Teori Kedatangan Manusia Pertama di Jawa Berpotensi Berubah

- Editor

Selasa, 9 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tim peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan fosil tulang Homo erectus beserta kapak perimbas yang berumur 1,8 juta tahun di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah. Fosil ini lebih tua dari Homo erectus di Sangiran, Jawa Tengah yang usianya 1,5 juta tahun. Penemuan ini berpotensi mengoreksi teori kedatangan pertama Homo erectus di Jawa berdasarkan teori Out of Africa.

BALAR DIY FOR KOMPAS–Fosil tulang manusia berupa bonggol tulang paha (caput femuralis) yang ditemukan di kawasan Kalibodas, Bumiayu, Brebes, jawa Tengah, Juni 2019. Selain bonggol tulang paha, di daerah ini juga ditemukan fragmen atau pecahan rahang bawah dengan akar giginya, serta pecahan tulang paha bagian tengah yang diperkirakan merupakan tulang Homo erectus yang hidup 1,8 juta tahun lalu.

Beberapa bulan lalu, Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta menerima laporan dari pemilik Museum Bumiayu-Tonjong, H Rafly Rizal dan pelestari fosil, Karsono bahwa mereka menemukan beberapa fosil tulang. Temuan-temuan itu kemudian disampaikan ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran dan kepada arkeolog senior Balar Yogyakarta Prof Harry Widianto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Setelah saya lihat, ternyata fosil-fosil tulang dari Kalibodas, Bumiayu itu adalah fosil tulang manusia, berupa tiga bonggol tulang paha (caput femuralis), fragmen atau pecahan rahang bawah dengan akar giginya, serta pecahan tulang paha bagian tengah. Tingkat fosilisasinya sempurna. Tulang-tulang itu telah menjadi mineral semua, warnanya hitam,” kata Ketua Tim Penelitian Arkeologi “Migrasi Plio-Plestosen Pada Poros Bumiayu-Prupuk-Semedo, Prof Harry Widianto, Jumat (5/7/2019), kepada Kompas di Bali.

BALAR DIY FOR KOMPAS–Tim peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta memeriksa lapisan tanah saat melakukan penelitian di Bumiayu, Brebes, Jateng, Selasa (25/6/2019). Dalam penelitian ini, mereka menemukan fosil tulang Homo erectus beserta kapak perimbas yang berumur 1,8 juta tahun

Untuk memastikan konteks temuan-temuan itu, para peneliti kemudian terjun ke lapangan 17 juni-4 Juli 2019 di kawasan Kalibodas, Bumiayu, dan sekitarnya. Setelah dikorelasikan dengan stratigrafi (susunan lapisan batuan dalam kulit bumi) peneliti mengonfirmasi bahwa tulang-tulang manusia tersebut berasal dari bagian paling bawah lapisan formasi Kaliglagah yang menunjuk pada angka 1,8 juta tahun lalu. Dengan melihat masanya, maka fosil-fosil tersebut merupakan tulang-belulang Homo erectus atau manusia berjalan tegak.

“Selama ini orang mengatakan Homo erectus berasal dari Afrika 1,8 juta tahun lalu yang kemudian menyebar ke Eropa, Asia Tengah, China, dan mengembara sampai Pulau Jawa (Sangiran) sekitar 1,5 juta tahun lalu yang ditemukan pada lapisan formasi Pucangan berupa lempung hitam. Tapi, penemuan ini menunjukkan fakta lain bahwa Homo erectus ternyata sudah ada sejak 1,8 juta tahun lalu,” papar Harry.

Selain fosil tulang manusia, peneliti juga menemukan kapak perimbas (chopper) dari batuan andesit yang berasal dari satu masa dengan Homo erectus Bumiayu. Selama ini, artefak tertua di Indonesia ditemukan di Dayu, Sangiran dengan usia 1,2 juta tahun. Artinya, kapak perimbas yang ditemukan ini lebih tua. Kapak perimbas biasa dipakai untuk penanganan hasil perburuan fase awal, terutama untuk memecah tulang.

BALAR DIY FOR KOMPAS–Kapak perimbas (chopper) dari batuan andesit yang ditemukan di Bumiayu, Brebes, Jateng dalam penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta 17 Juni – 4 Juli 2019 diperkirakan berasal dari masa yang sama dengan Homo erectus Bumiayu yaitu sekitar 1,8 juta tahun. Selama ini, artefak tertua di Indonesia ditemukan di Dayu, Sangiran dengan usia 1,2 juta tahun. Artinya, kapak perimbas yang ditemukan ini lebih tua. Kapak perimbas biasa dipakai untuk penanganan hasil perburuan fase awal, terutama untuk memecah tulang.

Muncul lebih dahulu
Kawasan Bumiayu pernah diteliti sekitar tahun 1920-1930 namun kemudian berhenti. Pada waktu itu ditemukan beberapa spesies fauna yang usianya sekitar 1,67 juta- 2 juta tahun, lebih tua dibanding fauna-fauna di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur lainnya. Hewan-hewan yang hidup pada masa itu, seperti Sinomastodon (gajah purba), Hexaprotodon (kuda air), Geochelon (kura-kura raksasa), Bubalus paleo karabau (kerbau), dan Bos bubalus (banteng).

Jika dilihat dari konteks masa lalu, sekitar 2 juta tahun lalu, sebagian besar wilayah Jawa Tengah dan seluruh Jawa Timur masih berada di bawah permukaan laut. Adapun, daerah Bumiayu sudah terangkat sebagian daratannya.

Jalur Bumiayu-Prupuk (Brebes)-Semedo (Tegal) 2 juta tahun lalu merupakan pantai di perbatasan Jateng-Jabar. Di situlah banyak ditemukan fauna-fauna tertua. Sementara itu, Pulau Jawa secara keseluruhan baru terangkat total sejak 1,65 juta tahun yang lalu.

BALAR DIY FOR KOMPAS–Fosil tulang kerbau (Bubalus paleo karabau) purba juga ditemukan di kawasan Bumiayu, Brebes, Jateng

Mengoreksi teori
Menurut Harry, penemuan ini berpotensi mengoreksi teori pendaratan pertama Homo erectus di Jawa berdasarkan teori Out of Africa. Sebelumnya diyakini bahwa usia Homo erectus di Sangiran adalah yang paling tua sekitar 1,5 juta tahun. Namun, ternyata usia manusia berjalan tegak di Bumiayu jauh lebih tua, yaitu 1,8 juta tahun.

“Situasi ini membuktikan bahwa Sangiran bukan merupakan pendaratan pertama ketika Homo erectus datang untuk pertama kalinya di Pulau Jawa,” kata dia.

Lebih jauh lagi, penemuan fosil dan artefak Homo erectus Bumiayu juga menginisiasi pemahaman baru tentang kedatangan manusia di Pulau Jawa sesuai dengan teori Multi-Regional yang menyebut bahwa Homo erectus sama-sama muncul di berbagai tempat dan mengalami evolusi lokal. Selain di Indonesia (Bumiayu), di berbagai negara lain seperti Afrika, Eropa, Asia Tengah, dan China juga ditemukan fosil Homo erectus berusia 1,8 juta tahun.

Untuk sementara ini, perkiraan usia fosil Homo erectus Bumiayu masih menggunakan sistem pertanggalan relatif. Meski demikian, beberapa sampel akan menjalani tes pertanggalan argon-argon 40 dan 39 di Perancis serta vission track di China yang hasilnya akan keluar sekitar enam bulan mendatang.

ARSIP KEMDIKBUD.GO.ID–Harry Widianto

Menyeberang ke timur
Ulasan tentang kedatangan Homo erectus di Nusantara semakin menarik dengan penemuan fosil manusia berusia 700.000 tahun di Cekungan Soa, Mata Menge, Flores, Nusa Tenggara Timur oleh Tim Gabungan Pusat Survei Geologi Badan Geologi bersama Universitas Wollongong, Australia pada 2016. Thomas Sutikna, arkeolog Universitas Wollongong, Australia mengatakan, penemuan fosil tersebut menunjukkan bagaimana manusia purba berhasil menyeberangi lautan hingga kepulauan Indonesia timur.

Kedatangan Homo erectus di Pulau Jawa terjadi ketika air laut menyusut menjadi daratan selama zaman es dengan terbentuknya jembatan darat selama glasiasi. Pertanyaan yang belum bisa dijawab secara pasti adalah, bagaimana cara manusia purba itu menyeberang ke Flores, mengingat di bagian barat pulau tersebut terdapat palung dalam yang tidak mampu dikeringkan oleh zaman es? Palung ini, ditandai sebagai Garis Wallace, mencapai kedalaman 8.000 meter, sementara zaman es hanya mampu mengeringkan laut hingga 120 meter.

Dugaan bahwa NTT pernah menjadi tempat hunian manusia purba mencuat sejak 2007 ketika almarhum Prof Mike Morwood, arkeolog Universitas Wollongong, menemukan artefak batu berumur 800.000 tahun hingga 1 juta tahun. Kemudian, temuan fosil manusia purba berumur 700.000 tahun di cekungan Soa menyempurnakan dugaan itu.

Oleh ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 6 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB