Menjelang 91 Tahun Munculnya Anak Krakatau

- Editor

Kamis, 27 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Anak Krakatau akan berusia 91 tahun. Pada 28 Januari 1928, Anak Krakatau muncul pertama kalinya di permukaan laut. Kelahirannya ditandai muntahan material vulkanik di bawah permukaan laut di barat daya ”Kaldera 1883”, sebutan lubang kaldera Krakatau yang meletus pada 1883.

Material itu terus menumpuk. Pertumbuhan gunung api itu 4,25 meter per tahun. Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menunjukkan tinggi Anak Krakatau dari permukaan laut pada 1992 mencapai 199 meter dan pada 2018 telah mencapai 338 meter.

Hery Harjono, ahli geofisika doktor lulusan Universite de Paris Sud, menilai gunung itu superaktif. Aktivitas Anak Krakatau termaktub dalam disertasinya. ”Pertumbuhan Anak Krakatau ke barat daya amat cepat, sebanding aktivitasnya,” ujarnya. Aktivitasnya terdeteksi pada dua reservoir bawah Krakatau. Di kedalaman 22 kilometer, ada reservoir besar. Reservoir kedua berupa kantong-kantong magma lebih kecil dengan kedalaman 10 kilometer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY–Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, dalam beberapa hari terakhir menyemburkan material vulkanik berupa pasir dan bebatuan pijar rata-rata setiap 15 menit. Foto diambil Rabu 22 Agustus 2018, dinihari dari Pulau Rakata.

Riset itu dilakukan Hery saat menjadi peneliti di Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama tim peneliti dari Perancis, di antaranya Christine Deplus dari Institute de Physique du Globe de Paris (IPG) Paris, pada 1995. ”Hasil riset dikonfirmasi peneliti dari Jerman, Rusia, dan Swedia tahun 2011,” kata Hery yang kini menjadi Manajer Proyek Integrated Airborne Geophysical Survey di Timor Leste.

Bagaimana perbandingan tinggi Anak Krakatau dengan Krakatau yang meletus pada 1883? Dua tahun sebelum Krakatau meletus, Rogier Diederik Marius Verbeek, geolog asal Belanda, meneliti Krakatau. Dalam bukunya, Krakatau (1884), Verbeek menjelaskan, Krakatau ialah rangkaian gunung api, yakni Rakata setinggi 800 meter di selatan, di tengah ada Gunung Danan (456 meter), dan utara Gunung Perbuatan (120 meter). Tiap gunung membentuk pulau sepanjang 11 kilometer disebut Pulau Krakatau.

Saat terjadi letusan, 27 Agustus 1883, Gunung Danan dan Perbuatan hancur. Rakata tersisa sebagian kecil di utaranya. Sebelum letusan utama ini didahului beberapa letusan sejak 20 Mei 1883. Ukuran Krakatau itu jauh lebih besar dibandingkan Krakatau Purba. Diameter kalderanya setelah letusan lebih dari 11 kilometer. Nenek moyang Krakatau itu, dikemukakan Berend George Escher, ahli geologi Belanda, pada 1919 tersusun batuan andesitik.

Saat Krakatau Purba meletus tahun 400-500, tersisa tiga tepian kawah atau kaldera di permukaan. Bagian kawah itu menjadi tiga pulau kecil, yakni Sertung, Rakata Kecil, dan Rakata. Peneliti dari Badan Geologi, Adjat Sudrajat, melengkapi riset itu pada 1981. Setelah munculnya Rakata, Danan, dan Perbuatan, yang meletus pada 1883, Anak Krakatau muncul pada 1927 di lingkaran kaldera Purba, zona perairan antartiga pulau itu.

KOMPAS/HELENA F NABABAN–Kendati status Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda sudah turun menjadi waspada, gunung berapi itu tetap aktif mengeluarkan asap tebal, Minggu (3/8). Asap keluar setiap 5-15 menit sekali tanpa disertai gempa atau tremor. Namun demikian, nelayan tetap diimbau untuk tidak mendekati gunung berapi tersebut dalam radius satu sampai dua kilometer.

Dampak erupsi
Ketika tiga gunung di Pulau Krakatau meletus, dampaknya amat dahsyat. Seperti dilaporkan Neumann van Padang, akibat hancurnya tiga perempat bagian pulau seluas 28,5 kilometer persegi itu, material yang terjun ke laut mengakibatkan gelombang setinggi 20 meter, menyapu bersih pantai barat Laut Jawa, hingga menewaskan 36.417 orang.

Kini tsunami merusak di Selat Sunda setelah letusan 135 tahun silam. Menurut Hery, sisi barat daya Anak Krakatau lebih curam dibandingkan sisi lain dan kerap erupsi sehingga banyak digelontor material baru yang memicu tsunami jika longsor.

Material vulkanik diendapkan di sekitar Anak Krakatau dengan usia batuan kurang dari 100 tahun. Materi batuan itu belum terkompaksi sempurna, apalagi material vulkanik membawa silika. Area barat daya Anak Krakatau diperkirakan kerap terjadi tsunami kecil akibat longsoran lereng. Karena gelombangnya kecil, penduduk tak sadar itu bukan gelombang biasa.

Laporan riset Camus dan Sigurdsson yang dipublikasikan tahun 1987 dan 1991 menyebut tsunami terjadi pada 1981 di area itu. Menurut PVMBG, letusan besar terjadi pada 1960, 1963, 1972-1973, 1983, dan 1992. Tsunami 2012 pernah dilaporkan.

Eko Yulianto, pakar paleotsunami dari LIPI, meneliti endapan Krakatau akibat letusan tsunami 1883 dan menemukan endapan tsunami Krakatau di Teluk Lampung, Teluk Semangko, dan Pantai Anyer. Endapan batu koral besar ada di Tarahan dan Anyer serta perulangan lapisan pasir laut dan abu letusan gunung tersebut.

Pada 2016, Eko dan timnya meneliti endapan tsunami akibat letusan Krakatau tahun 535 yang tertulis di Babat Pustaka Raja tahun 416 Saka. Dengan potensi tsunami yang terus mengancam, alat pemantau tsunami mendesak segera dipasang.–YUNI IKAWATI

Sumber: Kompas, 27 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB