Untuk memperingati Hari Ulang Tahun Ke-46 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Senin (26/8/2013) ini, diluncurkan hasil riset bus dan sedan listrik di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang Selatan. Teknologi kendaraan ramah lingkungan tersebut merupakan antisipasi jangka panjang ketika sarana transportasi makin kesulitan bahan bakar fosil yang tidak terbarukan.
”Setidaknya, dalam lima tahun ke depan kendaraan listrik mulai dibutuhkan. Teknologi material kendaraan sudah siap, kendalanya pada teknologi baterai yang belum bisa menampung energi sesuai yang diharapkan,” kata Adi Santosa, peneliti senior pada Pusat Penelitian Telematika dan Mekatronika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Bandung, Minggu.
Selain bus dan sedan listrik, LIPI juga meluncurkan telepon seluler pintar Smartphone Bandros (singkatan dari Bandung Raya Operating System). Telepon seluler pintar tersebut dirancang antisadap dengan menggunakan sistem operasi terbuka (open source) Linux.
Menurut Adi, mobil listrik sekarang belum mendominasi pasar sekalipun di negara-negara maju tempat mobil diproduksi. LIPI sudah mengantisipasi penguasaan teknologi untuk menunjang produksinya pada masa mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Energi listrik bisa diperoleh dari berbagai sumber. Ketika bahan bakar fosil habis, listrik menjadi pilihan pengganti,” kata Adi.
Melalui siaran pers, Kepala LIPI Lukman Hakim, dalam rangka HUT Ke 46 LIPI itu, akan menyerahkan mobil listrik yang diberi nama Hevina dengan dua varian, yaitu bus dan sedan, kepada Menteri Riset dan Teknologi.
Tantangan LIPI ke depan, menurut Lukman, adalah menambah jumlah peneliti. Ditargetkan rekrutmen peneliti LIPI tahun ini dapat mencapai 250 orang.
”Jumlah peneliti kalah banyak dengan pegawai administrasi. Dalam lima tahun ke depan diharapkan setidaknya bisa sama jumlahnya,” kata Lukman.
Tantangan LIPI berikutnya, menurut Lukman, meningkatkan jumlah publikasi ilmiah. Implementasi hasil riset untuk pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat juga terus diupayakan. Hal itu antara lain untuk menunjang produksi pertanian dengan pupuk organik yang diperkaya mikroorganisme. (NAW/KOMPAS CETAK)
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Sumber: Kompas, Senin, 26 Agustus 2013 | 16:59 WIB
———————-
Menristek: Sedan Listrik LIPI Mantap!
Sedan listrik Hevina yang dikembangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akhirnya diserahkan kepada Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta, Senin (26/8/2013). Sedan listrik ini direncanakan akan menjadi salah satu kendaraan dinas Menristek.
Hari ini, seusai penyerahan yang berlangsung di Graha Widya Bhakti, Puspiptek Serpong, Menristek langsung mencoba sedan listrik itu. Keluar dari lobi gedung itu, Menristek pertama melirik bus listrik yang juga didesain dan dikembangkan LIPI. Namun, perhatian Menristek dalam sekejap beralih ke sedan listrik Hevina.
“Oh, ini ya sedan saya,” kata Gusti.
Gusti kemudian mendekati sedan listrik itu, lalu masuk dan menghidupkan mesin. Gusti pun mulai mencoba menyetir. Gusti sempat kesulitan untuk menyetir. “Belum terbiasa pakai ini,” katanya kepada para wartawan.
Gusti pun lantas keliling di sekitar Puspiptek sebelum akhirnya kembali di depan lobi Gedung Widya Bhakti. Begitu mobil berhenti, Gusti melempar senyum. Saat ditanya mengenai kesannya pada sedan listrik itu, ia menjawab, “Mantap-mantap.”
Gusti mengatakan, mobil listrik dikembangkan agar Indonesia lebih hijau.
Menurutnya, sebenarnya mobil listrik yang lebih bagus untuk dikembangkan adalah bus listrik. Bus listrik bisa dipakai sebagai angkutan umum. Dalam jumlah banyak, menurutnya, polusi yang ditimbulkan tak sebesar bus saat ini.
Gusti menjelaskan, sedan listrik yang kini menjadi kendaraan dinasnya sebenarnya masih prototipe. Biaya pembuatan prototipe mobil listrik itu sekitar Rp 500 juta. Kalau sudah diproduksi massal, kata Gusti, harganya bisa turun sampai 30 persen.
Gusti mengatakan, saat ini sudah ada pihak yang berminat untuk bekerja sama memproduksi mobil listrik hasil riset LIPI tersebut.
Gusti juga menjelaskan, ia ingin agar produk hasil penelitian atau pengembangan industri strategis dapat diproduksi massal dan dipakai oleh industri terkait di dalam negeri. Ia memberi contoh pesawat N-219 yang kini tengah diupayakan bisa dipakai oleh Lion Air.
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Sumber: Kompas, Senin, 26 Agustus 2013 | 17:16 WIB