Wahana Penabrak Asteroid Pengancam Bumi Siap Diuji

- Editor

Sabtu, 18 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat atau NASA siap meluncurkan wahana Uji Pengalihan Arah Asteroid Ganda (DART) pada Juni 2021. Wahana itu akan ditubrukkan ke asteroid kecil yang ada di sistem asteroid ganda Didymos yang berpotensi menabrak Bumi pada Oktober 2022.

Misi Uji Pengalihan Arah Asteroid Ganda atau Double Asteroid Redirection Test (DART) adalah misi pertama NASA untuk menguji teknologi yang secara teoretis dinilai mampu menyelamatkan Bumi dari hantaman asteroid.

DART.JHUAPL.EDU–Ilustrasi saat wahana Uji Pengalihan Arah Asteroid Ganda (DART) akan menumbuk asteroid kecil di sistem asteroid ganda Didymos.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Misi pertahanan Bumi dari ancaman asteroid yang sedang dibangun ini sedikit berbeda dari misi yang selama ini dijalankan NASA, yaitu untuk pengembangan ilmu keantariksaan dan pengiriman misi ke luar angkasa.

“Saya pikir, masyarakat sangat tertarik dengan misi ini karena mereka tidak ingin bernasib sama seperti dinosaurus,” kata Elena Adams dari Laboratorium Fisika Terapan, Universitas Johns Hopkins kepada space.com, Selasa (14/5/2019).

Sebagai bagian dari sistem pertahanan Bumi, DART menjadi proyek penting untuk menghindarkan Bumi dari dampak buruk akibat ditabrak asteroid. Sejak Bumi terbentuk 4,6 miliar tahun lalu hingga kehancurannya, Bumi tidak akan pernah bebas dari ancaman tubrukan asteroid maupun komet.

DART.JHUAPL.EDU–Wahana antariksa Uji Pengalihan Arah Asteroid Ganda (Double Asteroid Redirection Test/DART)

Awal evolusi
Di masa awal evolusi Bumi, tabrakan asteoroid dan komet telah membawa air hingga senyawa yang memicu berkembangnya kehidupan di Bumi. Namun tubrukan asteroid tak selamanya menguntungkan. Hantaman asteroid ke Bumi yang paling fenomenal adalah yang memusnahkan dinosaurus pada 65 juta tahun lalu.

Di era modern, asteroid terbesar yang tercatat menghantam Bumi adalah asteroid dengan lebar 40 meter yang menghanguskan lebih dari 2.000 kilometer persegi hutan di Tunguska, Siberia, Rusia pada 30 Juni 1908.

Sedangkan kasus terakhir hantaman asteroid besar ke Bumi yang cukup besar dan menjadi perhatian adalah asteroid selebar 20 meter yang meledak pada ketinggian 30 kilometer dari Bumi pada 14 Februari 2013. Ledakan asteroid di atas Chelyabinsk, kota di kawasan Pegunungan Ural, Rusia itu merusak 4.000 bangunan dan melukai 1.500 orang di sana.

Jumlah batuan asteroid berbagai ukuran yang ada di dekat Bumi dan berpeluang masuk ke atmosfer Bumi diperkirakan mencapai jutaan. Asteroid-asteroid itu bergerak mengelilingi Matahari. Namun dalam perjalanannya, asteroid itu seringkali berpapasan atau terpisah pada jarak yang sangat dekat dengan Bumi hingga menimbulkan ancaman petaka.

“Potensi ancaman itu bisa dari asteroid mana saja. Namun yang berpotensi besar membahayakan Bumi adalah yang ada di dekat Bumi,” kata peneliti asteroid dari Kelompok Keilmuan Astronomi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Budi Dermawan, seperti dikutip Kompas, 6 Juli 2018.

Saat ini, lebih 90 persen asteroid berukuran besar dengan diamater lebih dari 1 kilometer sudah diketahui karakter orbitnya. Dari perhitungan itu, potensi mereka menabrak Bumi belum ditemukan. Namun, pemantauan terus dilakukan mengingat asteroid sangat mudah mengalami gangguan orbit hingga lintasannya berubah hingga mengancam Bumi.

Namun, asteroid dengan diamater beberapa meter hingga puluhan meter lebih sulit dipantau. Karena itu, pemantauan terhadap asteroid-asteroid itu harus dilakukan terus menerus oleh berbagai lembaga riset astronomi maupun astronom amatir.

Meski demikian, tidak semua asteroid yang masuk dan terjebak ke atmosfer Bumi akan membahayakan manusia. Asteroid dengan lebar kurang 10 meter diprediksi akan habis terbakar di atmosfer Bumi. Namun, asteroid dengan lebar 20-50 meter berpeluang tidak habis terbakar di atmosfer dan menghantam Bumi.

DART.JHUAPL.EDU–Ilustrasi asteroid ganda Didymos. Pada sisi muka, adalah asteroid yang lebih kecil (moonlet) yang bergerak mengitari asteroid lebih besar (sisi belakang).

Ganda
Asteroid yang akan dijadikan target untuk ditabrak oleh DART adalah (65803) Didymos. Asteroid yang ditemukan oleh Joe Montani pada 11 April 1996 itu adalah asteroid ganda dengan satu asteroid mengelilingi asteroid lainnya yang lebih besar. Asteroid utamanya memiliki diameter 780 meter, sedangkan asteroid yang lebih kecil (moonlet) memiliki garis tengah sebesar 160 meter.

Asteroid ganda ini mengelilingi Matahari pada jarak antara 1,0-2,3 kali jarak rata-rata Matahari Bumi sebesar 150 juta kilometer. Untuk satu kali mengitari Matahari, asteroid ini memerlukan waktu 2,1 tahun. Asteroid utama butuh waktu 2,26 jam untuk berputar pada porosnya.

Sementara itu, asteroid kecil (moonlet) berjarak 1,18 kilometer dari asteroid yang lebih besar. Asteroid kecil ini butuh waktu 11,92 jam untuk mengorbit asteroid yang lebih besar satu putaran penuh.

Dilihar dari ukuran dan jaraknya, asteroid ganda Didymos itu sama-sama mengancam Bumi. Karena itu, pemantauan terhadapnya dilakukan secara intensif menggunakan sejumlah teleskop landas Bumi untuk mengukur dan mengetahui lebih pasti karakternya. Sifat asteroid itu penting diketahui sebelum wahana DART akan menumbuknya.

Wahana DART yang dirancang NASA bersama sejumlah sejumlah laboratorium fisika terapan itu dilengkapi dengan kamera bernama DRACO (Didymos Reconnaissance and Asteroid Camera for OpNav) sebagai instrumen utama.

Bagian lain dari wahana DART adalah antena RLSA (Radial Line Slot Array), sistem propulsi listrik tenaga surya NASA Evolutionary Xenon Thruster- Commercial (NEXT-C) dan dua panel surya Roll Out Solar Arrays (ROSA) yang masing-masing memiliki dimensi 8,6 meter kali 2,3 meter.

DART.JHUAPL.EDU–Konsep misi Uji Pengalihan Arah Asteroid Ganda (DART) milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA)

Berbeda dengan wahana NASA lainnya, instrumen utama dalam wahana DART ini hanyalah kamera DRACO. Kamera canggih itu akan menangkap citra asteroid sesaat sebelum tumbukan terjadi. “Kamera ini akan menangkap citra yang menakjubkan sepanjang perjalanannya,” tambah Adam.

Wahana DART akan ditabrakkan ke bagian asteroid Didymos yang kecil dengan kecepatan 6,6 kilometer per detik. Tabrakan itu akan mengubah kecepatan asteroid kecil di orbitnya saat mengelilingi asteroid yang berukuran lebih besar. Perubahan orbit asteroid kecil Didymos itulah yang diharapkan akan mengubah karakter orbit sistem asteroid ganda itu sehingga aman dari risiko menubruk Bumi.

Sesuai rencana, kemungkinan besar wahana DART itu akan diluncurkan pada akhir Juli 2021 menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX dari Pangkalan Udara Vandenberg, California, AS. Setelah lepas dari roket peluncurnya, wahana DART akan mengarungi antariksa sekitar setahun hingga akhirnya dia akan mencegat asteroid kecil Didymos pada akhir September 2022.

Pada saat tabrakan antara wahana DART dan asteroid itu terjadi, mereka sedang berada pada jarak 11 juta kilometer dari Bumi atau 28 kali jarak Bumi-Bulan. Pada jarak sebesar itu, peneliti di Bumi masih bisa mengukur momentum yang diberikan wahana kepada asteroid kecil serta mengukur perubahan orbit yang terjadi dengan menggunakan teleskop landas Bumi dan radar planet.–M ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 18 Mei 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB