Nur Fitriana, Guru Tangguh Menembus Prestasi Internasional

- Editor

Senin, 8 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nur Fitriana menembus keterbatasan guru yang mengajar di sekolah dengan minim fasilitas. Ia ikuti berbagai pelatihan di dalam dan luar negeri untuk mempelajari cara mengajar yang kreatif. Itu semua ia lakukan bukan sekadar untuk meningkatkan karier, tapi untuk memastikan anak-anak didiknya mendapat pendidikan yang bermutu.

Nama Nur Fitriana yang akrab disapa Bu Fitri mencuat karena terpilih menjadi salah satu dari 10 guru Indonesia yang mengikuti program Honeywell Educator’s Space Academy (HESA) di US Space & Rocket Center di Huntsville, Amerika Serikat, pada Juni 2018. Ia menjadi salah satu dari ribuan guru dari berbagai negara yang mendapat mencicipi sedikit pengalaman jadi astronot. Mereka mempelajari pendidikan sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) di sana. Fitri datang ke AS dengan dukungan dari Honeywell Indonesia.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Guru SDN Deresan Nur Fitriana

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelum ikut HESA, Fitri pernah terpilih mengikuti pelatihan guru yang diseleksi ketat di Malaysia, Jepang, dan Australia. Ia juga banyak mengikuti pelatihan guru dalam forum internasional yang digelar di dalam negeri. “Saya suka mengikuti seminar, konferensi, atau pelatihan untuk guru. Ketika pelatihan, banyak praktik yang membantu guru untuk bisa mengajar secara menarik,” katanya.

Ia semakin tertantang untuk mengikuti kompetisi internasional. Karena itu, ia rela meninggalkan SD model di Sleman yang ketika itu berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan pindah ke SDN Deresan pada 2015. RSBI yang ia tinggalkan memiliki fasilitas memadai. Ruangan kelasnya dilengkapi penyejuk udara. Guru-gurunya mendapat pelatihan secara teratur.

Suasana di SDN Deresan ketika ia pindah, jauh berbeda. Fasilitasnya minim dan bangunannya kurang terawat. Murid-murid yang belajar di sana, umumnya berasal dari keluarga sederhana. Ada yang orangtuanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pedagang kecil, sopir, dan tukang kebun. Perhatian orangtua pada sekolah dan anak juga minim.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Nur Fitriana, guru asal Indonesia (ketiga dari kiri) berhasil lulus dalam pelatihan guru STEM dalam program Honeywell Educators at Space Academy (HESA) di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat, Senin (25/6/2018) malam. Tahun ini 10 guru dari Indonesia mendapatkan beasiswa dari lembaga tersebut.

Fitri sengaja memilih mengajar di SD negeri biasa karena ia ingin membagi cara pembelajaran yang menyenangkan untuk para murid. Biasanya, cara mengajar kreatif seperti itu lebih banyak dinikmati para murid di sekolah-sekolah elite. Ketika ia mulai mengajar di SDN Deresan, ia langsung beraksi. Ia menyulap ruang Kelas V yang kusam dan gelap dengan berbagai hiasan. Dinding kelas ditempeli dengan catatan yang berisi cita-cita tiap anak dan karya siswa yang tiap minggu diganti. Di ruang kelas juga dihadirkan pojok baca untuk menarik minat.

Kadang ia mengajak murid-muridnya untuk belajar di bawah pohon beringin yang sejuk dan membawa mereka berkunjung ke beberapa lembaga. Ia mengajak mereka belajar lewat praktik dengan modal sampah atau barang-barang bekas. Ia juga membuat WA grup yang melibatkan orangtua. Lewat grup itu, ia menjelaskan kegiatan belajar para murid kepada orangtua mereka.

Perubahan dalam cara mengajar itu membuat murid senang. Para orangtua murid juga mulai terlibat dalam proses pem belajaran. Yang lebih menyenangkan, guru-guru lainnya tertarik dengan sistem pengajaran yang baru dan minta diajari. Fitri dengan semangat membagi pengetahuan tersebut kepada guru-guru yang lebih senior.

Di sela-sela aktivitasnya mengajar, Fitri tetap rajin mengikuti berbagai pelatihan dan kompetisi internasional. Topik yang menarik perhatiannya terutama tentang penggunaan energi yang terbarukan, penghematan energi, perubahan iklim, hingga pendidikan STEM. Sepulang dari pelatihan, konferensi, atau kompetisi internasional, Fitri akan membagi pengalamannya kepada murid-muridnya.

