Izin bagi Peneliti Asing Dipermudah

- Editor

Jumat, 8 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terus berupaya mempermudah izin bagi peneliti asing yang hendak mengadakan riset di Indonesia. Kemudahan izin akan meningkatkan pertumbuhan riset kolaboratif antara peneliti asing dan peneliti dalam negeri. Kolaborasi itu akan berdampak positif terhadap kemajuan dunia penelitian di Indonesia.

YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir bersama Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir di Jakarta, Kamis (7/2/2019), mengatakan, pihaknya tengah berupaya mempermudah proses perizinan bagi peneliti asing di Indonesia. Sejak pertengahan 2018, Kemristekdikti mulai menerapkan proses pengurusan izin satu pintu secara daring, meskipun belum berjalan optimal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Pada 2019 ini, akan kita upayakan agar perizinan secara daring ini berjalan dengan baik,” kata Nasir dalam konferensi pers tentang kerja sama Indonesia-Inggris dalam pendanaan tiga riset kolaboratif tentang bencana hidrometeorologi di Indonesia.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Peneliti dan mahasiswa lintas lembaga penelitian melakukan kajian terhadap Sungai Ciliwung beserta kehidupan masyarakat di kawasan itu. Ini untuk memberikan aspek lengkap bagi penataan Ciliwung yang lebih baik. Tampak para mahasiswa dari ETH Zurich (Swiss), National University of Singapore dengan didampingi Universitas Indonesia dan IPB yang difasilitasi Future Cities Laboratory, Senin (18/3/2013) di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.

Nasir menjelaskan, proses pengurusan izin bagi peneliti asing lama karena izin tidak hanya dikeluarkan oleh Kemristekdikti, tetapi juga oleh lembaga lainnya, seperti Badan Intelijen Negara dan Kementerian Hukum dan HAM. Proses pengurusan izin pun bisa memakan waktu sebulan, dua bulan, enam bulan, bahkan setahun.

Oleh sebab itu, Nasir pun berupaya merombak proses perizinan itu melalui satu pintu di Kemristekdikti secara daring. Melalui pelayanan daring, peneliti asing tidak perlu ke Indonesia mengurus perizinan. Setelah izin keluar, peneliti bisa langsung melakukan riset di Indonesia.

“Karena prosedur perizinan yang begitu susah, saya ingin mengubah total. Waktu yang lama itu bisa dipangkas menjadi tiga hari atau kurang dari satu minggu,” ujarnya.

YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Menteri Ristekdikti Mohamad Nasir (tiga dari kiri) menjelaskan tentang kerja sama pendanaan penelitian bencana hidrometeorologi di Indonesia oleh Indonesia dan Inggris, Jakarta, Kamis (7/2/2019).

Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemristekdikti Muhammad Dimyati menambahkan, sebelum menggunakan sistem daring, proses pengurusan perizinan memakan waktu 21 hari dengan melibatkan 20 institusi. Melalui sistem daring, usulan izin disaring terlebih dahulu, mana yang bisa dibahas oleh tim terbatas, mana yang perlu dibahas oleh seluruh institusi.

“Nah, akibatnya, ada izin penelitian yang hanya 3 hari bisa selesai, tetapi ada yang masih perlu dua minggu atau seminggu tergantung pada jenis penelitiannya. Penelitian yang lama itu biasanya melibatkan objek penelitian di daerah yang berpotensi bencana atau secara politik membahayakan peneliti dan pendampingnya. Sehingga perlu dikaji terlebih dahulu,” ujarnya.

YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Muhammad Dimyati

Menurut Nasir, masalah pengurusan izin yang lama sering dikeluhkan para peneliti asing. Persoalan ini membuat peneliti asing enggan bekerja sama dengan peneliti Indonesia melakukan riset di dalam negeri. Padahal, riset kolaboratif sangat berdampak positif untuk kemajuan dunia penelitian di Indonesia.

“Jumlah riset di Indonesia meningkat drastis. Namun, peneliti kita tidak bisa bekerja sendiri supaya kualitas risetnya semakin baik. Kami butuh kolaborasi dengan peneliti dari luar untuk memperbaiki kualitas riset kita,” ujarnya.

Jumlah riset di Indonesia meningkat drastis. Namun, peneliti kita tidak bisa bekerja sendiri supaya kualitas risetnya semakin baik. Kami butuh kolaborasi dengan peneliti dari luar untuk memperbaiki kualitas riset

Berdasarkan data Kemristekdikti, jumlah izin peneliti asing yang diterbitkan pada periode 2015-2018, sebanyak 2.104 izin. Lima negara yang penelitinya paling banyak mengurus izin, yaitu Amerika Serikat dengan 436 izin, Jepang 345 izin, Prancis 206 izin, Jerman 190 izin, Kerajaan Inggris 157 izin.

KOMPAS/RENY SRI AYU–Jembatan Je’ne Lata di Kecamatan Mamuju, Kabupaten Gowa putus akibat luapan Sungai Je’ne Lata, Selasa (22/1/2019). Pemerintah Indonesia dengan Inggris bakal melakukan riset kolaboratif tentang bencana hidrometeorologi di Indonesia.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Asean, dan Timor Leste Moazzam Malik yang hadir dalam konferensi pers menyambut baik komitmen Kemristekdikti itu. Menurut Moazzam, proses perizinan yang mudah sangat penting, tidak hanya di bidang riset dan inovasi, tetapi juga bidang lainnya secara keseluruhan.

Moazzam melanjutkan, untuk bisa semakin baik, Indonesia memerlukan inovasi dan kemitraan dari luar negeri, termasuk Inggris. Kemitraan dengan para peneliti Inggris, pengusaha, mahasiswa, dan pelaku di bidang lainnya bisa mempercepat pembangunan Indonesia.

“Melalui kerja sama, peneliti Indonesia bisa mengambil pengetahuan dan inovasi terbaru. Itu sangat berguna bagi Indonesia. Di dunia yang saling terkait, melalui kemitraan dan hubungan persahabatan, kedua negara bisa (berbagi) manfaat, bisa mempercepat hubungan dan kemajuan negara,” ujarnya. (YOLA SASTRA)–KHAERUDIN

Sumber: Kompas, 7 Februari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB