Hasil Ujian Nasional Berbasis Komputer untuk SMA dan SMK tahun 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun 2018. Di sisi lain, sekolah-sekolah yang baru beralih dari Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil menjadi UNBK tetap mengalami pengoreksian nilai dengan rata-rata 25 poin.
Untuk SMK ada peningkatan poin setiap mata pelajaran yang diujikan dengan rata-rata 1,5 poin. Demikian pula dengan UNBK di SMA terjadi peningkatan, kecuali pada pelajaran Kimia yang menurun 0,22 poin.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno (tengah, memegang mikrofon) beserta pejabat eselon I dan II dari kemdikbud dan Kementerian Agama mengumumkan hasil Ujian Nasional Berbasis Komputer untuk tingkat SMA sederajat di Jakarta, Selasa (7/5/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Penyebab penurunan poin belum bisa diumumkan karena masih ditelaah,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno saat mengumumkan hasil UNBK 2019 untuk SMA, SMK, madrasah aliyah (MA), dan Paket C, Selasa (7/5/2019), di Jakarta.
Jika hasil UNBK SMA/SMK meningkat, hasil UNBK untuk MA dan Paket C mengalami penurunan. Untuk MA penurunan terjadi di mata pelajaran Bahasa Indonesia, Sosiologi, Geografi, Antropologi, dan Sastra. Adapun pada Paket C, penurunan terjadi di semua mata pelajaran. Menurut Totok, peserta UNBK Paket C belum diberikan angket pertanyaan seperti di SMA untuk mengetahui pola dan mutu pembelajaran yang mereka alami sehingga masih sukar menganalisa penyebab penurunan nilai tersebut.
Ia menjelaskan, soal-soal yang berbasis penalaran tingkat tinggi (high order thinking skills/HOTS) memang salah satu faktor yang memengaruhi kenaikan dan penurunan nilai peserta UNBK. Misalnya, soal mengenai Zaky yang mencari probabilitas kombinasi kata kunci yang terdiri dari namanya dan angka untuk alamat surelnya hanya dijawab benar oleh 6,16 persen peserta ujian. Demikian pula pertanyaan yang sama dengan variabel nama Safira dikombinasikan dengan angka hanya bisa dijawab benar oleh 8,55 persen peserta.
“Akan tetapi, nilai UNBK SMA di mata pelajaran Matematika secara umum naik 2,04 poin. Artinya, soal-soal HOTS sudah mulai dipelajari di sekolah-sekolah,” ujar Totok.
Dari segi pengoreksian nilai, di tahun ini juga terjadi untuk sekolah-sekolah yang baru mengikuti UNBK setelah pada tahun lalu menggunakan UN berbasis kertas dan pensil. Rata-rata di sekolah yang baru bergabung dengan UNBK ini terjadi pengoreksian nilai sebesar 25 poin. Artinya, jika pada tahun 2018 sekolah tersebut mendapat nilai UN sebesar 80, setelah tahun ini mengikuti UNBK nilainya menjadi 55. Hal ini karena UNBK mengeliminir kecurangan, kebocoran nilai, dan manipulasi jawaban.
Angket
Dalam UNBK tahun ini, para peserta juga diberikan angket untuk mengukur korelasi tingkat kesejahteraan dengan nilai ujian. Dari unsur yang paling sederhana, tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi siswa yang baik berpengaruh dengan hasil nilai UNBK. Lebih mendalam, angket menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kecakapan menggunakan piranti digital serta memahami akurasi pemberitaan juga memiliki nilai UNBk yang di atas rata-rata, yaitu 55.
Lama waktu mengerjakan soal juga berpengaruh kepada nilai. Siswa diberi waktu 120 menit di setiap mata pelajaran UNBK, tetapi ada siswa yang sudah selesai mengerjakan soal dalam 60 menit dan kemudian meninggalkan ruangan. “Siswa yang tidak memanfaatkan waktu dengan baik ini ternyata nilai UNBK-nya di bawah rata-rata,” kata Totok.
Hal penting yang ditunjukkan oleh angket ialah pengaruh umpan balik dari guru terhadap nilai UNBK siswa. Sebanyak 21,25 persen siswa yang menjadi responden angket menjawab bahwa guru-guru memberi umpan balik yang sangat membantu mereka membenahi cara belajar sehingga hasil UNBK relatif baik. Adapun untuk 46,72 persen siswa yang menganggap guru tidak pernah memberi umpan balik nilai UNBK mereka di bawah rata-rata.
Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan Bambang Suryadi mengatakan, melalui UNBK dan angket sangat membantu pemerintah mendapatkan data pola dan mutu pembelajaran di lapangan, intervensi yang dilakukan juga bisa lebih terperinci pada sekolah-sekolah tertentu sesuai spesifikasi permasalahannya.
“Masalah logistik dan kecurangan bisa diatasi dengan UNBK. Fokus tenaga sekarang bisa kepada peningkatan mutu pendidikan,” ucapnya.–LARASWATI ARIADNE ANWAR
Editor YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 8 Mei 2019