Cara Baru Terbentuknya Gunung Api

- Editor

Jumat, 17 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Selama ini diyakini gunung api terbentuk akibat tumbukan lempeng tektonik di atas mantel Bumi. Tumbukan itu melelehkan batuan di bawah kerak Bumi yang kemudian keluar melalui retakan lempeng. Kajian terbaru menemukan, gunung api juga bisa terbentuk dari sumber lebih dalam, yaitu dari zona transisi mantel sekitar 400 hingga 650 kilometer di bawah kerak planet kita.

”Kami menemukan cara lain terbentuknya gunung api. Untuk pertama kali ada indikasi yang kuat bahwa gunung api juga bisa terbentuk dari zona transisi jauh di dalam mantel Bumi,” kata Esteban Gazel, profesor dari Department of Earth and Atmospheric Sciences, Cornell University, seperti dirilis di laman kampus ini pada 15 Mei 2019. Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal Nature pada hari sama.

Beberapa pendaki mencoba mendaki hingga puncak Gunung Merapi, dengan latar belakang Gunung Merbabu, Minggu (8/6). Setelah sempat dinaikkan statusnya karena beberapa erupsi kecil, status saah satu gunung teraktif di dunia ini saat ini telah Normal. Namun, pendakian hingga ke puncak Merapi masih berbahaya karena material lepas yang kerap berguguran dan letusan kecil yang bisa kembali terjadi.
Kompas/Ahmad Arif (AIK)–08-06-2014

KOMPAS/AHMAD ARIF–Beberapa pendaki mencoba mendaki hingga puncak Gunung Merapi, dengan latar belakang Gunung Merbabu. Penelitian terbaru di Bermuda menemukan gunung api bisa terbentuk dari sumber yang jauh lebih dalam dari pengetahuan umum sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Gazel, sekitar 30 juta tahun yang lalu terjadi gangguan di zona transisi Bumi yang menyebabkan naiknya material magma ke permukaan. Peristiwa itu kemudian membentuk gunung api yang sekarang tidak aktif di bawah Samudra Atlantik dan membentuk formasi Bermuda.

WENDY KENIGSBERG/CLIVE HOWARD-CORNELL UNIVERSITY, DIMODIFIKASI DARI MAZZA ET AL. (2019)–Bermuda memiliki masa lalu vulkanik yang unik. Sekitar 30 juta tahun yang lalu, gangguan di zona transisi mantel memasok magma untuk membentuk fondasi vulkanik yang sekarang tidak aktif di mana pulau itu duduk.

Kesimpulan itu didapat dengan menganalisis sampel yang diperoleh dengan mengebor sampel inti lava Bermuda hingga kedalaman 792 meter (m) pada tahun 1972. Meski sampel lava itu telah diperoleh selama lebih dari 50 tahun, hal ini belum pernah diamati sebelumnya.

”Kami awalnya curiga bahwa masa lalu gunung api Bermuda istimewa ketika memperhatikan beragam tekstur dan mineralogi yang tersimpan dalam aliran lavanya,” kata Sarah Meza dari University of Münster, Jerman, anggota tim.

Dari sampel inti ini, tim mendeteksi jejak geokimia batuan yang berasal dari zona transisi. Salah satu cirinya, kandungan air lebih besar yang terbungkus dalam kristal dibandingkan dengan yang ditemukan di zona subduksi.

Para ahli geologi itu lalu mengembangkan model numerik untuk menemukan gangguan di zona transisi yang menyebabkan material dari lapisan mantel yang dalam ini mencair sehingga mencapai ke permukaan.

”Jika kita mulai melihat dengan lebih mendalam, saya yakin kita akan menemukan jejak geokimia seperti ini di lebih banyak tempat,” kata anggota tim lainnya, Michael Bizimis dari University of South Carolina.

Menurut Gazel, riset itu memberikan perspektif baru tentang kaitan antara lapisan zona transisi dan gunung api. ”Dengan penelitian ini, kami dapat menunjukkan zona transisi Bumi merupakan reservoir kimia yang ekstrem. Kami sekarang baru mulai menyadari pentingnya hal ini dalam hal geodinamika global dan bahkan vulkanisme,” katanya.

Ke depan, kajian itu diharapkan memicu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan implikasi gunung berapi yang terbentuk dari zona intraplate dan yang terbentuk dari zona transisi mantel.–AHMAD ARIF

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 17 Mei 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB