Kabar mengejutkan disampaikan presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, terkait kondisi kesehatan istrinya. Ny Ani Yudhoyono atau Kristiani Herawati dinyatakan mengidap kanker darah atau leukemia.
”Dengan rasa prihatin, saya sampaikan kepada para sahabat di Tanah Air, Ibu Ani mengalami blood cancer atau kanker darah,” kata Yudhoyono melalui video yang dikirimkan dari Singapura, Rabu (13/2/2019). Sejak Sabtu (2/2), Ny Ani dirawat di National University Hospital, Singapura.
”Ibu dirawat intensif. Tentu masih tahap awal dan kondisi fisik harus dijaga agar stabil, daya tahan tubuh baik meski ada efek pengobatan,” kata Agus Harimurti Yudhoyono, putra pertama pasangan Yudhoyono dan Ny Ani, saat dihubungi dari Jakarta, kemarin malam. Kini, Ny Ani tak bisa dikunjungi dan berinteraksi dengan keluarga demi mencegah infeksi kuman saat interaksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
TIM MEDIA PARTAI DEMOKRAT–Presiden ke-6 yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama istri, Ny Ani Yudhoyono.
Sejumlah pesohor lain juga berjuang melawan leukemia. Ratu renang Rikako Ikee (18), model poster Olimpiade Tokyo 2020, misalnya, didiagnosis terkena penyakit itu. Sebagaimana dikutip dari situs ABC.net, melalui akun Twitter-nya, Selasa (12/2), atlet terbaik Asian Games 2018 dengan enam medali emas itu mengumumkan, ”Setelah merasa sakit, saya kembali dari Australia dan didiagnosis leukemia. Saya bingung.”
Konsultan hematologi onkologi medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Aru W Sudoyo menjelaskan, kanker terjadi saat sel-sel tumbuh tak terkendali. Leukemia adalah kanker yang menyerang sel-sel pembentuk darah dari sumsum tulang.
Ketua Perhimpunan Dokter Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia Cabang DKI Jakarta Ronald A Hukom menambahkan, leukemia diakibatkan pertumbuhan jumlah sel darah putih (leukosit) yang ganas atau tak terkendali.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi kanker di Indonesia naik dari 1,4 persen (2013) menjadi 1,8 persen. Statistik kanker global atau Globocan 2018 mencatat 348.809 kasus baru kanker di Indonesia. Kasus kanker payudara 58.256 (30,9 persen) dari 188.231 jumlah total kasus kanker pada perempuan. Adapun kasus kanker darah (limfoma, leukemia, mieloma) beberapa ribu orang.
”Ada beberapa jenis leukemia, utamanya dibagi atas akut atau kronik,” kata Ronald yang berpraktik di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Jenis akut terdiri dari ALL (leukemia limfoblastik akut) dan AML (leukemia mieloblastik akut). Adapun jenis kronik terbagi atas CLL (leukemia limfositik kronik) dan CML (leukemia granulositik kronik).
Berdasarkan jenis sel darah putih yang terkena, menurut situs Mayoclinic, ada leukemia limfositik yang memengaruhi sel-sel limfoid atau pembentuk sel-sel kekebalan tubuh. Jenis lain ialah leukemia mieloblastik, memengaruhi sel-sel mieloid yang memunculkan sel darah merah, sel darah putih, dan sel penghasil trombosit.
Karena leukemia terkait kelainan darah, menurut Ronald, gejalanya, antara lain, lemas dan pucat (Hb rendah), lebam dan perdarahan (trombosit rendah), serta demam. ”Leukemia dipastikan dari pemeriksaan sumsum tulang,” ujarnya.
Faktor risiko
Ada sejumlah faktor risiko penyakit itu. Menurut situs Cancer.org, faktor risiko leukemia limfositik kronis antara lain usia makin tua serta paparan radiasi dan bahan kimia (pestisida, benzen). ”Paparan elektromagnetik dan obat, misalnya terapi kanker lain (sitostatik, radiasi), meningkatkan risiko leukemia,” kata Ronald.
Aru, yang juga Ketua Yayasan Kanker Indonesia, mengingatkan, kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok bisa memicu leukemia.
Leukemia kronik bisa diobati dengan obat oral dengan hasil baik. Ronald mencontohkan, LGK (leukemia granulositik kronik), 90-95 persen bertahan hidup lebih dari 10 tahun dengan obat seperti imatinib.
Pengobatan leukemia akut, terutama orang dewasa, lebih sulit dan memerlukan kemoterapi kombinasi beberapa obat intravena dengan perawatan di ruang khusus beberapa minggu. Sebagian pasien menjalani transplantasi sel punca atau sumsum tulang. Sejauh ini pengobatan leukemia berkembang, mulai dari terapi sederhana seperti obat oral bagi leukemia kronik sampai perawatan intensif dan cangkok sumsum tulang. (A PONCO ANGGORO/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)
Oleh EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 14 Februari 2019