Semikonduktor sedang menjadi ”alat” di tengah pertarungan antarnegara.
Dalam drama perang dagang Amerika Serikat-China, misalnya, semikonduktor digunakan Washington untuk menekan Beijing. Lewat keputusan Pemerintah AS beberapa bulan lalu, perusahaan-perusahaan AS tidak diperbolehkan menyuplai produk kepada Huawei, korporasi teknologi milik China.
Saat itu, Huawei ditetapkan masuk dalam daftar khusus entitas yang dinilai bisa menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS. Karena itu, perusahaan AS tak diperbolehkan menyuplai produk berteknologi tinggi, seperti semikonduktor atau cip ke Huawei. Sebelum keputusan dikeluarkan, AS dan China terlibat dalam perang dagang yang ditandai dengan adu tarif. AS menerapkan tarif atas produk impor asal China. Langkah ini kemudian dibalas Beijing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
GETTY IMAGES/KEVIN FRAYER–Para pria bekerja di pusat produksi Huawei, 11 April 2019, di Dongguan, dekat Shenzhen, China
Dalam perdagangan barang dengan China, pihak AS mengalami defisit besar. Menurut Kantor Perwakilan Perdagangan AS, defisit perdagangan barang AS dengan China pada 2018 mencapai 419,2 miliar dollar AS atau Rp 5.896 triliun. Perinciannya, nilai ekspor barang AS ke China pada tahun itu adalah 120,3 miliar dollar AS, sementara impor menyentuh 539,5 miliar dollar AS. China adalah mitra dagang terbesar AS.
Dengan menerapkan tarif impor, Presiden AS Donald Trump ingin membuat China mau membeli lebih banyak barang dari AS. Selain itu, tekanan tarif impor juga diharapkan membuat China mau memperbaiki praktik bisnis mereka yang selama ini dinilai merugikan pihak asing. Perusahaan Barat selama ini merasa akses ke pasar China dihambat dan dikenai paksaan untuk melakukan transfer teknologi kepada korporasi lokal.
Pasca-pertemuan puncak G-20 di Jepang bulan lalu, Trump mengendurkan hambatan suplai ke Huawei. Perusahaan pemasok semikonduktor atau cip AS dipersilakan kembali mengirim barang ke korporasi teknologi asal China tersebut. Sikap yang melunak ini muncul di tengah negosiasi antara AS dan China yang kembali digelar untuk mengakhiri ketidaksepakatan kedua negara.
Huawei—kontraktor utama teknologi 5G di dunia—merupakan wujud dari upaya China untuk menjadi pemain penting di bidang industri teknologi maju. China pun haus akan semikonduktor yang merupakan komponen mahapenting di berbagai produk canggih, mulai dari jam tangan pintar hingga ponsel.
Menurut Semiconductor Industry Association (SIA), pada 2018, perusahaan-perusahaan semikonduktor yang berbasis di AS menguasai 47,5 persen pasar di China yang nilai totalnya mencapai 158,4 miliar dollar AS (Rp 2.228 triliun).
Karena itu, langkah AS menghambat suplai ke Huawei cukup efektif. Selain karena ketergantungan China cukup besar pada pasokan semikonduktor dari asing, langkah itu bisa mengancam rencana China untuk menjadi pemain utama dalam industri teknologi maju global.
Korsel-Jepang
Semikonduktor kembali menjadi alat penting dalam ”pertarungan” antarnegara terlihat pada perkembangan terbaru hubungan Jepang dan Korea Selatan. Pada awal bulan ini, Tokyo menerapkan kebijakan menghambat ekspor bahan penting dalam proses pembuatan cip ke Korsel. Bahan tersebut, photoresist dan high purity hydrogen fluoride, digunakan dalam proses pembuatan alur di potongan-potongan silikon guna menghasilkan semikonduktor atau cip.
Selain dua komoditas tersebut, Jepang menerapkan restriksi ekspor ke Korsel untuk material fluorinated polyimide. Material ini merupakan bahan pembuatan layar atau display ponsel. Dengan kebijakan itu, setiap kali ketiga material hendak dikirim ke Korsel, eksportir harus meminta izin terlebih dahulu kepada Pemerintah Jepang. Proses ini memakan waktu 90 hari.
Perusahaan Korsel, seperti Samsung—produsen cip dan ponsel utama di dunia—serta SK Hynix terdampak dengan kebijakan Jepang tersebut. Perusahaan Korsel cukup bergantung pada material asal Jepang tersebut. Menurut Moody’s Investor Service, yang mengutip data dari Asosiasi Perdagangan Korea, pada periode Januari- Mei, 94 persen impor fluorinated polyimide dan 92 persen impor photoresist Korsel berasal dari Jepang.
Jepang melakukan pembatasan ekspor setelah beberapa waktu lalu pengadilan Korsel memutuskan perusahaan Jepang harus membayar kompensasi kepada warga Korsel yang menjadi tenaga kerja paksa di era Perang Dunia II.
Komputasi
Semikonduktor—sesuai dengan namanya—merupakan material yang memiliki sifat penghantaran listrik di antara isolator (penyekat) dan konduktor (penghantar listrik). Dengan mengubah-ubah tingkat penghantarannya, aliran listrik dapat dikelola sehingga semikonduktor, antara lain, bisa berfungsi sebagai komponen komputasi. Proses komputasi ini terjadi dengan menerapkan prinsip logika Boolean (1 atau 0).
REUTERS/SERGIO PEREZ–Seseorang merekam perangkat Samsung Galaxy Fold baru di gerai Samsung, di Mobile World Congress, di Barcelona, Spanyol, 26 Februari 2019
Sifat-sifat semikonduktor sudah diamati ilmuwan sejak pertengahan abad ke-19. Awal abad ke-20, penerapan semikonduktor mulai dilakukan. Muncullah transistor, integrated circuit (IC) hingga cip yang semakin kecil tetapi memiliki kemampuan setara dengan beberapa juta hingga miliaran transistor.
Di era sekarang kebutuhan cip kian meningkat ketika muncul teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). McKinsey and Company, dalam laporan edisi Januari 2019 berjudul ”Artificial-intelligence hardware: New opportunities for semiconductor companies”, menyebutkan, sebelum era AI, jumlah produk ponsel, laptop, dan PC memang meningkat, tetapi inovasi yang terjadi masih cukup besar bersandar pada terobosan perangkat lunak (software).
Karena itu, perusahaan semikonduktor maksimal berperan 20-30 persen dari serangkaian proses terobosan teknologi. Namun, dalam AI, kontribusi semikonduktor bisa mencapai 40-50 persen. Hal ini terjadi karena AI cenderung memiliki ketergantungan lebih besar pada pengembangan perangkat keras (cip).
Otomotif
Kondisi semakin menguntungkan industri semikonduktor karena kini muncul pula perkembangan teknologi baru di sektor otomotif. Menurut McKinsey and Company dalam laporan edisi Juni 2019 yang berjudul ”How will changes in the automotive-component market affect semiconductor companies?”, industri otomotif akan berubah jauh lebih cepat pada 10 tahun mendatang ketimbang 100 tahun terakhir.
Hal ini terjadi berkat beberapa tren yang saling memperkuat satu sama lain, antara lain: mobil tanpa pengemudi, mobil listrik, dan konektivitas kendaraan. Perkembangan ini merupakan kabar baik bagi perusahaan semikonduktor yang melayani sektor otomotif dan industri yang bersinggungan dengannya. Pasar global untuk perangkat lunak dan komponen terkait mobil listrik diperkirakan tumbuh sekitar 7 persen setiap tahun hingga 2030.
Dengan situasi tersebut, tergambar bagaimana semikonduktor semakin memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Cip atau semikonduktor menjadi komoditas berharga dan strategis.
China memahami hal tersebut dan sadar bahwa untuk menjadi pemain utama di bidang teknologi maju, mereka sangat mengandalkan cip. Sayangnya, porsi cukup besar kebutuhan cip ini masih dipasok pihak asing. Upaya China membangun industri cip yang mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan pengembangan teknologi maju negara itu belum sepenuhnya berhasil.
Posisi cip atau semikonduktor yang sangat penting bagi ekonomi Korsel tampaknya juga menjadi perhatian Jepang. Langkah pembatasan ekspor bahan pendukung penting pembuatan cip ke Korsel pun dipilih Jepang.– A TOMY TRINUGROHO
Sumber: Kompas, 12 Juli 2019