemukan hal-hal baru,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy seusai Upacara Peringatan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta, Sabtu (17/8/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kesempatan itu, Muhadjir memperkenalkan kepada publik tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang meraih medali emas untuk bidang ilmu hayati pada Olimpiade Penemuan Kreatif Sedunia di Seoul, Korea Selatan. Mereka memasukkan penelitian mereka yang berjudul ”Bajakah Tunggal: Obat Kanker dari Alam”.
Muhadjir menyebutkan, penelitian tersebut masih pada tahap permulaan dan ada banyak aspek yang harus diperdalam dan diuji coba lebih lanjut. Namun, menghargai semangat para peneliti yunior ini sangat penting agar mereka tidak putus asa dan terus melanjutkan penelitiannya, terlepas hasil akhir yang kelak ditemukan.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–(Dari kiri) Aysa Aurelya Maharani, Anggina Rafitri, dan Yazid Rafli Akbar, tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang mengembangkan penelitian mengenai tanaman bajakah sebagai obat potensial bagi kanker. Mereka menghadiri Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia di Jakarta, Sabtu (17/8/2019).
Inspirasi keluarga
Ketiga siswa tersebut adalah Anggina Rafitri (kelas XII IPA), Aysa Aurelya Maharani (XII IPA), dan Yazid Rafli Akbar (XI). Mereka meneliti ekstrak yang diambil dari tanaman bajakah, sejenis vegetasi liar yang tumbuh di hutan di Kalimantan Tengah. Berhubung penelitian masih tahap awal, ketiga siswa tidak diperkenankan memberikan rincian mengenai spesies dan nama latin tumbuhan bajakah yang digunakan.
Tanaman ini digunakan anggota keluarga Yazid sebagai salah satu pengobatan untuk neneknya yang mengidap kanker. ”Setelah rutin meminum ramuan bajakah, kondisi fisik nenek tetap bugar. Saya jadi penasaran ingin mengetahui pengaruh ekstrak bajakah terhadap tubuh,” ujarnya.
Yazid yang tergabung dalam ekstrakurikuler kelompok ilmiah remaja beserta dua temannya, Anggina dan Aysa, memutuskan untuk meneliti bajakah pada pertengahan tahun 2018. Tim kemudian membeli mencit yang tubuhnya memiliki sel kanker yang setiap hari diberi minum ekstrak bajakah. Pada bulan kedua mulai terlihat perubahan bahwa mencit tersebut tidak lemah dan tetap bertenaga. Dokumentasi perkembangan penelitian itu diikutsertakan pada lomba karya ilmiah nasional dan kemudian ke olimpiade.
”Meskipun begitu, kami belum menemukan faktor yang mengaitkan bajakah langsung dengan penyembuhan kanker. Penelitian baru membahas temuan kasatmata terhadap mencit. Kami harus mencari kandungan spesifik bajakah yang bereaksi terhadap sel kanker. Bahkan, mungkin saja reaksi terhadap bajakah bukan pada sel kanker, melainkan variabel lain pada tubuh mencit,” papar Aysa.
Kepala SMAN 2 Palangkaraya Muhammad Mirazuldi mengatakan, selain di laboratorium sekolah, penelitian juga meminjam fasilitas di Universitas Lambung Mangkurat. Sejauh ini, penelitian baru dilakukan di bawah bimbingan guru sekolah.
Menanggapi hal itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Didik Suhardi mengatakan sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng agar menjembatani siswa bisa mengakses laboratorium dan bimbingan pakar dari perguruan tinggi ataupun rumah sakit untuk bisa mendalami betul penelitian.
Oleh LARASWATI ARIADNE ANWAR
Sumber: Kompas, 17 Agustus 2019