Ilmu genetika dibutuhkan dalam tata laksana dan pencegahan penyakit. Di masa mendatang, pengobatan penyakit pasien perlu memperhatikan profil genetik yang dimilikinya agar diagnosis menjadi presisi.
Pernyataan itu disampaikan Asmarinah dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Universitas Indonesia Bidang Ilmu Biologi Kedokteran, di Jakarta, Sabtu (20/4/2019). ”Pemahaman terkait ilmu genetika dapat berguna untuk mencegah terjangkitnya sebuah penyakit pada tubuh seseorang,” ujarnya.
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Suasana pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sabtu (20/4/2019), di Jakarta. Dalam pengukuhan ini, dijelaskan pentingnya ilmu genetika untuk mencegah suatu penyakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Genetika adalah ilmu yang mempelajari penurunan sifat atau karakter suatu makhluk hidup berdasarkan materi hereditas yang dimilikinya. Materi hereditas yang dimaksud adalah gen, yakni molekul asam nukleat dalam bentuk asam deoksiribosa nukleat (DNA) yang menjadi bahan cetakan untuk pembentukan protein.
Memudahkan
Genetika menjadi salah satu ilmu dasar yang menunjang pengetahuan tentang patogenesis penyakit. Dengan mempelajari ilmu genetika, hal itu akan memudahkan untuk mengetahui penyakit yang ada pada tubuh seseorang. Alhasil, seorang dokter dapat mengobati pasien secara presisi dan dapat mengurangi biaya pengobatan.
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Guru Besar Universitas Indonesia Bidang Ilmu Biologi Kedokteran Asmarinah
Selain ilmu genetik, ilmu epigenetik juga berperan terhadap timbulnya penyakit. Epigenetik adalah ilmu yang mempelajari perubahan karakter individu yang disebabkan bukan karena adanya mutasi pada gen. Namun, adanya modifikasi dari molekul asam nukleat, protein histon yang mengemas DNA yang dapat memengaruhi jumlah protein yang dihasilkan.
Modifikasi tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti terpaparnya individu dengan bahan kimia. Selain itu, juga karena adanya sumber makanan tertentu yang dapat memodifikasi molekul tersebut.
Asmarinah mencontohkan, seseorang yang memiliki ibu terkena penyakit kanker payudara cenderung mengalami ketakutan dapat mengalami hal yang sama. Dengan memeriksa gen dari orang tersebut, upaya pencegahan dapat dilakukan, salah satunya mengatur pola hidupnya. Ilmu genetika sangat dibutuhkan dalam upaya untuk mencegah penyakit yang disebabkan faktor keturunan seperti kanker dan diabetes.
Menurut Asmarinah, pola pengobatan presisi belum diterapkan. Ia berharap, pengobatan tidak disamaratakan. Indonesia dapat mencontoh Singapura yang mulai menerapkan pengobatan secara presisi. ”Semua warga Singapura punya data gen sehingga mudah untuk memetakannya,” ujarnya.
Pengobatan secara spesifik seperti ini akan menghemat biaya dan tepat sasaran dibandingkan dengan cara menyamaratakan. Meskipun demikian, biaya pemeriksaan genetik masih relatif mahal karena bahan yang digunakan juga mahal.
Pasien perlu mengeluarkan biaya Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta untuk pemeriksaan gen. Dalam lima hari, ia dapat mengetahui hasil gen yang dimilikinya.
Asmarinah berharap, pemerintah mulai membuat regulasi terkait dengan pemeriksaan terhadap penyakit dengan menerapkan ilmu genetika.
Cara itu dapat mengurangi beban biaya kesehatan yang selama ini terus membebani pemerintah. Ilmu genetika juga dapat digunakan untuk mengurangi faktor risiko terhadap suatu penyakit keturunan.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam mengatakan, kedokteran presisi dengan mempertimbangkan faktor genetika dapat mendeteksi penyakit seseorang. ”Melalui cara ini, dapat diketahui gen jahat apa yang ada di tubuh seseorang,” katanya.
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam
Ilmu genetika dapat digunakan untuk mengetahui faktor risiko dari sebuah penyakit. Alhasil, cara ini dapat mencegah seseorang terjangkit suatu penyakit karena orang tersebut dapat menghindari pola hidup yang berpotensi menyebabkan ia sakit.
Selain Asmarinah, UI juga melantik Ismail Hadisoebroto Dilogo sebagai Guru Besar UI Bidang Ilmu Ortopedi. Adapun upacara pengukuhan dipimpin oleh Rektor UI Muhammad Anis.–PRAYOGI DWI SULISTYO
Editor ANDY RIZA HIDAYAT
Sumber: Kompas, 20 April 2019