Salah satu tantangan lembaga kursus atau pendidikan nonformal saat ini adalah membuat kaum milenial memiliki pemahaman mendalam terhadap ilmu pengetahuan dalam waktu yang singkat. Berbagai lembaga pelatihan dan pendidikan nonformal menyiasatinya dengan membuat konten yang mudah diingat disertai referensi.
Kaum milenial yang lahir antara 1980 dan 1997 memiliki kecenderungan konsumsi internet tinggi dengan menyerap berbagai informasi. Dalam riset Indonesia Millenial Report 2019 yang dilakukan IDN Times, 49 persen senior milenial (28-35 tahun) menggunakan internet selama 4-6 jam. Sementara 45 persen yunior milenial (20-27 tahun) memanfaatkan internet selama 4-6 jam.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Warga mengakses informasi melalui internet di perpustakaan yang berada di kompleks kantor Desa Banyuanyar, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (3/1/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebanyak 98,2 persen kaum milenial mengakses internet dari gawai. Hal itu membuat kaum milenial mengakses banyak informasi dalam waktu yang singkat. Untuk memaksimalkan informasi dan pengetahuan yang diperoleh dalam waktu singkat, kaum milenial butuh informasi yang ringkas dan padat.
Deputy of Chief Academic Officer HarukaEdu Odi Akhyarsi mengatakan, ia dan lembaganya menyusun bahan ajar sesuai dengan kebiasaan kaum milenial. Odi mengatakan, materi kuliah daring yang lembaganya sediakan merupakan konten-konten yang pendek.
”Kami menyediakan materi kuliah online yang pendek dengan materi yang mudah diingat. Untuk mendapatkan pendalaman materi, mereka akan mengingat materi yang diberi dan membuka ulang untuk mendapatkan pendalaman dari referensi yang kami beri,” ujar Odi dalam peluncuran lembaga konsultan pendidikan KVB Wonder di Jakarta, Kamis (31/1/2019).
SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Suasana peluncuran lembaga konsultan pendidikan KVB Wonder di Jakarta, Kamis (31/1/2019).
Survei yang dilakukan HarukaEdu pada April 2018 menunjukkan, dari 1.521 responden berusia 18-35 tahun, 69 persen merupakan lulusan SMA yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana. Sebanyak 41 persen tertarik pembelajaran daring.
Menurut Odi, kuliah daring yang HarukaEdu sediakan ditujukan bagi orang-orang yang ingin kuliah tetapi terhalang dengan kesibukan lain. Usia yang disasar adalah kaum milenial. Untuk itu, materi yang ringkas diperlukan agar mahasiswa mudah paham dan mengingat materi belajar.
Berubah
Sebuah perusahaan sistem manajemen pembelajaran, Codemi, menilai teknologi membuat cara belajar manusia berubah. Dahulu, orang-orang belajar secara massal dengan satu guru di satu tempat. Saat ini, teknologi membuat cara belajar semakin personal lewat internet.
Founder dan CEO Codemi Zaki Falimbany yang juga hadir dalam diskusi mengatakan, dua hal populer di Youtube Indonesia adalah tutorial make up dan hijab. Hal itu menunjukkan bahwa saat ini kecenderungan kaum milenial adalah belajar melalui berbagai sumber informasi di internet secara personal.
”Maka itu, cara memberi materi kepada kaum milenial yang dekat dengan internet adalah memberi materi dengan cara yang mereka suka, bukan memaksakan cara lama,” kata Zaki.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J–Seorang pekerja milenial melalui gawainya mencari informasi tentang pasar saham lewat Instagram di sebuah kafe di bilangan Jakarta Selatan.
Perubahan yang begitu cepat juga membuat gagap banyak pihak. Industri bisa lebih cepat merespons perubahan zaman dibandingkan lembaga pendidikan formal. Akibatnya, kualifikasi lulusan perguruan tinggi kerap tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
Hal ini menjadi peluang baru bagi perusahaan konsultasi bidang komunikasi untuk sektor pendidikan. Salah satu yang bergerak di bidang itu, KVB Wonder, memberi jasa pelatihan dan pembelajaran bagi lulusan baru dan profesional muda sebelum terjun di dunia kerja.
”Lulusan universitas banyak, tetapi banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Perlu ada jembatan sebelum fresh graduate masuk ke dunia industri,” kata CEO, Founder, and Inclusion Driver KVB Dian Noeh Abubakar. (SUCIPTO)–M FAJAR MARTA
Sumber: Kompas, 31 Januari 2019