Koneksi jaringan 5G belum tersedia secara luas, tetapi keriuhan ponsel dengan dukungan jaringan tersebut sudah memenuhi arena ekshibisi Mobile World Congress 2019 yang berlangsung di Barcelona, Spanyol, 25-28 Februari 2019 lalu. Bahkan, kehebohannya bersaing dengan kemunculan ponsel pintar layar lipat.
Menempati arena pameran Fira de Barcelona, sejumlah perusahaan penyedia teknologi jaringan hingga produsen ponsel menyajikan kemampuan termutakhir mereka, yakni teknologi konektivitas 5G, ponsel 5G, sekaligus ponsel layar lipat (foldable phone).
KOMPAS/MADINA NUSRAT–Dunia siap menyambut teknologi jaringan generasi kelima atau 5G, dan setiap perusahaan penyedia teknologi jaringan pun mempertunjukkan kemampuannya di Mobile World Congress 2019 di Barcelona, Spanyol, 25-28 Februari 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak ada yang mengejutkan karena teknologi 5G telah didiskusikan dan disiapkan setidaknya sejak dua hingga tiga tahun lalu. Sementara ponsel layar lipat telah diluncurkan Samsung pada 20 Februari 2019 di San Francisco, Amerika Serikat. Namun, antusiasme menyambut kehadiran kedua teknologi seluler itu tak surut. Pengunjung Mobile World Congress (MWC) 2019 menyambut dan merayakan evolusi teknologi itu.
Jantung dari ekshibisi ini sesungguhnya adalah teknologi konektivitas 5G itu sendiri. Sejumlah perusahaan penyedia teknologi berlomba-lomba menunjukkan keunggulannya. Sebaliknya, perusahaan penyedia layanan jaringan seluler menyambutnya sebagai tantangan baru untuk menyediakan jaringan paling terkini.
Tak terkecuali PT Telekomunikasi Indonesia selaku penyedia layanan jaringan dalam negeri juga ikut dalam riuh rendah ekshibisi itu. Di tengah MWC 2019 berlangsung, dokumen kerja sama untuk penyediaan jaringan 5G di Indonesia pun ditandatangani PT Telekomunikasi Indonesia dengan dua perusahaan sekaligus, yakni Huawei selaku penyedia teknologi 5G dan Cisco selaku penyedia perangkat lunak untuk mendukung teknologi konektivitas generasi kelima ini.
Sementara di arena pameran, bukan hanya Huawei yang menawarkan kemampuannya menyediakan teknologi konektivitas 5G, melainkan ada pula ZTE, Nokia, dan beberapa perusahaan lain.
PT Telekomunikasi Indonesia menyampaikan, tak ada alasan khusus menjalin kerja sama dengan Huawei untuk penyediaan jaringan 5G. Hingga saat ini pun, PT Telekomunikasi Indonesia juga menggunakan ZTE sebagai salah satu vendor untuk konektivitas dalam jaringan (daring) di dalam negeri. Namun, untuk jaringan 5G, kerja sama baru dimulai dengan Huawei.
Pembangunan jaringan 5G di dalam negeri direncanakan akan dimulai pada 2019 dan pengujiannya bisa saja berlangsung pada akhir 2019. Diperkirakan dalam 3-5 tahun ke depan, jaringan itu sudah tersedia di Indonesia.
Menurut peta jalan, penyediaan jaringan itu akan dilaksanakan bertahap. Tahap pertama disediakan di daerah dengan pelanggan seluler terbesar, salah satunya Jakarta, baru disusul daerah lain.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Alex J Sinaga menyampaikan, pengujian jaringan 5G masih membutuhkan diskusi lebih lanjut dengan pemerintah. ”Penggunaannya pun harus melalui pembahasan. Dalam hal ini tetap dibutuhkan regulasi untuk menggunakan jaringan ini,” ujarnya, Senin (25/2/2019).
Di dunia, baru Korea Selatan yang meluncurkan layanan jaringan 5G secara luas, Kamis (4/4/2019). Sedang negara lainnya, seperti juga Indonesia, tengah menyiapkan jaringan koneksi super cepat itu.
Gegap gempita
Meskipun demikian, gegap gempita ponsel dengan dukungan 5G sudah dimulai di arena ekshibisi MWC 2019. Berbagai kelebihan ponsel dengan dukungan 5G dipamerkan sejumlah produsen, seperti LG, Samsung, ZTE, dan Huawei.
Bahkan, meskipun masih dalam pengembangan, LG memamerkan ponsel pintar seri V50 ThinQ dengan dukungan 5G sekaligus desain terbaru, yakni layar ganda. Kedua layar itu masing-masing berdimensi 6,4 inci. Salah satu layar ponsel itu dirancang menjadi satu kesatuan dengan kerangka yang bentuknya menyerupai sampul buku. Sementara satu layar ponsel lainnya didesain dapat dipasang ataupun dilepas dari kerangka tersebut.
Kemampuan 5G dengan demonstratif ditunjukkan Samsung Galaxy S10 5G. Dengan menggunakan ponsel ini, didukung jaringan 5G yang disediakan Samsung di arena pameran, siaran berupa pertandingan bisbol dapat berlangsung dengan latensi yang minim (low latency).
Masih minimnya ketersediaan jaringan 5G tetap menjadi isu utama bagi sejumlah produsen ponsel. Untuk menyiasati belum tersedianya jaringan ini di banyak negara, ZTE pun menyajikan ponsel seri Axon 10 Pro 5G dengan dua pilihan konektivitas, 4G dan 5G.
”Menurut rencana, China dan Austria akan mulai menyediakan konektivitas 5G pada Juni mendatang. Kami akan memasarkannya (ponsel ZTE Axon Pro 10 5G) di negara-negara itu, pada saat itu,” kata Pablo Perez, salah satu tenaga presentasi ZTE yang ditemui di arena pameran MWC 2019.
Dukungan 5G juga menjadi nilai tambah bagi ponsel layar lipat Huawei Mate X. Dengan layar 8 inci yang dapat dilipat, Huawei Mate X dilengkapi chipset 5G di dalamnya. Dukungan chipset membuat ponsel ini mampu mengunduh data secepat 4,6 gigabyte per detik di spektrum gelombang radio 6 gigahertz (GHz). Ponsel ini mampu mengunduh data jauh lebih cepat dibandingkan ponsel generasi 4G yang umumnya masih menggunakan spektrum di bawah 2,5 GHz. Huawei Mate X juga dilengkapi fitur dual SIM yang mendukung jaringan 4G dan 5G.
Manfaat 5G
Jika kembali memperhitungkan fungsi 5G, kehadiran ponsel 5G ini pun dirasakan berlebihan. Sebab, jaringan ini lebih cocok untuk mendukung pengoperasian industri. Konektivitas 5G sangat berguna untuk mendukung komunikasi antar-alat, misalnya untuk kendaraan tanpa awak.
Vice President Next Generation Network PT Telkomsel Ivan Cahaya Permana menyampaikan, konektivitas 5G itu dapat digunakan untuk berbagai macam hal. Konektivitas itu dapat digunakan untuk mendukung permainan daring, pengendalian jarak jauh di industri, hingga operasi jarak jauh untuk dunia kesehatan.
Jika menengok kembali pada teknologi 3G, lanjutnya, saat itu banyak orang mempertanyakan untuk apa lagi ada 4G. Namun, setelah tersedia jaringan 4G dan masyarakat menikmatinya, masyarakat pun tak mau lagi kembali ke 3G.
”Hal ini sudah lumrah di dunia teknologi. Meskipun end user belum jelas, jaringannya tetap harus dirintis. Nanti use cases (penggunaannya) pasti ada. Cuma, hari ini, kalau ditanya, ya, ide-idenya yang ditunjukkan di pameran ini (pengunduhan data dan arus data/streaming dengan keterlambatan minimal),” tutur Ivan.
Satu hal lagi yang penting, menurut Ivan, kehadiran 5G bersamaan dengan maraknya artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Sebagai contoh, dengan menggunakan kacamata 5G, setiap tanaman yang dipindai dapat diketahui langsung namanya, usianya, hingga asal-usulnya. ”Dengan artificial intelligence, alat harus cepat menangkap dan menerjemahkan. Lihat orang, itu bisa tahu namanya dan labelling. China sudah masif menggunakan teknologi face recognition sehingga bisa diketahui mana warganya yang taat pajak dan yang tidak,” ujar Ivan.– Madina Nusrat
Sumber: Kompas 5 Apr 2019