Pengembang aplikasi di sektor pendidikan diharapkan bisa menjawab tantangan pendidikan. Sejauh ini, pendidikan Indonesia dinilai masih berkutat pada aspek pengetahuan dasar. Sementara itu, untuk aspek kompetensi tingkat lanjut, antara lain kreativitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi, belum optimal.
”Saya berharap teman-teman di GreatEdu memikirkan secara serius tantangan pendidikan di Indonesia. Tidak sekadar memberi solusi atas tantangan persekolahan,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dalam peluncuran GreatEdu, aplikasi tutor-on-demand, di Jakarta, Sabtu (16/2/2019).
Tantangan pendidikan yang dimaksud Anies adalah bagaimana mempersiapkan siswa untuk menjalani kehidupan di masa depan. Sementara itu, tantangan persekolahan hanya berkutat pada bagaimana siswa mendapatkan nilai bagus saat menjawab soal ujian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
PANDU WIYOGA UNTUK KOMPAS–Siswi SMA Muhammadiyah 12, Jakarta, menunjukkan aplikasi kelas maya Quipper yang mereka gunakan sebagai sarana belajar, Jumat (15/2/2019), di Jakarta.
Menurut mantan menteri pendidikan itu, agar mampu bersaing di abad ke-21, seseorang tidak bisa hanya memiliki pengetahuan dasar, tetapi juga karakter dan kompetensi. Dalam hal karakter, yang harus dimiliki adalah moral dan kinerja yang bagus. Adapun kompetensi, antara lain kreativitas, kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan kerja sama.
Anies dalam kesempatan itu memberikan kuis kepada peserta. Ada dua tantangan yang diberikan, yaitu menjawab perkalian dan menulis dua kalimat yang memiliki rima. Pada tantangan pertama, semua peserta yang ditanya Anies memiliki jawaban yang sama. Sementara itu, pada tantangan kedua, jawaban peserta beragam dan kreatif.
”Pertanyaan pertama adalah pertanyaan yang ada di sekolah-sekolah kita. Pertanyaan kedua, pertanyaan yang diperlukan pemenang di masa depan,” ujarnya.
YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memaparkan materi tentang tantangan pendidikan masa depan pada peluncuran aplikasi GreatEdu di Jakarta, Sabtu (16/2/2019).
Oleh sebab itu, Anies pun mengharapkan pengembang aplikasi bisa memberikan solusi atas persoalan tersebut. ”Saya ingin teman-teman yang mengelola aplikasi untuk mengembangkan aplikasi yang bisa merangsang anak untuk memiliki kompetensi masa depan,” ujarnya.
Transfer pengetahuan
Chief Executive Officer GreatEdu Robert Edy Sudarwan mengatakan, aplikasi GreatEdu dikembangkan untuk menjawab tantangan pendidikan di tengah Revolusi Industri 4.0. Selama ini, distribusi pengetahuan dinilai belum lancar karena tutor (penyedia jasa) dan siswa (pengguna jasa) belum terhubung secara optimal. Aplikasi ini hadir sebagai penghubung antarkedua pihak itu.
Secara sederhana, aplikasi ini mirip dengan aplikasi ojek daring. GreatEdu merekrut mitra tutor, bimbingan belajar ataupun keterampilan (olahraga, musik, dll). Pengguna jasa bisa mencari tutor yang dibutuhkan. Segmen layanannya mencakup siswa usia sekolah dasar hingga orang dewasa yang ingin serius belajar keterampilan tertentu.
”Banyak orang dan lembaga yang memiliki pengetahuan, tetapi tidak semua orang tahu dan memiliki akses terhadap sumber pengetahuan itu. Ini harus kita upayakan terdistribusi dengan baik dan bisa diakses semua orang,” kata Robert.
YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan didamping pendiri GreatEdu meluncurkan GreatEdu, aplikasi tutor-on-demand, di Jakarta, Sabtu (16/2/2019).
GreatEdu menyediakan enam jenis layanan yang terbagi dalam dua kategori. Layanan les privat atau grup merupakan kelompok layanan berbayar. Sementara itu, kelompok layanan tidak berbayar mencakup layanan berbagi sumber belajar dari sesama pengguna.
Robert mengatakan, GreatEdu telah memiliki 8.200 tutor di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi serta juga telah memiliki kantor perwakilan di Kota Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Lampung, dan Palembang. Adapun total pengguna aplikasinya sudah 14.000, baik aplikasi tutor maupun aplikasi siswa.
”Target ke depan, kami akan meningkatkan lagi agar dikenal seluruh wilayah Indonesia. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti bimbel konvensional dan sekolah,” ujarnya. (YOLA SASTRA)–ANDY RIZA HIDAYAT
Sumber: Kompas, 16 Februari 2019