Fitri seringkali merogoh kocek sendiri untuk melakukan riset dan bahan praktik untuk keperluan mengikuti kompetisi. Ketika dia lolos seleksi untuk ikut konferensi atau pelatihan di beberapa negara ia terkadang mesti menanggung sendiri biaya transportasi.

“Saya menabung gaji, supaya bisa meningkatkan kemampuan diri. Beruntung suami mendukung. Ini semua saya lakukan untuk menunjukkan guru harus berprestasi demi melayani siswa. Tapi majunya tidak untuk diri sendiri, sehingga harus berbagi kepada guru dan sekolah,” ujar Fitri.

Semua kerja kerasnya terbayar dengan beberapa penghargaan dan kesempatan mengikuti berbagai acara bergengsi. Pada 2016, misalnya, ia terpilih untuk ikut Youth Forum yang dihadiri 200 pemuda dari berbagai negara. Youth Forum adalah bagian acara World Culture Forum UNESCO di Bali.

Terangkat
Berkat cara berbagai inovasi kreatif dalam cara mengajarnya, Fitri mendapat berbagai penghargaan nasional maupun internasional. Penghargaan itu sekaligus mengangkat pamor SDN Deresan. Sekolah yang awalnya biasa-biasa saja itu, mulai dilirik.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Guru Indonesia mengikuti program Honeywell Educators Space Academy (HESA) 2018 di US Space nd Rocket Center di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat. Para guru merasakan simulasi astronot dan ruang angkasa untuk menginspirasi siswa tertarik bidng sains, teknologi, engeneering/teknik, dan matematika atau STEM. Terlihat Nur Fitriana di barisan depan paling kanan.

Tahun lalu, misalnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berkunjung ke sekolah itu. Dalam sebuah acara, Muhajir menyebut SDN Deresan sebagai contoh sekolah negeri biasa yang minim fasilitas, tapi memiliki guru-guru yang kreatif dab inovatif.

Sekolah itu juga dikunjungi UNESCO Indonesia dan instansi lainnya. Publik juga bisa belajar dari SDN Deresan karena Fitri rajin mempublikasikan kegiatan di kelas dan sekolahnya lewat YouTube.

Fitri adalah tipe guru yang tidak mau maju sendiri. Dia mencari cara supaya guru-guru lain di sekolahnya juga punya kesempatan mendapatkan pelatihan. Dia rajin mengirim proposal ke instansi pelatihan guru yang ada di Yogyakarta untuk memberikan pelatihan bagi guru. Hasilnya, Kelompok Kerja Guru Deresan yang terdiri dari tiga sekolah negeri dan tiga sekolah swasta yang sempat mati suri, dihidupkan.

Mulai 1 April 2019, Fitri bergabung dengan Kemendikbud. Ia akhirnya menerima tawaran untuk bergabung dengan Kemendikbud yang datang empat tahun lalu. Ia yakin, mesti tidak lagi menjadi guru, ada jalan lain untuk memajukan pendidikan Indonesia. Ia bisa memberikan masukan dalam mendesain program dan kebijakan terkait SD di Indonesia.

Nur Fitriana

Suami : Rusman Dwi Mulyono
Anak :
– Nafriza Hafiid Rahadian Rusman
– Alfrizi Rasyiid Ramadhan Rusman
– Alfirdan Hafidz Raqilla Rusman

Pendidikan:
– Diploma II Pendidikan Guru SD Universitas Negeri Maang, Jawa Timur (2005)
– Sarjana Pendidikan Guru SD, Universitas Terbuka, Yogyakarta (2012)
– Magister Psikologi Sains Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2018)

Karier:
– SDN Klodangan, Berbah, Sleman (2009 – 2012)
– Guru SD Model Sleman, Yogyakarta (2012 – 2015)
– Guru di SDN Deresan, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (2015 – 31 Maret 2019)

Penghargaan:
– Finalis SEAMEO Japan ESD Award for Saving Energy yang digelar SEAMEO Centre (2016)
– Champion School Award “Increasing Attention of Primary Learners About Global Warming Using STEM Problem Based Learnih on Renewable Energy” oleh SEAMEO RECSAM (2017)
– Honeywell Educator’s Space Academy di US Space & Rocket Center di Huntsville, AS (2018)

ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: Kompas, 8 April 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB