Sekian lama berjuang melawan penyakit degeneratif, terutama yang menyerang memori otak, akhirnya para ahli bernapas lega. Muncul harapan karena ada penelitian yang menyimpulkan ada pertumbuhan neuron dalam otak orang dewasa.
Neuron adalah sel saraf pengantar impuls dalam sistem saraf dan studi itu fokus pada pembentukan neuron dalam bagian otak yang disebut hippocampus. Hippocampus berperan dalam kegiatan mengingat—disimpan menjadi memori—dan navigasi ruangan.
KOMPAS/RIANA AFIFAH–Seorang ibu sedang menjalani tes deteksi dini demensia alzheimer di pelayanan kesehatan yang berada pada acara Jalan Sehat Peduli Alzheimer, di Jakarta, Minggu (21/9/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hasil penelitian para ilmuwan Spanyol itu dimuat di jurnal Nature Medicine yang serentak disebarluaskan Scientific American, Science Magazine, dan BBC News, 25 Maret 2019. Temuan itu mungkin bisa menolong para penderita depresi dan post traumatic stress disorder (PTSD), memperlambat munculnya alzheimer, memperluas wawasan tentang epilepsi, serta membuka cakrawala baru tentang memori dan kemampuan belajar setiap orang.
Selama berpuluh-puluh tahun, ilmuwan berdebat tentang kemungkinan neurogenesis, yaitu tumbuhnya sel-sel neuron baru di area otak yang bertanggung jawab untuk belajar, memori, dan pengatur mood. Soalnya, yang mereka tahu, pertumbuhan neuron hanya berlangsung pada usia anak balita dan berhenti sesudahnya. Bahkan, dengan semakin bertambahnya usia, semakin berkurang juga neuron di dalam otak.
Oleh karena itu, sebagian ilmuwan tidak serta-merta menyambut gembira temuan ini. Alvarez-Buylla, Guru Besar Bedah Saraf di Universitas California, San Francisco, AS, masih meragukan hal itu. ”Sepanjang karier saya, belum pernah ada pertumbuhan neuron yang meyakinkan,” katanya.
Sepanjang karier saya, belum pernah ada pertumbuhan neuron yang meyakinkan.
Beberapa periset lain menyebutkan, metodologi penelitian itu dirancang dan diaplikasikan secara hati-hati. ”Ini justru menunjukkan kemampuan teknik yang tinggi,” kata Michael Bonaguidi, asisten profesor di Universitas Southern California Keck School of Medicine.
Para peneliti dari Spanyol itu mengamati jaringan otak yang diawetkan dengan pelbagai metode. Jaringan otak berasal dari beragam orang dan usia (43-87 tahun), baru saja meninggal ataupun yang sudah lama diawetkan. Ternyata metode yang berbeda bisa menghasilkan kondisi yang berbeda, termasuk tumbuhnya sel-sel neuron baru.
Menurut ilmuwan ahli saraf María Llorens-Martín dari Pusat Biologi Molekuler Severo Ochoa di Madrid, problem utama penelitian itu adalah cairan paraformaldehida yang digunakan untuk mengawetkan otak. Cairan ini mengubah sel menjadi gel sehingga tidak terbentuk doublecortin (DCX), protein penanda bibit neuron. Sejumlah sel yang positif DCX segera rusak 48 jam dalam paraformaldehida.
Namun, dengan waktu fiksasi lebih pendek, 24 jam, ditemukan 10.000 sel positif DCX di hippocampus. Neuron muda itu bahkan belum tumbuh cabang-cabangnya. Neuron muda ada dalam berbagai umur, terbanyak pada usia sampel termuda 43 tahun, menurun pada usia semakin tua.
Masih diperlukan penelitian dengan skala lebih besar untuk mengonfirmasi kesahihan dan mengeksplorasinya. Namun, jika hasil ini benar, dunia kesehatan akan menghasilkan banyak terobosan pengobatan baru.
Oleh AGNES ARISTIARINI
Sumber: Kompas, 27 Maret 2019