Lembaga pemeringkat universitas Quacquarelli Symonds merilis daftar universitas top dunia atau QS World University Ranking tahun 2020, Rabu (19/6/2019). Dalam daftar terbaru itu, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, berhasil masuk peringkat ke-320 atau naik 71 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.
”Alhamdulillah, UGM naik 71 peringkat dalam QS World University Ranking,” kata Rektor UGM Panut Mulyono dalam konferensi pers, Rabu sore, di kampus UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dengan meraih peringkat ke-320, UGM berhasil menduduki peringkat kedua perguruan tinggi di Indonesia dalam daftar QS World University Ranking 2020. Peringkat pertama diduduki Universitas Indonesia (UI) yang berada di peringkat ke-296 QS World University Ranking 2020, sedangkan peringkat ke-3 diduduki ITB di peringkat ke-331. Pada tahun sebelumnya, UI berada di peringkat pertama, ITB di peringkat ke-2, sementara UGM di peringkat ke-3.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain UI, UGM, dan ITB, ada enam perguruan tinggi lain di Indonesia yang masuk dalam daftar 1.000 universitas terbaik di QS World University Ranking 2020. Keenamnya adalah Institut Pertanian Bogor (peringkat ke-601-650), Universitas Airlangga (651-700), Universitas Padjajaran (751-800), serta Universitas Bina Nusantara, Universitas Diponegoro, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang sama-sama menduduki peringkat ke-801-1.000.
ARSIP QS WORLD UNIVERSITY RANKING–Informasi peringkat Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam QS World University Ranking 2020. Gambar diambil dari situs resmi QS World University Ranking, yakni https://www.topuniversities.com
Panut menjelaskan, kenaikan peringkat UGM itu hasil dari perbaikan berbagai aspek yang dilakukan terus-menerus di universitas tersebut. Perbaikan itu kemudian menghasilkan peningkatan kualitas dan membuat UGM memberi kontribusi lebih besar kepada masyarakat Indonesia dan dunia.
”Yang dilakukan UGM adalah perbaikan semua sistem sehingga kualitas UGM secara keseluruhan itu meningkat dan kontribusi UGM kepada bangsa, negara, dan komunitas dunia juga meningkat,” ujar Panut.
Ia menyatakan, pemeringkatan atau penilaian oleh lembaga pemeringkat internasional sebenarnya bukan tujuan utama UGM. Dia menyebut, peringkat di level internasional merupakan hasil dari proses perbaikan yang telah dilakukan. ”Peringkat itu adalah hasil atau hadiah dari sebuah proses perbaikan,” ungkapnya.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS–Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono (paling kiri) menjelaskan tentang kenaikan peringkat UGM dalam daftar peringkat universitas dunia atau QS World University Ranking 2020, Rabu (19/6/2019) sore, di Kampus UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Namun, Panut mengingatkan, pemeringkatan oleh lembaga internasional, seperti Quacquarelli Symonds, juga penting untuk memudahkan UGM menjalin kerja sama dengan lembaga lain di level internasional. ”Orang lain mengartikan bahwa peringkat itu setara dengan kualitas. Jadi peringkat itu betul-betul bermanfaat ketika kita mau bekerja sama dan berkolaborasi dengan mitra-mitra,” katanya.
Panut menambahkan, pemerintah juga terus mendorong perguruan-perguruan tinggi di Indonesia untuk meningkatkan peringkat di level internasional. ”Pemerintah mendorong sekali agar peringkat perguruan tinggi Indonesia itu naik karena ini merupakan ’gengsi’ negara,” katanya.
Kepala Kantor Jaminan Mutu UGM Indra Wijaya mengatakan, QS World University merupakan salah satu peringkat universitas dunia yang paling banyak menjadi acuan secara internasional. Pemeringkatan itu menggunakan enam indikator untuk membuat peringkat universitas terbaik di dunia.
Enam indikator itu adalah reputasi akademik, penilaian dari perusahaan yang mempekerjakan lulusan perguruan tinggi, rasio dosen dan mahasiswa, penelitian yang dilakukan dosen, jumlah dosen internasional, serta jumlah mahasiswa internasional.
”Kalau dari indikator reputasi akademik, UGM menempati peringkat pertama di Indonesia atau paling tinggi di antara perguruan tinggi lain Indonesia yang masuk dalam QS World University,” ujar Indra.–HARIS FIRDAUS
Editor GREGORIUS FINESSO
Sumber: Kompas, 19 Juni 2019